Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mendongenglah dengan Anak bila Ingin Bahagia

2 Desember 2017   21:56 Diperbarui: 3 Desember 2017   09:54 1730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dahulu, mendongeng sering dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anaknya sebelum tidur. Sehingga sering kita dengan ungkapan orang tua dengan kata dongeng sebelum tidur. Kegiatan mendongeng sebelum tidur tersebut sering dilakukan oleh ibu dan ayah, Ibu bisa saja mendongeng sejenak untuk membuat anak-anaknya bisa cepat terlelap atau tidur. 

Bila ibu mau mendongeng, ibu bisa memasukan pelajaran-pelajaran penting kepada anak, tanpa disadari oleh anak bahwa sesungguhnya ibu sedang mengajarkan atau menanamkan nilai-nilai ahklak atau budi pekerti kepada anak. Bukan hanya bisa dilakukan oleh ibu atau ayah, tetapi begitu  juga dengan nenek, karena anak sering suka tidur dengan nenek. 

Maka, nenek punya banyak banyak cerita dongeng. Nenek pun berdongeng dengan cucu saat sebelum mata kita terpejam. juga ketika anak tidur bersama nenek, nenek mendongeng, sampai sang cucu tertidur.

Sering pula kegiatan mendongeng itu dilakukan anak-anak bersama teman-teman sekolahnya, baik saat bermain bersama teman-teman, maupun pada saat, mereka berkumpul, atau kala tidur bersama-sama di suatu tempat bermain.  Ada banyak cerita yang bisa diingat dan melekat dalam pikiran kita. Dongeng yang paling popular saat itu adalah dongeng kancil.

Ada dongeng atara kancil dan buaya, atau juga tentang pertandingan lari antara siput dan kancil yang membuat kancil sebagai pihak yang dikalahkan oleh siput, ada pula cerita-cerita dongeng lain seperti Kijang bertanduk rusa dan sebagainya. Pokoknya, dongeng-dongeng tentang binatang dan lain-lain adalah sebuah tradisi yang sudah lama ada di dalam mayarakat kita.

Cerita-cerita dongeng yang disampaikan  ibu, ayah dan nenek, bahkan kawan-kawan  kepada anak-anak, bukan hanya sekedar cerita pengantar tidur, yang meninabobokan anak atau cucu, tetapi dongeng tersebut bisa menjadi media atau alat untuk memberikan pelajaran atau menjadi media pendidikan kepada anak-anak. 

Dengan membiasakan mendongeng kepada anak tersebut, kita orang tua  secara sadar atau tidak, sudah melatih daya ingat anak-anak. Sebab, ketika kita mencerita dongeng tersebut anak akan mendengar dan menikmati cerita tersebut. Secara otomatis pula bisa melatih  daya pikir anak dalam memahami cerita dan juga sekali gus melatih anak mengembangkan daya imajinasi mereka. Ketika ibu atau nenek sering mendongeng, maka anak juga akan mereproduksi cerita yang ia dengarkan itu kepada teman-teman lain saat mereka bermain.

Selain itu, kegiatan mendongeng itu adalah kegiatan belajar- mengajar anak. Diakatakan sebagai sebuah kegiatan mengajar, karena mendongeng tersebut mengajarkan anak-anak bagaimana bercerita, juga mengajarkan anak berbahasa dengan baik, bila orang tua bisa bercerita dengan baik kepada anak pada saat bercerita tersebut. 

Dikatakan mengajar juga karena lewat mendongeng, orang tua bisa menyampaikan pesan-pesan moral, nilai agama kepada anak ketika sedang bercerita. Semuanya sangat tergantung dengan kemampuan  orang tua kala bercerita atau mendongeng kepada anak. Jadi, mendongeng tersebut sangat  edukatif sifatnya, teruma dalam menanamkan nilai-nilai moral atau akhlak kepada anak lewat dongeng itu.  Ya, sangat banyak manfaat lain yang bisa kita gali.

Sayangnya, ketika zaman terus berubah begitu cepat, perilaku manusia semakin berubah pula. Kebiasaan berdongeng pun berubah menjadi serba digital.  Orang -- orang cendrung menjadi  semakin individual, suka menyendiri dan bahkan menjadi model orang-orang menunduk. Sebut saja sebagai manusia menunduk. Anak menunduk ke gadget, ibu pun sibuk sendiri dengan gadget. Dongeng pun hilang dengan sendirinya. Lalu kemudian, ketika terjadi kekosongan relasi, semua menjadi kosong. 

Tidak ada keindahan dongeng yang mewarnai hidup. Inilah salah satu konsekwensi dari perubahan zaman itu. Zaman digital yang dikatakan sebagai zaman paling hebat dan canggih. Bukan hanya itu, hasil teknologi yang dahulunya sangat canggih, di zaman sekarang (now) malah sudah dibuang dan tidak digunakan lagi. Lihatlah bagaimana dulu telepon, fax, televisi dan lain-lain yang dianggap serba mewah, kini semua sudah ditinggalkan dan ketinggalan zaman. Begitu pulalah nasib dongeng. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun