Kini, tak dapat dipungkiri juga. Majalah POTRET, media perempuan kritis dan cerdas, sebagai satu-satunya majalah perempuan yang terbit di Aceh dan juga berada di sejumlah daerah di Nusantara, mau tidak mau, suka atau tidak suka, harus menghadapi nasib serupa. Buktinya, majalah POTRET setelah terbit 13 tahun, dan pada tahun ke 14 ini sudah dalam keadaan payah untuk tersebut. Amunisi yang disiapkan sudah habis. Apalagi selama ini majalah ini tampil tanda dukungan iklan. Maka, wajar kalau majalah ini terpaksa berheni terbit, walau belum mendeklarasikan kematiannya. Persoalannya sama.Â
Selain tidak mendapatkan iklan untuk bertahan, pemerinta daerah tidak melihat majalah ini sebagai media yang meiliki arti bagi pembanguna dunia baca, pembangunan literasi anak bangsa. Tidak melihat bahwa keberadaan majalah ini selama ini adalah sebagai bentuk kontribusi nyata untuk membangun gerakan menulis di kalangan masyarakat, sehingga pemerintah daerah tidak melihat pentingnya majalah ini terbit.Â
Walau sebenarnya majalah POTRET adalah majalah yang menampung karya anak-anak sekolah di Aceh. Majalah POTRET menjadi jembatan dan media belajar menulis bagi perempuan dan para sisa serta guru dan masyarakat umum. majalah ini dibiarkan hidu sendiri dan mati pelan-pelan.
jadi, sebagai alternatif, majalah POTRET yang sudah selama 7 bulan tidak terbit, sudah sejak tahun 2012 menyiapkan jalur online dengan membuka jalur www.potret-online.com dan kini bermigrasi ke www.potretonline.com. Tampaknya, kendatipun idealisme mengatakan POTRET harus bertahan hidup, secara nyata kini majalah itu tidak mampu terbit lagi.Kecuali biala para pemasang iklan mau meliriknya kembali.Â
Pemerintah daerah mau sedikit memberikan perhatian, maka majalah ini tidak harus berenti terbit, karena impian untuk membangun geralan menulis di kalangan peempuan, para siswa dan masyarakat Aceh masih belum selesai. Kita masih harsi membangun kembali budaya literasi, karena sesungguhnya kemampuan literasi bangsa ini sudah berada pada titik nadir.Â
Idealnya POTRET harus menjadi media belajar bagi anak-anak dan guru di sekolah, namun apa daya, pemerintah daerah memang tidak mau peduli, walau majalah ini seharusnya penting dipertahankan. Kita tidak bisa menyeruka n agar ada upaya "Save POTRET " karena memang pemerintah daerah tidak mau peduli. memang sedih bila majalah POTRET harus juga mengusung keranda kematiannya di era digital ini. Namun demikian, bila mau, pasti bisa diteruskan.
Semoga majalah Anak Cerdas, the children magazine yang juga satu-satunya majalah anak yang terbit di Aceh dan beredar luas ke nusantara ini, tidak mengikuti jejak seniornya. Untuk itu perlu ada perhatian semua pihak. Karena saat ini minat anak-anak mengirimkan karya ke majalah ini sudah mulai tumbuh. sayang sekali kalau mati sebelum sempat berkembang.
Oleh: Tabrani Yunis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H