Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Buka Puasa yang Segar itu, Ya Avocado Espresso

8 Juni 2018   08:44 Diperbarui: 9 Juni 2018   09:38 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Tabrani Yunis

Sebenarnya, aku bukan pecandu kopi. Aku bukan type orang yang suka addicted dengan kopi seperti kebanyakan orang yang kalau tidak minum kopi akan tidak bisa bekerja. Tidak minum kopi, akan merasa mengantuk. Tidak minum kopi akan terasa sakit kepala. Ya, tidak begitu, karena aku bukan pecandu kopi. Namun, sejak kecil aku konsumsi kopi, walau tidak harus sampai dua atau tiga kali minum kopi, seperti kebiasaan banyak orang Aceh.

Dahulu, aku minum kopi apa saja. Ya, sepertu kita ketahui ada jenis kopi Robusta da nada kopi Arabicca. Sejak masih kecil, tampaknya terbiasa dengan rasa kopi Robusta, karena di daerah kelahiranku, di Manggeng, Aceh Barat Daya itu saat itu banyak kopi jenis Robusta. Bahkan ketika kota Banda Aceh semakin terkenal dengan pertumbuhan warung kopinya pasca bencana tsunami dengan kopi Ule Kareng, yang banyak digandrungi orang itu, aku pun saat itu datang ke warung kopi Solong untuk menikmati kopi. Bukan saja untuk menikmati kopi, tetapi nikmatnya duduk bersama rekan-rekan di warung kopi itu adalah sesuatu yang sangat berarti.

Pascatsunami tersebut, hampir seluruh warung kopi di Aceh sebenarnya menyajikan kopi jenis robusta, tidak Arabicca Gayo. Kopi Ule Kareng yang terkenal enak di Solong coffee pun menyajikan racikan kopi robusta untuk bermacam sajian kopi, seperti kopi saring, sanger, kopi pancong dan lain-lain. Cara meraciknya pun sangat berbeda. Masing-masing warung kopi di Aceh tersebut menampilkan kebolehan mereka meracik dan menyajikan kopi.

Orang-orang, pecandu kopi merasa nyaman dengan kopi Robusta tersebut, walau sebenarnya bagi orang yang memiliki masalah dengan perut, seperti asam lambung, minum kopi jenis Robusta tersebut tidak membuat perut nyaman. Orang-orang yang punya masalah dengan lambung tersebut, akan merasa perut kembung dan juga mual. Konon, penyebabnya karena tingkat keasaman kopi robusta itu tinggi. Sehingga tidak cocok dengan para peminum kopi yang bermasalah dengan lambung.

Hal serupa juga sebenarnya aku rasakan. Sehingga seringkali ketika beranji atau bahkan datang secara rutin ke warung kopi tersebut, bukan menum kopi, tetapi aku memesan segelas teh setengah panas, atau teh hangat. Padahal, belum tentu juga nyaman dengan segelas teh tersebut. Akhirnya, jalan yang terbaik adalah berhenti minum kopi.

Aku pun berhenti minum kopi lebih kurang selama 4 tahun. Ya, aku berhenti minum kopi untuk sekian lama. Dengan berhenti minum kopi, maka frekwensi ke warung kopi juga ikut berkurang. Aku ke warung kopi hanya ketika ada janjian bertemu teman-teman. Di Aceh, sudah menjadi budaya lokal, setiap kali ingin ngobrol, bincang-bincang dengan teman atai bahkan mengadakan transaksi bisnis, selalu saja sambil ngopi. Jadi, wajar saja, kapan saja ingin bertemu teman, ajakannya ke warung kopi, walau yang diminum, tidak selamanya kopi.

Lumayan lama aku berhenti minum kopi, walau masih kalah lama dari berhenti merokok yang suah aku mulai sejak tanggal 15 Agustus 2000 itu hingga kini. Aku kembali minum kopi sekitar 3 tahun lalu. Aku tidak bermaksud untuk menjadi peminum kopi lagi. Aku tidak ingin minum kopi lagi, karena merasa tidak nyaman atau tidak tahan perut. Aku takut merasa mual dan kembung.

Trend Kopi Arabicca Gayo

Kehebatan kopi Ule Kareng dengan master brand-nya kopi Solong, Ule Kareng itu, di beberapa tempat tertentu seperti Sada coffee yang terletak di dekat kompek Taman Ratu Safiatuddin, Lampriet, Banda Aceh dan beberapa di jalan T.P.Nyak Makam, sudah mulai menyajikan jenis kopi yang berbeda dengan cara meraciknya yang berbeda.

Warung-warung seperti Sada coffee ini, menyajikan jenis kopi Arabicca Gayo dengan menggunakan mesin pembuat kopi. Ya, tampil dengan pendekatan modern. Orang-orang yang dianggap ahli di bidang racikan kopi ini yang sering disebut Barista. Warung --warung kopi yang menyajikan kopi Arabicca pun kian hari kian diramaikan pengunjung. Aku sendiri, pernah disuguhkan segelas kecil kopi Arabicca, ya sajiannya kopi espresso. Segelas kecil yang diminum tanpa gula, ya terasa sekali pahitnya. Aku saat itu belum jatuh cinta dengan kopi Arabicca, karena masih takut mengalami gangguan pada lambung. Makam setiap kali ada teman yang mengajak ke warung kopi, pilihannya tetap minum teh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun