Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Saya Makan Bersama dengan Dua Presiden Finlandia

30 Desember 2017   01:14 Diperbarui: 30 Desember 2017   10:27 1368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selayaknya, penulis bersyukur bisa mendapatkan kesempatan duduk dan makan bersama dengan Presiden Finlandia ini, baik dengan Presiden Marti Ahtisaari, maupun Presiden sekarang Tarja Halonen. Tentu tidak banyak orang yang bisa mendekat kedua Presiden, tetapi Alhamdulilah, penulis sudah bisa duduk dan makan semeja dengan orang nomor satu di Finlandia tersebut. 

Semua ini, sesungguhnya adalah sesuatu yang tidak pernah terbayangkan dan tidak pernah disangka-sangka bisa bertemu, berjabat tangan, selfie dan bahkan duduk semeja makan dengan mereka dalam dua kesempatan. Sebenarnya, penulis malah berkeinginan bisa dekat atau bersalaman dengan Presiden sendiri, namun itu adalah sesuatu yang tidak mungkin. Dikatakan tidak mungkin, karena banyak factor. Ya, salah satunya, tidak ada yang membuat penulis bisa bertemu dengan Presiden, apalagi penulis bukan orang penting atau pejabat.

Namun demikian, pada tahun 2003, di bulan Oktober, penulis pernah mendapat kesempatan untuk berkunjung ke istana Negara di Jakarta, bersama sejumlah guru internasional yang kala itu sedang mengadakan acara konferensi guru Internasional di Novotel hotel, Bogor. Salah satu dari tangkaian acara tersebut adalah berkunjung ke istana Negara. 

Tentu ini adalah momentum  yang sangat menyenangkan penulis dan  para guru Internasional. Saat itu, penulis dan para guru Internasional itu sangat senang dan gembira untuk bisa bersalaman dengan Presiden Indonesia saat itu, yakni Ibu Megawati. Ya, dengan menumpangi tiga bus yang dikawal polisi saat itu, kami menuju istana negara. Dalam perjalanan dari Bogor ke Jakarta saat itu, para guru dari Asia dan Eropa juga ikut merasa bahagia, karena bisa datang ke Istana negera. Maka, dengan rasa senang dan haru pun bercampur. Tentu karena bisa ke istana Negara dan bisa bertemu dengan orang nomor 1 di Indonesia saat itu, ibu Negara Megawati.

Namun, setiba di istana Negara semua guru yang menjadi peserta konferensi guru internasional itu memasuki ruangan tempat pertemuan dengan Presiden Megawati saat itu, dengan penuh harap mendapat ucapan " Welcome to Jakarta atau apalah lainnya, seperti we welcome you warmly". Kata-kata itu tidak pernah keluar dari mulutnya Presiden Megawati saat itu. Bu mega hanya duduk diam, tanpa ada satu kata pun terucap, kecuali wejangan dari Menteri Pendidikan dan kebudayaan yang saat itu dijabat oleh Bapak Malik Fajar. 

Seusai wejangan dari Malik Fajar saat itu, para guru Internasional pun keluar dari ruang pertemuan dan kembali ke Bogor dengan penuh tanya. Seorang rekan guru dari Finlandia saat itu bertanya kepada penulis, mengapa Bu Presiden tidak bicara ya? Banyak pertanyaan yang muncul dan penulis juga ikut heran saat itu. Kendatipun kami sudah ke istana Presiden, tidak satu orang pun kala itu yang bisa atau dapat bersalaman dengan Presiden, termasuk penulis sendiri. Oleh sebab itu, wajarlah kalau penulis merasa bahagia dan bersyukur bisa bertemu, bersalaman, duduk semeja makan dengan dua Presiden Finlandia itu.

Pertemuan dengan dua Presiden Finlandia itu memang sebuah momentum penting dan berharga. Namun yang penting menjadi pertanyaan adalah bagaimana bisa bertemu, bersamalam, berfoto dan bahkan makan semeja dengan dua Presiden tersebut, baik di Aceh, maupun di Helsinki?  Semua ini, tidak lepas dari hikmah melakukan kegiatan-kegiatan social dan kemanusiaan di tengah masyarakat marginal di Aceh selama bertahun-tahun. 

Ini adalah buah dari semua kegiatan social yang dilakukan selama bertahun-tahun itu. Paling tidak ini juga karena doa orang-orang khususnya perempuan-perempuan marginal terhadap penulis. Penulis yakin sekali bahwa Allah selalu memberi jalan bagi kita untuk berbuat baik, sekecil apa pun. Alhamdulillah, semua karena kebesaran Allah. Semoga Allah masih memberikan kesempatan lagi ke depan. Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun