Menjelang puasa, seorang perempuan yang seharian menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga, mendatangiku, bersama suaminya. Kedatangannya bukan untuk menagih hutang, bukan pula untuk bersilaturahmi, tetapi membawa sebuah misi. Ia minta izin untuk mendirikan tenda di depan POTRET Gallery.Â
Sebuah tenda untuk berjualan makanan buka puasa, berupa aneka penganan buka puasa. Menurutnya, lokasi itu sangat strategis untuk berjualan penganan buka puasa, karena jalan ini adalah jalan yang ramai dilewati orang setiap hari. Apalagi memang kawasan ini adalah kawasan kuliner yang setiap hari ramai dikunjungi.Â
Ada banyak sekali warung kopi, tradisional dan bernuansa moderen yang beroperasi setiap hari dari pagi hingga malam hari. Kecuali selama Ramadan, tidak satu pun warung kopi, cafe dan penjaja makanan lainnya yang membuka pagi hingga siang hari, karena memang dilarang berjualan siang hari selama Ramadan.Â
Kalau ada yang berani buka dan melayani atau menjual makanan, pasti akan berurusan dengan pihak Satpot PP dan WH. Masyarakat sendiri pun akan marah. Kalau mau jualan makanan atau penganan buka puasa, baru dibolehkan pada pukul 14.00 atau pukul 15.00 WIB. Lalu, ketika waktu yang ditentukan tersebut, maka menjamurlah penjual makanan atau penganan buka puasa di jalan Prof. Ali Hasyimi, Pango Raya tersebut. Bahkan bukan hanya di sepanjang jalan Prof. Ali Hasyimi tersebut, tetapi bersambung ke jalan T. P. Nyak Makam hingga mendekati kantor Gubernur Aceh.
Nah, misi perempuan penjual penganan untuk mendirikan tenda di depan POTRET Gallery tersebut, disambut dengan senang hati. Alasannya sederhana saja. Ya, ada beberapa alasan. Pertama, tenda itu tidak untuk jangka waktu lama. Hanya untuk sebulan, selama bulan Ramadan. Tidak akan mengganggu kegiatan jualan kami di POTRET Gallery, walau sebenarnya ruang itu bisa untuk parkir sepeda motor atau satu mobil. Kedua, Apa yang dilakukan oleh perempuan penjual penganan tersebut adalah kegiatan ekonomi yang menjadi concern, majalah POTRET dan Center for Community Development and Education (CCDE) yang selama ini aku jalankan.Â
Jadi, mengizinkan beliau mendirikan tenda dan berjualan di tempat itu juga menjadi bagian dari misi pemberdayaan perempuan secara ekonomi. Jadi selaras bukan? Tentulah begitu. Ke tiga, ternyata juga membawa keuntungan bagi usahaku, karena membuat orang-orang ikut singgah belanja di POTRET Gallery.Â
Dengan demikian, memberikan makna bahwa ketika kita berlapang dada, membantu orang lain, maka banyak kemudahan yang diberikan Allah kepada kita yang kadangkala tidak kita sadari. Maka, jangan takut berbaik hati dan berbuat baik kepada orang lain, walau sebesar zarah sekali pun. Allah akan membalasnya lewat berbagai cara. Selain itu, aku pun banyak belajar dari kegiatan jualan kue tersebut.
Aku mengamati aktivitas yang dijalankan perempuan tersebut sejak hari pertama puasa hingga batas aku menuliskan dalam tulisan ini. Apa yang aku lakukan adalah  mengamati  bagaimana ia memulai jualan,  bagaimana ia berjualan, bagaimana dan siapa orang-orang yang datang membeli penganan dan sebagainya. Pendeknya aku bagaikan seorang peneliti yang sedang mengumpulkan data untuk penelitian. Tidak salah bukan? Ya, apa salahnya? Sekali lagi, tidak ada salahnya.
Lalu, apa pelajaran yang ia berikan kepadaku? Dari hasil pengamatan yang intens, selama beberapa hari, sejak hari pertama puasa, hingga  sore kemarin, 26 Mai 2018?  Ia memberikan aku banyak pelajaran. Betul. Ada beberapa pelajaran penting dan perlu dibagi. Bukan bagi-bagi uang, tapi berbagi cara mendatangkan uang. Anda mau? Ternyata ibu penjual kue atau penganan ini adalah nara sumbernya. Kok bisa? Ya, jelas bisa.
Ah, jadi tak sabar rasanya. Apa saja pelajaran yang ia berikan itu. Seperti disebutkan tadi, banyak pelajaran penting dari diri dan aktivitas ia berjualan.  Ia membuktikan bahwa membuka usaha itu mudah. Tidak seperti yang ada dalam pikiran banyak orang bahwa  membuka usaha itu berat atau serba  susah.  Padahal mudah,  buktinya ia bisa lakukan dengan mudah. Ia pun sudah sekian hari berjualan dan banyak pembelinya. Apakah ia berfikir sama seperti kebanyakan orang lain yang selalu berkata, susah, tidak modal atau ah nggak level?
Ternyata ia berfikir beda, karena ia berfikir sederhana untuk memulai bisnis atau usaha. Ia punya ide atau gagasan untuk buka usaha, dia menentukan apa usahanya, lalu ia kerjakan, karena ia mau dan bisa. Ia tidak berkata, aku tidak punya modal, seperti kebanyakan yang disebut dan difikirkan orang di kala mau buka usaha. Benar kan? Selama ini banyak orang yang pusing, karena tidak punya pekerjaan.Â
Ya, sebut saja jadi pengangur. Ingin punya uang, tapi tidak punya pekerjaan. Ingin buka usaha, katanya tidak tahu mau buka usaha apa. Kalau tidak ada ide atau gagasan buka usaha, pasti akan selalu meraba-raba. Buka usaha tanpa ide, itu namanya mimpi di siang bolong. Pertanyaannya, ya mau lakukan apa?
Banyak orang ingin buka usaha, tetapi tidak jadi dan tidak jadi terus, karena alasan tidak punya modal. Kalau ditanyakan lebih jauh lagi, apa yang dimaksudkannya dengan modal, jawabnya pasti uang. Ya, apa yang difahami dengan modal, hanyalah uang. Padahal yang namanya modal, bukan semata uang ya kan? Uang memang perlu untuk modal, yang kita sebutkan dengan dana yang menjadi salah satu elemen dari modal usaha.Â
Perempuan yang sudah lebih seminggu berjualan penganan buka puasa yang letaknya di jalan Prof. Ali Hasyimi, Pango Raya, Banda Aceh itu, mengatakan bahwa ia tidak butuh modal untuk membeli ini dan itu. Ia cukup meletakan rak kue atau penganan di bawah tenda, lalu semua penganan ada yang datang menitipkan, tanpa harus membeli terlebih dahulu.Â
Ia hanya menjual, sementara yang memproduksi penganan ada pihak lain. Ia tidak perlu berjualan dari pagi hingga malam, tetapi hanya dua atau tiga jam saja, semua jenis penganan ada atau tersedia, juga para pembeli datang, tanpa harus berteriak mengajak untuk singgah dan membeli penganan.
Jadi, ia memberikan kita pelajaran entrepreneurship yang sederhana, yang dimulai dengan sederhana, walau hasil tidak besar. Untuk mencapai sukses itu tidak instan, tetapi harus melewati tangga-tangga yang kadangkala terhalang oleh banyak factor yang harus dihadapi untuk bisa sampai ke puncak sukses.Â
Namun, untuk ukuran usaha jualan penganan yang tidak membutuhkan dana besar untuk membeli bahan-bahan membuat penganan, tetapi setiap hari mendatangkan rezeki itu, Â juga sebagai sebuah kesuksesan awal untuk memulai usaha yang lebih besar. Sebab, lebih baik memulai usaha dari yang kecil-kecil dahulu kalau takut gagal. Bila memulai usaha dengan modal dana yang besar, ketika gagal, jatuhnya akan sangat menyakitkan. Jadi, mulailah usaha dengan yang kecil-kecil dahulu dan lebih cepat, lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H