Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berkunjung ke Kota "Zero" Sepeda Motor

9 Mei 2017   21:49 Diperbarui: 10 Mei 2017   10:07 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
From KH Hotel in Yangon

Tentu saja, berbagai pikiran yang aneh dan nyeleneh bisa datang dalam pikiran kita, seperti terbayang bahwa kemungkinan besar tidak banyak toko pakaian yang menjual celana seperti yang kita saksikan di toko pakaian di Indonesia. Alasannya, karena mereka tidak menggunakan celana panjang atau jeans, melainkan longjin itu. Jadi, terasa unik di negerinya Aung Sang Syuki , politisi perempuan yang namanya sangat terkenal karena menjadi tokoh perempuan Myanmar yang lama hidup di penjara dan kini berada dalam parlemen di Yangon.  Jadi, Yangon, memang memperlihatkan banyak keunikan. Rasa penarasan di hati semakin membungkah.

Tak lama kemudian, Taxi yang membawaku ke hotel, memasuki depan hotel yang nyaris tidak memiliki halaman tempat memarkirkan kenderaan, keculai underground parking. Aku masuk hotel yang bernama KH hotel. Aku bertemu dengan teman-teman dari Myanmar yang menjadi panitia acara itu. Kemudian baru bertemu dengan teman-teman lain dari Negara lain seperti India, Sri Lanka, Cambodia, Philippines dan lain-lain. Aku beristirahat sejenak di kamar.  

Zero Sepeda Motor

Sebagai orang baru, masuk ke daerah baru, malahan Negara yang baru dilihat, Aku semakin suka mengamati segala fenomena yang ada. Mataku mengamati kondisi kemacetak kota ini di kala pagi dan sore hari. Di depan hotel KH, tempat aku menginap, setiap pago dan sore aku melihat kemacetan jalan yang cukup panjang. Padahal ruas jalan di kota itu lumayan lebar. Namun, kemacetan (traffic jam) lumayan berat.

Kendatipun jalan itu padat dengan kenderaan, aku tidak melihat ada satupun kenderaat roda dua, yakni sepeda motor. Yang ada hanyalah deretan mobil dan bus yang sedang lewat dan merangkak. Aku heran. Tidak seperti kota-kota di Indonesia, seperti Jakarta yang penuh sesak dengan kenderaan roda empat, tetapi memiliki jutaan sepeda motor dalam berbagai merek dan ukuran. Kota Yangon memang aneh. Kota ini tidak ada sepeda motor lalu lalang. Padahal, di kota lain seperti di Indonesia, seperti di Aceh, sepeda motor begitu banyak. Lalu, mengapa di kota Yangon ini tidak ada sepeda motor? Bukan hanya sepeda motor yang tidak kelihatan, jumlah sepeda pun sangat jarang terlihat.

Hmm, ada baiknya kita cari informasi lebih lengkap kepada teman-teman kita dari Myanmar ya. Pasti mereka akan memberikan kita penjelasan lebih banyak. Yang penting bagiku adalah aku menyaksikan bahwa kota Yangon itu, kota zero motor cycles, kota nol sepeda motor. Jadi sangat menarik bukan?

Nah, andai saja di Indonesia ada kota zero sepeda motor, pasti tingkat kemacetan di jalan raya, polusi udara dan bahkan tingkat kecelakaan pun bisa semakin rendah. Namun, apa daya, negeri kita Indonesia adalah negeri yang banyak penduduknya, banyak pula kenderaan roda dua yang dimiliki. Satu rumah bisa lebih dari dua sepeda motor. Bukan hanya kelebihan sepeda motor,  tetapi juga sudah kelebihan mobil pribadi, sehingga kenderaan roda dua dengan kenderaan roda empat, sudah bercampur baur, bagaikan minuman es campur. He he

Ini adalah kesan pertama. Bukan kesan kedua dan ketiga. Kesan kedua dan ketiga, akan ada dalam catatan lain, yang akan aku ceritakan. Jadi kalau sudah ke Yangon, berarti kita sudah ke Myanmar dan Burma. He he 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun