Apakah krisis tersebut disebabkan terkurasnya wilayah-wilayah hutan? Mungkinkah di sana banyak aksi pembalakan liar, atau mungkin pula karena hutan-hutan pinus HTI yang belum tahu kapan berakhir masa berlakunya? Apa sebenarnya yang terjadi? Tentu tidak mungkin kondisi semacam ini terjadi, kalau tidak ada penyebabnya.
Pasti ada yang salah, atau bisa juga mengalami salah urus. Karena sebagaimana kita ketahui bahwa danau Laut Tawar yang luas itu sudah menjadi danau penampungan air. Dari danau itu mengalir air ke sawah, ladang dan menghidupkan makhluk lainnya seperti ikan dan lain-lain.
Oleh sebab itu, ketika mendengar di daerah ini krisis air, pertanyaan lain muncul, apakah semua ini terjadi, juga karena semakin meluasnya wilayah pemukiman yang membuat sumber-sumber mata air mengering? Apakah mungkin karena banyaknya alih fungsi lahan, kebun menjadi rumah-rumah yang sekalian mengurangi sumber mata air?Â
Andai jawabannya bukan, mengapa terjadi krisis air? Mengapa pula debit air di danau Laut Tawar terjadi? Fakta menurunnya debit air di danau Laut Tawar pernah mengemuka. Harian Serambi Indonesia edisi 18 Maret 2017 memberitakan bahwa permukaan Danau Laut Tawar di Kota Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, dinilai telah mengalami penyusutan dan penurunan.
Hal itu yang dibahas dalam diskusi yang dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera I, Ditjen Sumberdaya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, bersama dengan para pemangku kepentingan di Aceh Tengah.Â
Diskusi tersebut, merupakan awal dari rencana studi revitalisasi Danau Laut Tawar yang akan dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera I. Diskusi pendahuluan diikuti oleh seluruh pemangku kepentingan di Oproom Setdakab Aceh Tengah, pada Rabu (15/3).
Menurunnya debit air di danau tersebut, pasti akan sangat meresahkan, karena akan membuat masyarakat hidup dalam kondisi krisis air. Apalagi air dari danau itu akan dijadikan sebagai penggerak PLTA Peusangan dan PLTA Pasangan.Â
Lalu, bagaimanakah nasib danau itu nanti? Pasti akan sangat berpengaruh terhadap sumber kehidupan iru. Apalagi bila tata kelolanya tidak baik. Makan sumber daya kehidupan di dataran tinggi Gayo ini akan terus tergerus. Selayaknya kita galau dengan semua itu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H