Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Rokok Elektrik Kini Menyasar Anak-anak

29 Mei 2018   16:10 Diperbarui: 29 Mei 2018   21:35 2006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Youtube/Abdul Patah)

Hal yang lebih mencengangkan, kata Nila, saat ini, remaja laki-laki yang merokok kian meningkat. Data pada tahun lalu memperlihatkan peningkatan jumlah perokok remaja laki-laki mencapai 58,8 persen. "Kebiasaan merokok di Indonesia telah membunuh setidaknya 235 ribu jiwa setiap tahun". Pantas saja kalau WHO menetapkan Indonesia sebagai pasar perokok tertinggi ke tiga setelah Cina dan India.

Selain itu, ketikan jumlah perokok terus meningkat, WHO memperkirakan, jumlah kematian akibat tembakau bakar mencapai enam juta jiwa per tahun. Jumlah ini diprediksi akan meningkat menjadi delapan juta jiwa per tahun pada 2030. Di Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan total kerugian akibat rokok selama 2013 mencapai Rp378,75 triliun.

Peningakatan yang terjadi bukan hanya menambah jumlah, tetapi menyasar anak-anak. Pada jenis rokok biasa saja, jumlahnya sudah cukup besar yang bukan saja dikonsumsi oleh orang-orang dewasa hingga manula, kemudian ditambah dengan remaja dan anak-anak usia sekolah hingga tingkat dasar, sudah cukup tinggi. Kini ditambah lagi dengan trend rokok elektrik (Vape) yang harga jauh lebih mahal dari rokok biasa atau rokok bakar.

Di situs validnews.co menulis bahwa " meski pamornya sekilas sudah tak setinggi tahun 2016 lalu, rokok jenis ini tak benar-benar kehilangan peminat. Masih banyak penikmat setia yang memilih menghembuskan asap tebal dari Vape. Harganya yang makin terjangkau dengan jenis yang makin beragam membuat 'kids jaman now' pun menjadikannya sebagai simbol pergaulan.

Dianggap lebih hemat dan lebih sehat dibandingkan rokok konvesional biasa yang berisi lintingan tembakau dan nikotin, Vape bahkan dianggap sebagai salah satu cara untuk bisa berhenti dari kecanduan tembakau. Meskipun pada kenyataannya, hanya sedikit perokok yang benar-benar bisa beralih dari rokok konvensional ke Vape."

Apa pun jenis rokoknya, tidak ada yang tidak membahayakan kesehatan. Tidak ada rokok yang tidak memiskin rakyat. Paling kurang, akan menguras kantong setiap membeli rokok dan juga ketika mengidap penyakit akibat merokok. Yang harus segera diantisipasi adalah  saat ini semakin banyak anak yang terpapar rokok bakar dan rokok elektronik atau Vape. Meningkatkan jumlah perokok, akan meningkatkan jumlah biaya kesehatan yang harus ditanggung keluarga dan pemerintah.

Bukan hanya itu, ketika anak-anak sudah merokok, bakar atau vape, maka semakin buruk kualitas bangsa. Tak dapat dipungkiri kelak, generasi milenial yang kita banggakan sebagai generasi zaman Now yang berfikir lebih maju dan cepat, akan terpapar dengan budaya merokok yang tidak ada gunanya itu. Mari berhenti merokok. Berhenti membakar uang. Bangun bangsa yang sehat, tanpa rokok. Ciptakan lingkungan bersih, tanpa asap rokok. Kalu mau, pasti bisa.

Tabrani Yunis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun