Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kembalilah Membangun Akhlak Anak-anak

15 April 2018   01:18 Diperbarui: 15 April 2018   01:26 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, semua bisa terjadi. Kita hanya bisa berdecak heran dan kabar itu segera hilang dari ingatan kita dan kasus-kasus serupa juga bisa jadi terulang. Ironis sekali. Tentu saja sangat ironis.

Tentu saja bukan hanya kasus --kasus pembunuhan yang memilukan kita, banyak kasus lain yang sangat mengusik nurani kita. Bagaimana tidak, di zaman yang katanya edan ini, banyak hal yang aneh-aneh terjadi. Bukankah kita sering dikejutkan dengan berita kejahatan seksual terhadap anak? Ya, mungkin yang paling sering terjadi itu adalah pemerkosaan terhadap anak tiri yang dilakukan oleh ayah tiri.

Bisa jadi, itu pun sudah kita anggap sebagai hal yang lazim. Nah, betapa kita terkejut bila sang anak yang seharusnya dilindungi oleh ayah kandungnya, lalu kemudian anak kandung tersebut malah diperkosa dan dihamili oleh ayah kandung sendiri?

Ini buktinya. Warga Aceh Besar, Aceh, MJ (43), benar-benar bejat. Ia tega memperkosa anak kandung sendiri setelah istrinya mendekam di penjara karena tersandung kasus narkoba. Kapolsek Krueng Raya Polresta Banda Aceh AKP Agus Salim mengatakan pelaku sudah memperkosa anak kandungnya yang berusia 15 tahun sejak pertengahan 2017.

Dalam seminggu, pelaku kadang berhubungan badan dengan anaknya sebanyak tiga kali.
"Kasus ini terungkap setelah anaknya curhat ke kepala lorong. Setelah itu, baru dibuat laporan ke kita," kata Agus dalam konferensi pers di Mapolresta Banda Aceh, Kamis (8/3/2018).

Nah, bejat sekali bukan? Tentu saja sangat bejat dan kita juga hanya bisa berdecak-decak heran, ketika mendengar atau membaca berita tentang kasus seorang ayah yang dengan sengaja memperkosa anak yang merupakan darah dagingnya sendiri ini. Namun sekali lagi, kasus incest se[erti ini sudah semakin sering terjadi. Oleh sebab itu, selayaknya kita bertanya dan mencari tahu apa yang menyebabkan kasus-kasus seperti ini kini terus terjadi?

Untuk menjawab pertanyaan  tersebut, tentu tidak bisa kita jawab secara gamblang saja. Misalnya dengan menyalahkan satu pihak saja. Karena sesuatu itu terjadi, sesungguhnya ada sebab musababnya. Begitu juga dengan kasus-kasus seperti kita ceritakan di atas. Artinya, bila kita gali apa saja factor penyebabnya, akan banyak factor yang mempengaruhinya, baik internal, maupun eksternal.

Kita akan sangat mudah berkata bahwa penyebabnya karena anak sudah terlibat dalam penggunaan zat-zat yang merusak moral, misalnya karena factor terpapar dengan narkoba, atau terpapar dengan pornografi dan sebagainya. Itu semua merupakan factor eksternal. Namun, dari ekternal dan sekian banyak factor internal, sesungguhnya, factor utama yang menyebabkan kasus-kasus itu terjadi adalah factor kerusakan moral.

Ya, kerusakan akhlak. Akhlaqul qarimah sudah pupus. Akar masalah bangsa kita adalah pada kehancuran moral. Kehancuran akhlak. Kehancuran ini sudah kita akui selama ini. Sayangnya, kita semakin tidak mampu memperbaiki kehancuran moral atau kerusakan akhlak yang sedang melanda bangsa ini. Walau kini sisten pendidikan kita yang sedang berjalan, mengajarkan character building.

Rusaknya moral dan hancurnya akhlak tersebut, justru sering kita serahkan pada kesalahan system pendidikan formal. Kita menganggap bahwa pembentukan akhlak itu tugas guru di sekolah. Padahal, tugas utama dari pembentukan akhlak itu adalah di keluarga, sebagaimana kita ketahui bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama bagi tumbuh kembangnya moralitas atau akhlak anak.

Semua itu berawal dari rumah, karena anak sejak lahir dan pertama sekali menerima sentuhan pendidikan tersebut adalah dari orang tua. Ya, dari ibu yang melahirkan dan membesarkan, bersama ayah dan anggota keluarga. Bila ayah dan ibu menjadi guru moral, guru akhlak yang baik, maka kelak anak akan tumbuh berakhlak mulia. Oleh sebab itu, dibutuhkan kekuatan keluarga dalam membangun moral atau akhlak tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun