Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Merayu Si Mata Biru asal Aceh, untuk Bercinta dengan Kata

11 Oktober 2017   00:50 Diperbarui: 11 Oktober 2017   21:10 3134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Anda mengadakan perjalanan atau bertandang ke Aceh, pernahkah anda mendengar, atau melihat gadis-gadis cantik, berkulit putih dan keturunan Portugis yang bermata biru? Mungkin saja Anda tidak pernah mendengarnya, apalagi melihat langsung perawakan gadis-gadis cantik bermata biru tersebut. Konon lagi, kalau ke Aceh, anda hanya berada di Kota Banda Aceh, atau melewati jalur pantai timur, tentu gadis-gadis cantik keturunan Portugis itu tidak pernah anda temukan. Mengapa? Ya, karena mereka memang tidak berdomisili di daerah itu, tetapi mereka selama ini dikenal berada di daerah pantai barat, di Kecamatan Lamno, Aceh Jaya.

Keberadaan mereka kini pun bagai sebuah teka-teki saja. Menjadi tidak mudah, karena ternyata memang tidak mudah untuk mencari mereka. Namun, banyak orang yang berusaha mencari tahu akan pesona gadis-gadis cantik bermata biru itu ke tempat mereka berdomisili, yakni Lamno. Sekitar 30 tahun lalu, harian Kompas, Jakarta terbitan 15 Februari 1986 pernah menurunkan artikel berjudul "Mencari si Mata Biru di Lamno". 

Adakah mereka? Tentu saja ada, namun sekali lagi, semakin sulit mencarinya, apalagi setelah bencana gempa dan tsunami yang dahsyat menghantam daerah pada tanggal 26 Desember 2004 yang lalu. Selain itu, bisa saja keberadaan mereka sudah berpencar-pencar. Jadi, memang semakin menarik untuk mencari tahu keberadaan mereka.

Pagi ini, Selasa 10 Oktober 2017, setelah menunaikan ibadah salat subuh, seperti biasa aku bersama Iqbal Perdana, staf yang mengerjakan pekerjaan layout majalah POTRET dan majalah Anak Cerdas, ditemani dua orang teman Bayhaqy dan Pak Rusydi Adi memulai perjalanan dari Banda Aceh ke Lamno. Perjalanan kali ini, seakan menjadi sebuah perjalanan yang istimewa. 

Dikatakan istimewa, karena kami seakan sedang mengejar dan mencari jejak tentang gadis-gadis bermata biru itu. Misi kami ke Lamno, tentu bukan itu, namun kami juga berharap bisa bertemu dengan mereka. Siapa tahu, kami bisa merayu mereka. Ya, merayu yang positif.

Serong murid yang tampil membaca puisi
Serong murid yang tampil membaca puisi
Ya, perjalanan pagi, tampaknya tidak seperti yang kami rencanakan sejak awal, malam harinya. Rencananya saat selesai salat subuh, kami bisa langsung tancap gas, namun pagi ini tidak, perjalanan agak terlambat, karena Bayhaqy, sahabat yang ikut menemani ku ke Lamno, terlambat bangun. Sehingga, aku harus membangunkannya dengan menelpon berkali-kali, yang akhirnya ia terbangun dana meminta waktu beberapa menit untuk salat dan mandi. Ya aku dan Iqbal terpaksa menunggu. Tentu saja ini menyebabkan kami berangkat terlambat.

Perjalanan dari Banda Aceh ke Lamno, sebenarnya tidak banyak memakan waktu, karena jarak tempuhnya hanya 80 Km. Namun, karena medan yang dilewati, harus melewati tiga gunung, perbukitan yang berkelok-kelok dan tajam atau curam, waktu tempuhnya bisa lebih dari 1 jam perjalanan. Ya, katakanlah sekitar 2 jam. 

Kami berangkat dari kota Banda Aceh pada pukul 06.15 dan alhamdulilah bisa pukul 07.45 kami bisa tiba di kota Lamno. Tentu setelah mengarungi 3 pegunungan yang kondisi jalannya sangat menantang nyali. Ya, aku berusaha mengendalikan setir mobil double cabin, Ford Ranger keluaran tahun 2002 itu dengan sigap. Walau ketiga teman yang ikut bersamaku ada yang ngorok selama di perjalanan. Aku bersemangat dan hati-hati di belakang setir mobil dan tetap merasa bahagia bisa tiba dengan selamat dan tepat waktu.

Nah, perjalanan ini seperti ku utarakan di atas, bukan perjalanan mencari gadis-gadis bermata biru itu, tetapi sebuah perjalanan social edukasi yang mengusung misi yang sama seperti yang kami lakukan di SD Negeri 1 Kuta Bate, Tieng Gadeng Pidie Jaya, atau ketika mengadakan perjalanan ke kecamatan di Kota Meureudu, Pidie jaya, yakni misi membangun gerakan literasi anak negeri. 

Kebetulan, kali ini, aku dan teman-teman diminta membantu mengajak, menyemangati dan membimbing anak-anak dari 7 sekolah dasar di kecamatan Indra Jaya dan Jaya, Lamno, Aceh jaya, untuk menulis dan berkarya. Kepala SD Negeri Indra Jaya, bu Kasriati, S.Pd, perempuan yang tergolong visioner membangun kemajuan pendidikan di sekolah dan daerahnya, mengharapkan kedatangan kami. Alhamdulilah, pagi ini, aku dan kawan-kawan datang tepat waktu.

Ketika mendekati lokasi SD negeri 1 Indra Jaya, tempat kegiatan pelatihan menulis bagi anak-anak SD dari 7 SD di gugus Indra Jaya dan Jaya, Lamno ini, ternyata kampong tengah alias perut, sudah tidak dapat diajak berdamai lagi, rasa haus dan lapar, karena belum sarapan pagi, memaksa kami mencari warung untuk mengisi perut yang lapar. Kami berusaha mencari warung di beberapa tempat dan akhirnya bertemu dengan warung yang menyajikan sajian nasi bebek. Ya, kami pun mengamankan dulu kampong tengah itu. 

Dengan tidak berlama-lama, kami selesaikan sarapan dan kembali menuju sekolah SD Negeri 1 Indra Jaya. Kami disambut oleh ibu kepala sekolah, Bu Kasriati, S.Pd dengan senyum dan penuh keramahan. Di halaman sekolah, walau hujan rintik-rintik, tampak sejumlah anak sekolah dari 6 sekolah lain berdatangan. Ada yang diantar dengan motor, dengan mobil dan bahkan dengan menumpang becak mesin, untuk mengikuti acara ini.

Sejenak kami berada di ruang guru, sembari beramah tamah dengan para guru dan menikmati sajian pisang goreng dan kopi, aku melihat sejumlah piala yang dipajangkan di lemari ruang guru. Piala-piala tersebut adalah bukti bahwa sekolah ini adalah sekolah yang sudah banyak meraih prestasi. 

Benar saja, ternyata banyak murid sekolah ini yang ikut lomba di tingkat kecamatan, kabupaten, bahkan tingkat provinsi dan nasional, lalu meraih piala itu. Tanpa basa-basi, aku mengatakan, wah bagus bu. Sekolah yang berada di desa seperti ini, sudah banyak meraih prestasi. Aku jadi salut dengan kegigihan ibu membimbing anak-anak ini. Hebatnya lagi, hari ini ibu mengundang kami untuk membantu anak-anak, yang bukan hanya dari sekolah ibu, tetapi dari 7 SD dari 2 gugus. Great, I really appreciate it.

Doc. Pribadi
Doc. Pribadi
Tak lama kemudian, kami melihat anak-anak peserta pelatihan menulis ini sudah diarahkan masyk ke bangunan pustaka. Ternyata, tempat acara terpaksa dilakukan di ruang pustaka, yang semula direncanakan di ruang terbuka, halaman sekolah, namun karena hujan, ya kami menggunakan ruang pustaka. Sebagai pelatih yang sudah puluhan tahun belajar dan menggunakan metode fasilitasi, pemindahan tempat itu, bukan alasan bagiku untuk tidak tampil dan bertindak optimal. Pengalaman puluhan tahun itu adalah kekuatan yang aku punya. 

Maka, usai kepala sekolah memberikan pengarahan kepada anak-anak, panggung atau ruangan itu diserahkan bulat-bulat kepadaku. Lalu, akupun beraksi menarik perhatian lebih kurang 75 orang anak SD dari 7 sekolah tersebut. Tugasku membuat mereka senang dan kemudian jatuh cinta. Ingat dengan apa kata orang dahulu? " Kalau cinta sudah melekat, apa pun yang kita minta untuk dikerjakan, pasti mereka akan mau melakukannya, bukan?

Ya, pastilah. Maka, mengawali kegiatan pagi tadi, aku mencoba menebar pesona. Ya, berusaha menarik dan mencuri perhatian anak-anak yang biasanya liar. Satu per satu teknik yang ku miliki, ku keluarkan. Aku mempelajari kondisi forum, ya melihat suasana anak-anak yang tingkat kemampuan berbeda dan jenis kelamin berbeda itu. Sambil menggali potensi, jurus motivasi terus digunakan, sehingga aku benar-benar menguasai ruangan atau panggung yang diberikan. Dengan menggunakan sejumlah majalah Anak Cerdas yang aku bawa ke ruangan, rasa ingin tahu anak juga semakin tinggi.

Dari kegiatan awal itu, aku menemukan bahwa anak-anak yang berada di dalam ruang pustaka ini, memiliki sejumlah potensi berkarya yang hebat. Sebelum latihan ini dilakukan sudah banyak anak yang berkarya, ada beberapa anak yang sudah mampu melukis atau menggambar, yang gambarnya layak untuk dipublikasikan di majalah Anak Cerdas atau ke majalah-majalah nasional lainnya. Bukan hanya itu, banyak juga yang sudah lihai berpuisi. Salah satu contoh adalah aku meminta salah satu peserta membaca puisi. 

Tanpa rasa takut ia bangkit dan berdiri di depan, lalu membaca puisi yang ada di majalah Anak Cerdas. Ia membuat teman-temanya terkesima. Untuk menulis cerita dan puisi, ternaya mereka suka menulis dongeng an cerita-cerita tentang apa yang terjadi di daerah mereka. Sungguh sangat menarik, walau masih banyak yang harus diluruskan. Ya, itulah tugasku, ungkapku dalam hati. Pokoknya, mereka sudah memulai, namun tidak memiliku media untuk memublikasikan karya mereka. Makanya, majalah Anak Cerdas diundang untuk bisa mengakomodir kebutuhan anak-anak di daerah ini.

Sangat antusias
Tidak satu pun yang keluar, meninggalkan ruangan selama acara berlangsung. Tentu ini sebuah indikator bahwa anak-anak sangat antusias mengikuti acara. Bukan hanya itu, bahkan mereka lupa untuk mengambil snack yang sudah disediakan oleh pihak sekolah. Mereka bertahan di ruangan menikmati sajian materi dan kegiatan pelatihan itu. 

Tentu saja, untuk membunuh kebosanan anak-anak, sejumlah kegiatan icebreaking atau icebreaker dilakukan, sehingga rasa suka semakin menggumpal. Mereka bisa bernyanyi dan ikut menyajikan hasil karya mereka di depan kelas. Terlihat semua anak belajar dengan sangat antusias. Mereka tidak mengeluh karena harus menulis sambil duduk bersila di lantai, tanpa ada meja atau bangku. 

Setiap tugas yang diberikan, mereka selesaikan. Kebahagiaan dan rasa suka anak semakin bertambah ketika sejumlah anak yang tampil dan mau maju ke depan, diberikan hadiah majalah Anak Cerdas. Mereka berlomba-lomba melakukan yang terbaik, untuk mendapatkan hadiah majalah yang disediakan.

img-2251-jpg-59dd07c674bbb005823b4b83.jpg
img-2251-jpg-59dd07c674bbb005823b4b83.jpg
Kiranya, ini adalah sejumlah indikator bahwa sebenarnya, anak-anak kita memiliki potensi dan kemauan belajar yang bagus dan tinggi. Sayangnya, banyak pihak yang menuding bahwa anak-anak kita itu malas belajar atau tidak mau berkarya dan bahkan juga sering dituduh malas membaca. Padahal, kesempatan untuk berkarya, media bacaan yang menarik, tidak disediakan di sekolah. Jadi sangat tidak adil.

Oleh sebab itu, dengan dilakukan kegiatan ini, dengan mengajak para guru berada di ruangan, aku bisa sekalian membangun/meningkatkan kesadaran (raising awareness) para guru dengan menjadikan model yang aku praktikkan untuk direplikasi di sekolah masing-masing. Akhirnya, tidak ada kebahagiaan yang paling berharga, selain sebuah kepuasan batin. Belajar bersama, berbagi ilmu dan ketrampilan bersama anak-anak dalam rangka menebar virus literasi kepada anak-anak sekolah dasar (SD) ini, agar mereka tumbuh dan berkembang dengan karya-karya yang produktif adalah segalanya yang menjadi sumber kebahagianku dan kawan-kawan. 

Semoga akan ada kepala sekolah lain yang mau mengikuti jejak kepala SD negeri 1 Indra Jaya, Lamno ini. Semakin banyak yang mau ikut membagun budaya literasi di negeri ini, maka akan semakin tinggi kualitas generasi bangsa ini. Semoga saja demikian. Yang jelas, kami datang untuk merayu si mata biru untuk gemar atau suka berkarya sejak usia dini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun