Selain itu, kala bermain bersama teman-teman sebaya, permainan yang sering diperankan adalah berjualan. Ya, berdagang. Nah, kegiatan berdagang kecil-kecilan itu juga aku praktekkan ketika kuliah di Program Diploma II. Kala itu aku menjual majalah kepada teman-teman kuliah dan juga kepada orang-orang lain, sambil kuliah.
Usai kuliah, kendatipun aku sudah diangkat menjadi guru, ternyata tidak membuat aku merasa puas dan sudah cukup dengan pekerjaan itu. Maka, selain aku berwirausaha lewat kegiatan menulis di media massa, aku mulai terjun ke dunia LSM. Aku bersama beberapa teman mendirikan sebuah organisasi non pemerintah (NGO) atau LSM, yakni Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (LP2SM) pada tahun 1990. Â
Di sini, aku belajar menjadi seorang wirasusaha sosial (social entrepreneur), karena kegiatan-kegiatan yang dilakukan lebih cenderung ke wirausaha social. Kegiatan wirausaha social ini kemudian dilanjutkan ketika pada tahun 1993 aku bersama dua teman yang sevisi mendirikan lembaga baru, yakni Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh. Lembaga ini menjadi tempat aku melatuh dan mempraktikkan kegiatan wirausaha social selama bertahun-tahun untuk melakukan kegiatan pemberdayaan dan penguatan perempuan akar rumput (grassroots).
Sambil melakukan aktivitas wirausaha social di CCDE, aku harus memanfaatkan potensi kemampuan berbahasa Inggrisku. Aku mulai mememberikan pelayanan les atau kursus privat dan mengajar Bahasa Inggris di kursus Bahasa Inggris saat itu di Oxford English Course dan Intensive English Course (IEC) cabang Jakarta, di Banda Aceh. Aku sempat menjadi salah satu kepala cabang IEC saat itu.
Sejalan dengan kegiatan pemberdayaan dan penguatan perempuan dan anak yang aku programkan di CCDE, maka pada tahun 2002, aku memulai usaha dagang dengan membuka Toko Mitra Usaha yang menjual alat-alat tulis kantor di lantai satu dan di lantai dua membuka kursus Bahasa Inggris yang aku beri nama Community English Course (CEC). Lalu, sejalan dengan kapasitas yang aku miliki di bidang menulis, maka pada tahun 2001 muncul gagasanku untuk menerbitkan media perempuan Aceh. Aku menggagas lahirnya POTRET, media perempuan Aceh.Â
Gagasan itu baru terwujud di awal tahun 2003. Aku mulai melatih 25 perempuan dari 6 kabupaten di Aceh. Edisi perdana pun diluncurkan pada tanggal 11 Januari 2003 yang terbit triwulan. Namun, ketika sedang menyiapkan POTRET edisi ke 4, bencana gempa dan tsunami, 26 Desember 2004 meluluhlantakan kantor CCDE di jalan Malahayati, Kajhu, Aceh Besar itu. Semua hilang, termasuk anak dan istriku yang tiak pernah lagi aku temukan hingga kini. Semua kembali kepada Allah. Aku pun kemudian harus melanjutkan hidup. Penerbitan majalah POTRET pun terhenti.
Majalah anak yang diterbitkan dalam rangka membangun gerakan gemar berkarya di kalangan anak sejak usia dini dengan orientasi sebagai bagian dari usaha pendidikan alternatif. Tidak hanya itu, agar majalah POTRET dan majalah Anak Cerdas ada daya topang, maka pada Oktober 2014, aku membuka POTRET Gallery, toko yang menjual berbagai macam souvenir, kerajinan Jepara, mainan, alat tulis dan lain-lain yang dibutuhkan oleh banyak orang.
Aku bisa membuka banyak lapangan kerja bagi orang-orang yang memiliki kemampuan kerja. Ya, semua program wirausaha yang aku lakukan, memberi keuntungan nikmat bagi diri sendiri dan juga bagi orang lain. Apalagi kalau itu adalah wirausaha berkelanjutan dan wirausaha social yang memberikan keuntungan untuk membangun sukses bersama.Â
Oleh sebab itu, semua pihak saat ini, harusnya mau memotivasi, mengajak generasi muda untuk berwirausaha. Kiranya, pihak swasta, termasuk bank, sepertihalnya Bank Danamon yang selama ini memberikan penghargaan  Danamon Entrepreneur Awards 2017, merupakan kontribusi dahsyat untuk mendorong generasi muda melupakan peluang menjadi PNS dan berfikir serta berupaya membangun wirausaha berkelanjutan untuk mengukir sukses bersama. Jangan terlalu lama dan terus mengejar status PNS. Jalan terbaik adalah wirausaha. Ya kegiatan wirausaha yang sustainable dan banyak manfaatnya. Jangan tunggu lagi, semakin cepat dimulai, semakin cepat memetik sukses bersama.