Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wujudkan " Lautku Bebas Sampah" dari Rumah

4 Desember 2017   00:41 Diperbarui: 4 Desember 2017   13:59 3547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anda pasti akan marah atau tersinggung, kalau anda dituduh oleh seseorang telah  mengotori laut,  membuang sampah ke laut. Konon lagi membuang plastik ke laut. Pasti anda merasa tidak pernah membuang sampah ke laut. Alasannya, karena anda tidak tinggal di pinggir laut. Kalau tinggal di tepi laut bisa jadi setiap hari membuang sampah ke pantai atau di pinggir laut.

Apalagi anda tinggal di kota atau di pegunungan yang sangat jauh dari laut.  Jadi, sangat jelas rasanya tidak pernah membuang sampah, termasuk sampah plastik ke laut. Anda pun merasa tersinggung, malah membantah atau memarahi orang yang menuduh anda.  Perasaannya, mana mungkin Anda membuang sampah ke laut?  Ini pasti tuduhan yang tidak mendasar. Begitulah sikap banyak orang.

Ya, pasti akan banyak orang yang merasakan hal seperti ini. Sering merasa tidak bersalah sama sekali. Padahal, dalam kehidupan sehari-hari, seiring dengan perubahan gaya hidup, katanya  gaya orang zaman modern yang sudah meninggalkan cara-cara tradisional, maka kita setiap hari , terus bersentuhan dengan plastik, menggunakan barang-barang yang terbuat dari bahan plastik. Tidak percaya? Coba amati diri kita sendiri. Pasti tidak bisa membantah bahwa kita selama ini setiap hari akan menggunakan plastik. 

Di rumah kita ada banyak kantong plastik yang kita bawa pulang dari pasar untuk membungkus belanjaan kita.  Bila kita tinggal berdekatan dengan toko kelontong dan anda membeli sekilo gula pasir, maka ketika anda membeli sekilo gula pasir, ada dua plastik yang anda bawa pulang. Pertama, plastik bungkusan gula itu sendiri, lalu kedua, ditambah dengan satu kantong plastik untuk mengisi gula yang sudah diplastikan itu.

Di kalangan masyarakat kota yang setiap bulan berbelanja ke supermarket, atau mall, pasti akan lebih banyak membawa pulang kantong plastik. Semakin banyak barang yang dibeli, maka semakin banyak plastik yang dibawa pulang. Semua plastik yang kita bawa dari  pasar, baik tradisional maupun pasar modern dan  toko kecil atau kios, itu akan masuk ke keranjang (tong) sampah (garbage bin) yang ada di rumah masing-masing. Bukan hanya itu, ketika sampah di dalam keranjang sampah yang di kamar atau di dapur sudah penuh, kita akan menggunakan lagi satu plastik, untuk memuat sampah yang ada di dalam keranjang atau tong sampah tersebut agar mudah membuangnya.

Ketika kita mengonsumsi minuman-minuman ringan, air mineral, roti dan lain-lain, maka setiap kali minum air kemasan dan makan roti, kita akan menggunakan plastik. Jadi plastik semakin menjadi kebutuhan setiap orang. Ya, plastic is inevitable in modern society.Plastic is everywhere. Sangat massive dan  berbahaya bukan? Artinya demand terhadap plastik, bukan saja dari kebutuhan toko-toko besar, toko dan pasar tradisional yang menyediakan plastik untuk membawa pulang barang belanjaan, di rumah pun selalu membutuhkan plastik. Oleh sebab itu industri plastik pun menjadi semakin maju dan semakin banyak memproduksi plastik. Kita pun tidak pernah tahu, berapa banyak plastik diproduksi dan berapa banyak dalam satu menit kita menggunakannya. Pernah terbayang kah?

Ternyata, setiap tahun produksi plastik menghasilkan sekitar delapan persen hasil produksi minyak dunia atau sekitar 12 juta barel minyak atau setara 14 juta pohon. Lebih dari satu juta kantong plastik digunakan setiap menitnya, dan 50 persen dari kantong plastik tersebut dipakai hanya sekali lalu langsung dibuang. Dari angka tersebut, menurut Dirjen Pengelolan Sampah, Limbah, dan B3 KLHK Tuti Hendrawati Mintarsih, hanya lima persen yang benar-benar didaur ulang. Jadi rupanya  begitu banyaknya kita menggunakan plastic dalam sehari. 

Oleh sebab itu, jangan pernah marah kalau ada orang mengatakan bahwa kita selama ini, siapa pun kita sebenarnya selama ini sudah berkontribusi besar dalam membuang sampah ke laut. Ya, jangan pikir bahwa orang di hulu sungai atau di pegunungan tidak membuang sampah ke laut. Untuk membuang sampah ke laut, tidak harus kita secara langsung membuangnya ke laut, tetapi dengan membuang sampah apapun, termasuk sampah plastic di tepi atau pinggir sungai, itu berarti kita sudah membuang sampah plasti ke laut. Sebab, ketika banjir datang melanda, semua sampah plastic yang ada di pinggir sungai akan terbawa ke laut. Dengan demikian, penumpukan sampah plastic di laut akan terus bertambah dan bertambah.

Bisa jadi, karena kita tidak peduli, tidak mau tahu atau sama sekali menganggap bahwa membuang sampah plastic ke laut tidak berpengaruh apa-apa, kita terus lengah dan membuang sampah ke laut, kini tanpa disadari jumlah sampah plastik di laut semakin tidak terbendung akibat perilaku dan rendahnya kesadaran masyarakat kita Indonesia terhadap isu sampah di laut. Akibatnya, selain memposisikan Negara kita Indonesia menjadi penyumbang sampah plastic terbesar kedua di dunia yang mencapai 187,2 juta ton setelah Cina, kerusakan ekosistem di laut tidak dapat terhindarkan.

Ketika jumlah sampah plastic di laut terus bertambah dan tidak terbendung, maka bencana kerusakan ekosistem laut akan terus mengancam hidup kita. Ancaman pertama memang akan dirasakan langsung oleh biota-biota laut yang beragam itu. Tidak dapat dihindari, ketika biota laut mengalami pencemaran, maka manusia yang mendapatkan sumber energy dari laut, juga akan tercemar. Bukan hanya menimbulkan berbagai macam dampak buruk yang sifatnya jangka pendek, tetapi bisa jangka panjang yang mematikan. Selayaknya masyarakat sadar dan kembali mendengar firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat 41-42 yang artinya, ,  "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah : Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perlihatkanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)"

Mengingat dahsyatnya dampak buruk yang akan ditimbulkan oleh banyaknya sampah plastic di laut kita saat ini, bukan hanya pemerintah Indonesia yang merasa resah, tetapi juga pemerintah dari Negara-negara lain, termasuk Denmark. Kini, pemerintah Indonesia bertekad untuk mengurangi sampah plastik laut dan mewujudkan Indonesia bebas sampah 2020. 

Tekad pemerintah ini tidak akan terwujud apabila kesadaran dan kepedulian masyarakat Indonesia akan isu sampah plastic di laut masih rendah. Oleh sebab itu, masyarakat Indonesia harus bahu membahu, bersinergi dengan pemerintah untuk mengurangi dan bahkan mewujudkan laut bebas sampah dengan berbagai cara. Tentu banyak cara yang bisa dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk mewujudkan tekad pemerintah tersebut.

Selayaknya kita sadari bahwa permasalah sampah plastic dan dampaknya terhadap biota laut dan kita, bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi menjadi tanggung jawab kita bersama.  Semua harus punya niat dan tekad untuk mengurangi sampah plastik di laut. Ya, tanggung jawab pemerintah, perusahaan, masyarakat, keluarga dan individu. 

Untuk itu, pada level yang paling kecil dan rendah, yakni pada level individu, kita harus sadar dan berupaya lebih bijak dalam mengelola sampah plastic yang kita gunakan setiap hari. Setiap orang harus sadar dan mendisiplinkan diri dalam membuang sampah. Ya tentu saja harus mengikuti cara-cara bijak dalam mengelola sampah. Secara individu mau membuang sampah pada tempatnya secara terpisah, antara sampah plastic dengan sampah lainnya seperti kertas, dan sampah organic lainnya. Kita harus mulai dari diri kita.

Cara kedua untuk mengurangi sampah plastic laut adalah  dengan memulainya dari rumah. Bangun kesadaran semua orang di rumah. Keluarga di rumah adalah lembaga pendidikan pertama dan utama yang seharusnya bisa memulai tindakan-tindakan positif, bijak dan benar dalam mengelola sampah yang diproduksi di rumah tangga. Tindakan positif tersebut dimulai dari kedua orang tua yang mengajarkan diri sendiri dan juga memberi contoh kepada anak-anak untuk tidak membuang sampah sembarangan.  

Memulai dari rumah untuk bisa memisahkan sampah yang akan dibuang. Mengajar dan mengajak anak dan semua anggota keluarga untuk tidak membuang sampah ke pinggir-pinggir atau tepi sungai. Ya, juga mengajar anak dan keluarga membuang  sampah jenis apapun di semak-semak yang membuat sampah menumpuk di semak dan juga akan dibawa air saat hujan lebat.  

Ya, semua harus dimulai dari rumah. Kita harus segera dan mulai sekarang mengurangi penggunaan kantong plastic saat berbelanja dan bahkan berusaha tidak membeli produk-produk yang banyak memnggunakan plastic. Kemudian, secara individu maupun institusi keluarga, yang tinggal di hulu dan di hilir sungai, tidak lagi membuang sampah dan sampah plastik di pinggir --pinggir sungai.

Ketika masyarakat semakin sadar dan bisa mengurangi konsumsi plastik, maka para pengusaha-pengusaha yang memproduksi produk-produk plastik, harus mencari alternatif lain sebagai pengganti plastik. Perusahaan dan pemerintah juga harus terus berusaha membangun kesadaran masyarakat Indonesia, meningkatkan kemampuan literasi bangsa tentang sampah, masalah dan bahaya dari tindakan membuang sampah plastic ke laut, baik secara langsung, maupun tidak langsung. 

Dengan cara ini, kita akan bisa secara bersama menyelamatkan laut dari sampah plastik. Menyelamatkan laut dari sampah plastik adalah menyelamatkan kehidupan manusia dari segala bencana yang mungkin mengancam. Ayo selamatkan laut dari Sampah plastic. Mulailah dari diri sendiri dan dari keluarga di rumah. Pokoknya, setiap hari, kita juga harus menyampaikan pesan kepada teman, saudara dan masyarakat kita dengan ajakan, " Wujudkan Lautku Bebas Sampah dari Rumah ". Ya mari ingatkan setiap hari dengan menyebut " Wujudkan Lautku Bebas sampah Dari Rumah . Sekali lagi Selamatkan laut kita. Katakan kepada semua orang, Wujudkan Lautku Bebas Sampah dari Rumah . Jangan pernah berhenti mengajak orang dan masyarakat untuk menyelamatkan laut dari sampah, agar kita tidak menuai bencana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun