Hijrah ke dunia maya? Mengapa harus hijrah alias pindah ke dunia maya, apakah karena jumlah penduduk di dunia nyata saat ini sudah lebih dari 7 milyar, sehingga tidak ada lagi tempat di dunia nyata ini? Â Tidakkah kita ingat kalau dahulu para peneliti ruang angkasa, astronot yang sudah lama ingin hijrah ke mars atau bahkan ke neptunus, hingga kini masih belum berhasil pindah dan menetap di planet-planet tersebut? Lalu, mengapa sekarang pindah ke dunia maya, yang serba maya tersebut?
Ini zaman memang sudah berubah. Kalau dulu banyak orang berkata ini zaman edan, karena banyak hal yang sebenarnya mungkin, tetapi dianggap tidak mungkin dan tidak masuk akal. Padahal, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang. Buktinya kini kita sudah berada di era digital. Kita telah meninggalkan era-era yang dahulu dianggap cangih, Ya, kita sudah tinggalkan era aufklarung saru dan dua  seabad lalu, kita kemudian bergumul di era globalisasi dan kini malah katanya dikatakan era digital.Â
Di era digital ini, segala hal bisa terjadi. Kecanggihan teknologi komunikasi dan informasi telah mengubah patron kehidupan dengan sangat cepat, sejalan dengan cepatnya perjalanan informasi yang hitungannya bukan lagi per hari, tetapi hanya dalam satu klick, atau katakalan satu detik.
Cepatnya pergerakan dan perubahan di era ini, membuat banyak hasil teknologi zaman sebelumnya yang dianggap paling canggih, kini sudah satu per satu ditinggalkan penggunanya. Ada banyak sekali hasil atau produk teknologi yang dahulu canggih dan mewah serta mahal, kini tidak digunakan lagi. Beberapa contoh saja  adalah pesawat telepon yang serba kabel, mesin facsimile, bahkan handphone yang lahir di era digital pun dengan cepat berubah pada model smartphone yang serba canggih.Â
Dahulu, orang kalau ingin mengambil foto-foto harus menggunakan berbagai macam kamera yang harganya juga lumayan mahal, kini hanya dalam satu smartphone, semuanya ada dalam banyak pilihan. Orang-orang pun yang dahulu kalau berjalan tampak berdiri tegak, kalau sekarang hampir rata-rata berjalan membungkuk dan menunduk. Ya, karena mereka  asik sendiri dengan gadget di tangan, sebagai bukti sedang berada di era digital. Pokoknya, semua berubah dalam waktu yang sangat singkat. Sangat banyak perubahan dan sangat pesat perubahan itu berjalan.
Di bidang media, ya teknologi media yang dahulu kita mengenal ada media massa dalam bentuk cetak seperti surat kabar ( koran), majalah, bulletin, newsletter dan lain-lain, kini satu per satu hilang dan berhenti terbit. Kita bisa melihat di negeri kita, banyak media cetak yang terpaksa hijrah. Bukan hanya media cetak, bahkan media elektronik seperti televisi, radio dan lain-lain, juga sudah satu per satu harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Bahkan bila tidak mampu beradaptasi dengan perubahan zaman, pasti akan tergilas dan ditinggalkan. Karena semuanya berpacu dengan waktu. Hanya yang mampu memanfaatkan waktu yang cepat yang akan bisa mendapatkan nikmat.
Media massa, seperti surat kabar, majalah dan sejenisnya saat ini memang harus segera hijrah. Bila dahulu orang-orang yang membutuhkan sajian informasi, harus menunggu hadirnya surat kabar, majalah atau lembaran berita lainnya yang mengharuskan kita menunggu selesai dicetak dan diedarkan, kini semua itu sudah tidak diperlukan lagi. Kita sekarang sudah lebih cepat dan mudah mengaskes berita dengan menggunakan gadget yang selalu ada di tangan kita, kapan saja dan dimana saja. Yang penting paket internet tersedia. Kejadian yang terjadi di belahan bumi lain, dalam waktu seketika sudah bisa diakses. Maka, pertanyaannya adalah untuk apa lagi surat kabar atau majalah?
Kondisi kedua, apa yang membuat sebuah media cetak itu mampu terbit adalah karena didukung oleh kekuatan iklan. Iklan yang menghidupkan media. Sementara di era digital ini, para pemasang iklan pun sudah beralih ke dunia maya. Iklan-iklan yang dahulunya banyak di media cetak, kini sudah berpaling dan mencari tempat yang lebih murah dan massive. Nah, kalau iklan-iklan produk dan segalanya sudah ke dunia maya, bagaimana media cetak akan bisa bertahan hidup?
Tampaknya, ini adalah era kemenangan green peace, Walhi dan lembaga-lembaga Swadaya masyarakat yang bergerak di lingkungan. Dikatakan sebagai era kemenangan mereka, karena dengan berkurangnya orang menggunakan media cetak sepertu surat kabar dan majalah tersebut, apalagi media cetak berhenti terbit, maka pabrik-pabrik kertas akan berkurang menggerayangi pohon untuk bahan pembuat kertas. Artinya, pohon-pohon akan lebih terselamatkan. Karena penggunaan kertas yang sangat banyak untuk media cetak selama ini akan berkurang san berkurang,
Terbukti kini, media cetak, berupa surat kabar dan majalah atau newsletter di dunia dan juga di Indonesia pada level nasional dan di daerah-daerah sudah  banyak yang melakukan hijrah ke dunia maya. Semua media sudah menyusun langkah hijrah dengan membuat media online sambil memutuskan pindah total. Ada juga yang sudah pindah total ke dunia maya. Kita tidak perlu sebutkan satu per satu media cetak yang sudah lama hijrah ke dunia maya. Pindah dengan melakukan perubahan pada diri dalam berbagai bentuk. Sejumlah surat kabar ketika hijrah, sudah mengubah nama menjadi e-newspaper. Sejumlah majalah pun mengikuti format e-magazine serta media online lainnya.
Nah, ketika media-media besar yang selama ini menguasai jagad raya dengan distribusi yang luas di tanah air, lalu harus segera hijrah, apa lagi media-media kecil yang terbit di daerah yang selama ini memang miskin dengan sumber pendanaan dari iklan. Maka pilihannya memang harus segera hijrah. Majalah POTRET dan majalah Anak Cerdas, the children magazine yang terbit di daerah, juga sudah hijrah ke dunia maya. Untuk majalah POTRET, proses hijrah itu dilewati dengan membuka pintu hijrah yakni lewat laman situs ini. Lalu, kini dengan berbagai alasan pun harus menempuh jalan lewat e-magazine, baik majalah POTRET, maupun majalah Anak Cerdas.