Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Setiap kali Bencana Datang, Mahasiswa Langsung ke Jalan

4 Mei 2017   15:27 Diperbarui: 4 Mei 2017   15:40 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Pertanyaan-pertanyaan di atas, selayaknya kita jawab bersama. Hal ini penting, sehingga para mahasiswa, terutama yang sangat peduli dan berempati dan mau turun tangan membantu, tidak merasa dikecilkan usaha yang dilakukan mereka. Para mahasiswa tidak salah melakukan kajian itu, karena mahasiswa juga memiliki kecerdasan dalam berfikir dan bertindak.

Pemadam Kebakaran

Tak dapat dipungkiri bahwa aksi turun ke jalan, mengumpulkan uang-uang receh fari para pengguna jalan di kota Banda Aceh selama ini, pada hakikatnya adalah aksi positif yang lahir dari sebuah rasa kepedulian dan kemauan untuk membantu mereka, korban yang sedang dirundung malang. Namun, tidak dapat dibantah pula bahwa aksi-aksi itu ibarat menjalankan tugas pemadam kebakaran, karena tidak menyelesaikan akar masalah, terutama pada bencana kerusakan lingkungan, seperti targedi banjir yang terjadi secara berulang dan berlansung sepanjang tahun. 

Pada bencana banjir, banjir bandang dan kongsor akibat penambangan dan sebagainya itu, pendekatan model pemadam kebakaran tidak cocok untuk digunakan. Kecuali pada bencana kebakaran yang penyebabnya karena hal-hal yang incidental, tetapi untuk kasus lingkungan, yang menyebabkan banjir, banjir bandang atau seperti halnya bencana di Lapindo, banjir bandang di lawe Sigala-gala, Aceh tenggara dan di berbagai daerah, melakukan penggalangan dana seperti itu hanya akan menguntungkan pihak perusahaan perusak lingkungan. 

Apalagi kalau pengrusakan terus dilakukan, sementara masyarakat terus menjadi korban kerusakan itu, maka penggalangan dana di jalan-jalan itu, membuat mahasiswa akan semakin lelah dan masyarakat pun sudah bosa memberikan bantuan. Akibatnya, mahasiswa akan menuai kekecewaan.

Selayaknya, dalam hal penggalangan dana di jalan-jalan tersebut hanya dilakukan untuk membantu para korban bencana yang terjadi secara incidental, seperti kebakaran, diterjang putting beliung atau akibat gempa dan tsunami. Sementara akibat kerusakan lingkungan oleh perusahaan besar yang mengeksploitasi alam, mahasiswa harus bergerak menyelesaikan akar masalahnya. Bukan pada akibat banjir. Bila ini dilakukan, maka inilah yang disebut dengan fenomena puncak es. Hanya mengatasi hal-hal yang ada di permukaan. Inikah yang ingin dicapai oleh para mahasiswa yang beniat membantu korban? Mari kita berfikir ulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun