Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Migrasi Menjelang Pagi

30 Maret 2016   18:06 Diperbarui: 30 Maret 2016   18:08 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Antusiasnya para Blogger Aceh mengikuti Roadblog di 10 kota di Banda Aceh"][/caption]

Catatan Roadblog 10 Kota, Bagian kedua

Oleh Tabrani Yunis

Ingat dengan catatanku di bagian pertama dari catatan Roadblog 10 kota di Indonesia yang aku posting di Kompasiana sebelumnya? Ya,  Aksi gerak cepat mengumpulkan 100 Blogger Aceh untuk ikut acara Roadblog 10 kota Indonesia dimana kota pertama, tempat pelaksanaan acara tersebut adalah kota Banda Aceh. 

Para perencana atau programmer kegiatan ini sudah sejak lama merancang dan menyiapkan kegiatan ini, namun karena mitra yang mereka tunjuk mengalami gagal komunikasi, akibatnya dalam batas waktu yang hanya tinggal satu hari, aku mendapat tugas menjalankan misi untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut.

 Hari itu, Jumat 25 Maret 2016. Menjelang magrib, aku masih berada di Grand lambhuk Hotel bersama pemilik hajat kegiatan seminar dan workshop para blogger Aceh. Ya, karena sudah menjadi kebiasaan manusia yang butuh makan saat waktu makan malam atawa dinner sudah tiba, maka usai magrib, kami sambil mengantarkan surat pemberitahuan kepada Polres Aceh tentang kegiatan acara, kami mencari warung makan. Tentu saja ingin mencari warung makan yang bisa memberikan kenikmatan. 

Kami memutuskan untuk menyantap sajian nasi goreng di Dauz yang letaknya berdekatan dengan mie Aceh yang kesohor yang pernah disambangi oleh bapak Presiden kita Joko Widodo itu. Ya ternyata satu dinding dan tertelak di jalan Teuku Panglima Polem, Peunayong, Banda Aceh. Ya di warung yang terletak di kampong Cina Aceh ini, kami menikmati sajian makan malam. Moga saja rekan-rekan yang dari Jakarta ini merasa puas dengan sajian makan malam itu.

Ketika makan malam usai, waktu pun sudah menunjukan pukul 21.00 WIB. Kami bergerak melihat tempat acara, yakni di A café yang terletak di depan Polda Aceh. Dengan mengendari dua mobil, kami meluncur dan melaju ke A café dan tiba di café yang menyajikan sajian kopi Arabika Gayo tersebut. Mbak Rika merasa kaget melihat tempat acara. Ya, mungkin jauh dari apa yang ia bayangkan. Mungkin ia juga berharap agar acara ini berlansung di tempat tertutup seperti di ruang aula hotel. Juga aku sadar bahwa acara ini membutuhkan konsentrasi agar para blogger bisa tetap bertahan hingga acara usai.

Hmm, aku merasa tidak enak hati, ketika melihat raut wajah mbak Rika dan mbak Leila yang saat itu bertanya, hmm disini ya acara besok? Lho, bukannya terlalu sempit dan dekat sekali dengan jalan raya? Ini akan sangat mengganggu para peserta dan mereka pasti tidak akan concern dengan apa yang disampaikan oleh para pembicara. Aku berusaha meyakinkan mereka dan kemudian kami kembali lagi ke Grand Lambhuk Hotel. Aku terus melihat raut wajah mbak Rika yang masih belum yakin dengan tempat itu. 

Kami pun berdiskusi dan menimbang-nimbang apakah mungkin besok bisa melakukan kegiatan seminar dan workshop di tempat terbuka seperti itu. Mbak Rika dan mbak Leila masih sangat ragu. Sementara waktu sudah lewat pukul 23.00. Lama kami berada di tempat itu. Mbak Rika dan mbak Leila hanya berdiam durga Di benaknya penuh keraguan. Aku kemudian mengajak mereka kembali melihat tempat acara. Akhirnya, mbak Rika mengatakan, kita sebaiknya pindah dan mencari tempat lain. Ini adalah keputusan genting yang harus aku sikapi, setelah keputusan untuk menyanggupi melaksanakan acara dalam waktu sehari.

Tentu terasa sangat puyeng juga kepala malam itu, apalagi suasana malam sudah mulai pekat. Mbak Rika mengajakku dan sopir, Syahrul untuk mencari tempat ke Woroeng Nenek yang letaknya sekitar 100 meter dari A café. Menurut mbak Rika dan mbak Leila, ini lebih cocok dan tepat. Namun, ketika tiba di tempat itu, waroeng Nenek sudah keburu tutup. Tampak ada beberapa orang pekerja waoeng Nenek yang masih berada di aera belakang. Kami pun mendekati mereka dan bertanya, apakah bisa mengadakan acara untuk besok pagi. Para pegawai waroeng Nenek menjelaskan bahwa pada hari Sabtu tersebut akan banyak pesanan tempat karena ada acara wisuda dan mereka sudah memesan tempat. Jadi, keputusannya tidak bisa.

Aku merasa semakin pusing menghadapi kondisi ini. Akhirnya aku mengajak mereka kembali ke Grand Lambhuk hotel untuk bertemu dengan manager hotel yang masih sangat muda tersebut. Kami menyampaikan permasalahan yang sedang kami hadapi, sambil berharap pihak hotel sanggup menyiapkan keperluan kami bila malam itu kami pindah atau migrasikan tempat acara. Alhamdulilah, pihak hotel, walau dengan berat hati, menyanggupi permintaan kami. Oleh sebab itu, segara kami kembali lagi ke A café dan bertemu pihak pemiliki café untuk menyampaikan maksud pembatalan acara di A café. Kami membuat kesepakatan dengan cara damai, walau mereka sudah dengan susah payah menyiapkan tenda di depan café. Akhirnya, malam itu, kami meminta kembali pihak café untuk membuka kembali backdrop, spanduk dan standing banner yang sudah dipasang. Dengan sigap mereka bekerja dan kami segera berbalik ke Grand Lambhuk hotel dengan membawa semua atribut. Sementara waktu sudah lewat pukul 0.00. Hati pun terasa gundah gulana. Ya terasa sangat galau.

Kegalauan itu mulai muncul di pikiran, bergayut di dada. Sangat beralasan bila galau dan gundah gulana menerpa hati dan pikiran. Paling tidak ada dua hal yang menggaukan itu. Kegalauan pertama terkait dengan peserta yang sudah diberitahu bahwa acara akan berlangsung di A café. Artinya, hingga tengah malam itu, informasi yang beredar adalah di A Café. Apalagi di dalam larutnya malam itu mereka yang sudah daftar, sudah lelap dengan pulas di peraduan.

Mereka pasti sudah tidak melihat lagi informasi yang disebarkan kemudian Kegalauan kedua, terkait dengan surat pemberitahuan ke pihak Polres Banda Aceh yang dalam surat  pemberitahuan tersebut disebutkankan bahwa akan mengadakan acara temu Blogger dan penulis di A café. Aku betul-betul gundah gulana. Namun aku tak bisa berkata, demi kesuksesan acara roadblog di 10 kota yang kota Banda Aceh adalah kota pertama sebagai lokasi acara.

Namun, dengan mengucapkan bismilah, akhirnya aku segera menyebarkan pengumuman pindah tempat acara lewat WA dan sms kepada para peserta yang sudah mendaftar. Hampir pukul 02.00 aku masih terus mengkomunikasikan soal migrasi tempat acara tersebut. Sungguh sangat melelahkan malam itu. Mata semakin tidak bisa diajak duduk sambil menekan tombol HP. Energi pun sudah terasa pupus. Yang diinginkan adalah tidur dan beristirahat.

Paginya, aku merasa berat bangun pagi. Badan terasa tidak begitu fit, karena kurang tidur. Pesan di WA dan sms terus berdering di HP. Aku harus mengarahkan mereka yang sudah mendaftar untuk mengubah haluan ke arah Grand Lambhuk hotel di jalan T.Iskandar, Lambhuk. Ada yang menelpon minta untuk mendaftar, ada yang bertanya dimana posisi hotel dan juga ada yang masih ingin mendaftar. Pokoknya jari tanganku yang tidak selentik jari tangan gadis di sebalah rumahku, terus menari-nari di atas keyboard HP

Waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi. Sebenarnya acara dimulai tepat pada pukul 08.00 itu. Namun. Karena terjadi migrasi menjelang pagi, banyak peserta yang tidak mendapat informasi soal migrasi tersebut dan mereka datang ke A café. Sehingga harus diarahkan lagi ke Grand Lambhuk Hotel. Peserta tampak terus berdatangan. Kegundahan akan tidak adanya peserta yang datang menggelayut di dada. Namun, satu persatu datang dan akhirnya rencana menghadirkan 100 blogger Aceh pun mencapai quota. Tercatat lebih dari 90 peserta yang hadir dengan semangat belajar yang tinggi. Hati pun mulai tenang, tinggal mengatur bagaimana prosesi acaranya saja, karena aku tidak menguasai semua hal.

Tak lama berselang, acarapun dimulai. Salah satu sesi untuk ku adalah memberikan sedikit kata sambutan dan laporan tentang kegiatan seminar dan workshop. Para nara sumber semua sudah berada di tempat ini. Ada pihak sponsor seperti Pegadaian, Traveloka, Badan Sensor film nasional serta pembicara kondang seperti Om Jay alias Wijaya Kusuma, ada M.Rizal, pemuda blogger yang telah meraup milyaran rupiah dari kegiatan ngeblognya, juga ada Yudi Randa yang merupakan spesialis hypnotize blog. 

Alhamdulilah, tingginya animo peserta yang ikut acara ini, membuat acara yang seharusnya tutup pada pukul 16.00 dan terpaksa ditambah waktu hingga pukul 18.15 menjelang magrib. Tentu tidak ada kata lain yang pantas ku sampaikan selain bersyukur dan mengucapkan hamdalah atas izin Allah, niat untuk bisa saling membantu ini berjalan dengan baik dan sukses. Apalagi ini adalah perjalanan pertama atau kota pertama dari 10 kota yang menjadi agenda roadblog 10 kota di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun