Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Rokok Elektrik Kini Menyasar Anak-anak

29 Mei 2018   16:10 Diperbarui: 29 Mei 2018   21:35 2006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gila. Begitu kata yang keluar dari mulutku ketika melihat asap rokok mengepul dari seorang pengunjung warung kopi di kawasan Pango Raya, Banda Aceh malam itu. Berkali-kali asap pekat mengepul keluar dari hidungnya bagai cerobong asap. Bukan hanya menggumpal di hidungnya, tetapi mengepul ke sekitar meja, tempat ia duduk bersama teman-temannya.

Asap yang keluar dari alat rokok elektronik, tanpa ada sulutan api, sebagaimana layaknya rokok kretek atau cigarete yang lazim diisap para perokok. Ia tidak peduli bila asap rokoknya mengepul dan mengirimkan bau yang tidak sedap bagi orang yang bukan perokok. Yang penting ia merasa enjoy dengan rokoknya. Ini benar- benar gila.

Lebih gila lagi, suatu saat aku bersama isteri, Mursyidah Ibrahim dan dua anakku Ananda Nayla dan Aqila Azalea Tabrani Yunis, suatu ketika berada di sebuah warung yang menjual empek-empek. Kami memilih duduk di bagian dalam yang jauh dari asap rokok.

Namun, di meja paling depan, di bagian teras, tiba-tiba datang satu keluarga muda dengan dua anak yang masih kecil. Satu anak mereka masih dalam gendongan. Mereka menempati meja depan yang tidak begitu jauh dari tempat kami, sambil menidurkan anak yang paling kecil, masih bayi itu di atas meja.

Sang ayah, tanpa peduli, mengisap rokok elektrik  sedalam-dalamnya, lalu mengeluarkan asap pekat dari hidungnya, hingga terbang menghampiri hidung sang bayi. Sementara sang isteri cuwek saja. Sialan, bisik dalam hatiku. Kok tega ia merokok di depan bayi kesayangannya yang asap rokok itu bisa terhirup oleh sang bay.  Bukankah  dengan cara begitu memaksa anaknya yang masih bayi itu  menjadi perokok pasif sejak bayi? Gila bukan?

Menurutku itu memang gila.  Selama ini semakin banyak saja orang yang tidak pedulu akan bahaya rokok, termasuk rokok elektrik atau dalam Bahasa anak zaman now disebut Vape atau Vapor itu. Sebenarnya, jangankan untuk bayi atau balita, orang dewasa saja, akan merasa sangat terganggu dengan kepulan asap itu. Apalagi bayi, sejak masih bayi sudah ikut diracuni dengan asap rokok tersebut.

Mengapa ada orang yang tidak memiliki kesadaran akan hak orang lain untuk bisa menghirup udara yang tidak terkontaminasi oleh asap rokok? Pantaslah kalau banyak pula orang yang mengatakan bahwa perokok tersebut egois. Ya. Tidak peduli orang di sekitarnya terganggu dengan asap rokoknya. Orang-orang seperti ini, baik diberikan pelajaran untuk menjadi orang tua yang baik, gerutuku.

Kelihatannya budaya merokok di masyarakat kita selama ini semakin menjadi-jadi. Para perokok semakin tidak rasional dan selalu saja mencari-cari alasan yang tidak logis atau mengada-ada kala diajak untuk berhenti merokok. Yang katanya merugikan petani tembakaulah, merugikan pemerintah karena kekurangan sumber pajak atau cukai dan sampai-sampai pada alasan kalau tidak ada rokok, tidak ada inspirasi. Gila benar bukan?

Padahal sebenarnya mereka semakin tidak berdaya diperbudakan oleh rokok.  Mereka tidak bisa mengalahkan nafsu addicted terhadap rokok.Bayangkan saja, seorang perokok mau berjalan hingga jauh untuk membeli sebatang rokok, usai makan siang atau makan malam. Betapa mereka sudah disiksa oleh rokok yang secara kesehatan merusak diri itu.

Begitulah rusaknya generasi bangsa ini karena merokok. Semakin rusak lagi, perokok di tanah air terus meningkat. Baru pada tataran perokok biasa. Kini di banyak tempat, rokok elektrik alias vape itu makin menambah panjang angka perokok di tanah air. Jumlah perokok di Indonsia dari tahun ke tahun terus meningkat.

Pada tahun 2017 saja seperti dilansir TEMPO.CO, Jakarta -- "Lebih dari sepertiga atau 36,3 persen penduduk Indonesia saat ini menjadi perokok. "Bahkan 20 persen remaja usia 13-15 tahun adalah perokok," kata Menteri Kesehatan Nila Moeloek saat membuka Indonesian Conference on Tobacco or Health di Balai Kartini, Jakarta, Senin, 15 Mei 2017.

Hal yang lebih mencengangkan, kata Nila, saat ini, remaja laki-laki yang merokok kian meningkat. Data pada tahun lalu memperlihatkan peningkatan jumlah perokok remaja laki-laki mencapai 58,8 persen. "Kebiasaan merokok di Indonesia telah membunuh setidaknya 235 ribu jiwa setiap tahun". Pantas saja kalau WHO menetapkan Indonesia sebagai pasar perokok tertinggi ke tiga setelah Cina dan India.

Selain itu, ketikan jumlah perokok terus meningkat, WHO memperkirakan, jumlah kematian akibat tembakau bakar mencapai enam juta jiwa per tahun. Jumlah ini diprediksi akan meningkat menjadi delapan juta jiwa per tahun pada 2030. Di Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan total kerugian akibat rokok selama 2013 mencapai Rp378,75 triliun.

Peningakatan yang terjadi bukan hanya menambah jumlah, tetapi menyasar anak-anak. Pada jenis rokok biasa saja, jumlahnya sudah cukup besar yang bukan saja dikonsumsi oleh orang-orang dewasa hingga manula, kemudian ditambah dengan remaja dan anak-anak usia sekolah hingga tingkat dasar, sudah cukup tinggi. Kini ditambah lagi dengan trend rokok elektrik (Vape) yang harga jauh lebih mahal dari rokok biasa atau rokok bakar.

Di situs validnews.co menulis bahwa " meski pamornya sekilas sudah tak setinggi tahun 2016 lalu, rokok jenis ini tak benar-benar kehilangan peminat. Masih banyak penikmat setia yang memilih menghembuskan asap tebal dari Vape. Harganya yang makin terjangkau dengan jenis yang makin beragam membuat 'kids jaman now' pun menjadikannya sebagai simbol pergaulan.

Dianggap lebih hemat dan lebih sehat dibandingkan rokok konvesional biasa yang berisi lintingan tembakau dan nikotin, Vape bahkan dianggap sebagai salah satu cara untuk bisa berhenti dari kecanduan tembakau. Meskipun pada kenyataannya, hanya sedikit perokok yang benar-benar bisa beralih dari rokok konvensional ke Vape."

Apa pun jenis rokoknya, tidak ada yang tidak membahayakan kesehatan. Tidak ada rokok yang tidak memiskin rakyat. Paling kurang, akan menguras kantong setiap membeli rokok dan juga ketika mengidap penyakit akibat merokok. Yang harus segera diantisipasi adalah  saat ini semakin banyak anak yang terpapar rokok bakar dan rokok elektronik atau Vape. Meningkatkan jumlah perokok, akan meningkatkan jumlah biaya kesehatan yang harus ditanggung keluarga dan pemerintah.

Bukan hanya itu, ketika anak-anak sudah merokok, bakar atau vape, maka semakin buruk kualitas bangsa. Tak dapat dipungkiri kelak, generasi milenial yang kita banggakan sebagai generasi zaman Now yang berfikir lebih maju dan cepat, akan terpapar dengan budaya merokok yang tidak ada gunanya itu. Mari berhenti merokok. Berhenti membakar uang. Bangun bangsa yang sehat, tanpa rokok. Ciptakan lingkungan bersih, tanpa asap rokok. Kalu mau, pasti bisa.

Tabrani Yunis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun