Kendati pun mandi di laut, selama ini tidak begitu aku sukai karena trauma bencana tsunami, namun trauma itu tidak boleh dibiarkan larut dalam jiwa. Aku harus melawan trauma itu, karena aku sudah punya 2 orang anak setelah kehilangan 2 anak dalam bencana tsunami di tahun 2004 lalu. Anakku Ananda Nayla Tabrani Yunis yang lahir pada 11 Januari 2009 dan Aqila Azalea Tabrani Yunis yang lahir pada 15 November 2011 sangat suka berenang dan mandi di laut.
Mereka sering sekali mengajakku ke pantai, untuk mandi dan berenang. Maka, Sabtu pagi 23 Juni 2018, sekitar pukul 11.30 WIB, aku dan anak-anakku beserta istri dan keluarga abangku dan abang ipar, pergi bersama ke pantai. Kami mufakat sejenak ke pantai mana destinasi pekan ini.
Ada beberapa alternatif yang ditawarkan. Ananda Nayla dan Aqila memberikan beberapa alternatif seperti Pantai Ule Lhe, Lampuuk, Lhok Nga dan Pasir Putih di sekitar 60 Km dari kota Banda Aceh. Sementara isteri mengajak ke Waterboom, Taman Rusa, dan Pantai Ujong Bate. Abangku malah mengajak ke air terjun di kecamatan Lhong, Aceh Besar. Untuk ke air terjun ini, medan yang dilewati sangat jauh dan harus mendaki dua gunung yang tinggi yakni gunung Paro dan gunung Kulu yang berliku-liku itu. Aku sendiri tidak suka terlalu jauh, maka pilihan yang tidak ada dalam beberapa alternatif yang ditawarkan adalah Mon Ikeun. Kami memilih Mon Ikeun.
Apa yang menarik perhatian para pengunjung pantai salah satunya ketika memasuki Desa Mon Ikeun, lokasi pantai itu, banyak ditemukan homestay dan kafe-kafe yang banyak sewa oleh turis asing yang datang dari mancanegara. Artinya, destinasi wisata di pantai ini, bukan saja diminati oleh masyarakat lokal, tetapi juga dari manca negara.
Untuk memasuki lokasi, setiap pengunjung dikenakan biaya retribusi sebear Rp 3.000 per orang, kecuali anak-anak. Untuk anak-anak yang dibawa bersama orang tua, tidak dipungut biaya. Anak-anak gratis. Kita akan mendapat tiket masuk dari penjaga pintu masuk yang selalu berada di bagian depan lokasi wisata. Biasanya mereka mengeluarkan tiket yang harus kami bayar.
Melangkah lebih dekat ke pantai, kita bisa nikmati keindahan pantai yang terbentang, dengan pasir putih yang tampak sangat bersih. Para pengunjung tak enggan dan tak segan merebahkan diri di pasir dan bahkan menggali pasir untuk menimbun tubuh sebagai terapi atau sekadar bermain pasir, seperti yang dilakukan anak-anak kala berada di pantai.
Para pengunjung tampak tidak ingin berlama-lama ngobrol atau chatting di pondok-pondok kecil milik pemilik warung yang siap melayani pengunjung tanpa harus membayar sewa tempat. Yang penting, para pengunjung memesan makanan dan minuman pada pemilik warung. Keinginan untuk segera mandi, berenang dan menyelam dalam sejuknya air laut dan asyiknya bermain ombak-ombak kecil itu, terasa menggebu-gebu.
Wajar saja kalau anak-anak tersayang, Nayla dan Aqila langsung nyemplung ke laut, tanpa rasa takut. Ya, para pengunjung yang ingin mandi, berenang atau menyelam merasa aman, karena gelombang dan ombak di pantai itu tidak besar-besar atau tinggi. Orang-orang yang punya nyali tinggi, bisa berenang agak ke tengah.
Rasa nikmatnya semakin terasa ketika ombak-ombak kecil tampak saling berlarian. Sesekali gelombang pecah mengempas di pasir putih membasahi pantai. Butiran dan pecahan karang menari-nari dalam gulungan empasan ombak menambah kekaguman kita pada Pantai Mon Ikeun, yang terdapat di pantai yang terletak antara Pantai Cemara dan Pantai Lampuuk, Aceh Besar, Aceh itu.
Semakin seru pula, di tengah suara deburan ombak, terdengar suara-suara gelak tawa anak-anak yang bermain dengan ombak yang membuat mereka semakin nikmat melawan hempasan ombak. Rasa gembiranya anak-anak terlihat pula kaa mereka menggali-gali pasir dan menimbun tubuh ayah atau abangnya dengan pasir. Sementara di dalam air tampak pula orang-orang yang dengan sukacita berenang, menyelam, dan sekali-kali berkejaran dengan pecahan ombak putih itu.
Para pengujung pantai yang suka mandi, berenang dan menyelam-nyelam, tampak tidak ingin cepat-cepat bangkit ke luar dan berhenti mandi. Mereka rata-rata suka berendam di air hingga berjam-jam lamanya. Bahkan Ananda Nayla dan Aqila tidak mau diajak pulang. Mereka ingin terus mandi, berenang dan bermain-main dengan ombak-ombak kecil dan pecah menghempas pantai. Padahal, mereka sudah di air selama lebih dari 3 jam.Â
Bayangkan saja, mereka mulai mandi pada pukul 12.00 WIB dan baru pulang pada pukul 17.00 WIB. Hanya keluar dari air kala makan siang dan sekali-kali keluar mencicipi snack yang kami bawa. Itulah sedikit atau sekelumit cerita akan nikmatnya anugerah Allah dengan pantai indah yang bisa dinikmati oleh para pengunjung Mon Ikeun di akhir pekan. Menjadi tempat yang asyik bagi masyarakat kota Banda Aceh dan Aceh Besar, bahkan dari daerah serta negara lain.
Para turis penikmat pantai, datang ke Pantai Mon Ikeun untuk menikmati kegiatan surfing. Karena di pantai ini setiap kali kita datang, banyak turis yang membawa fasilitas surfing. Mereka bahkan datang bersama keluarga atau teman-teman seperjalanan dan sebagainya.
Bukan hanya itu, kala sore hari, bagi para pengunjung yang ingin menyaksikan mata hari tenggelam, atau sunset, pantai ini menjadi tempat yang paling indah dan menyenangkan untuk bisa menyaksikan pancaran sinar matahari terbenam. Apalagi kalau dalam cuaca yang bagus, para pengunjung banyak yang berdecak kagum menikmati ciptaan Allah itu.
Andapun selayaknya bisa merencanakan dan mengalokasikan waktu untuk bisa datang dan menikmati suasana dan keindahan Mon Ikeun yang jaraknya dari kota Banda Aceh, sekitar 15 Km itu. Mau?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H