Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Yang Memfasilitasi Anak Nonton Video Porno

17 Januari 2016   17:00 Diperbarui: 18 Januari 2016   11:54 1397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Ilustrasi: TheGuardian.com"][/caption]Saat ini semakin banyak orangtua, pendidik di sekolah yang merasa resah dengan perilaku anak-anak yang gemar menonton video porno, baik di rumah, maupun di sekolah. Anak-anak semakin mudah mengakses atau menonton video porno,di mana saja dan kapan saja. Kemudahan itu, sejalan dengan semakin mudahnya akses internet dan juga semakin canggihnya media atau alat untuk menikmati video porno tersebut.

Sebagaimana kita ketahui bahwa video yang menyajikan aksi-aksi seronok, berbau dan penuh dengan aksi seks yang dikemas dalam video itu selama ini, semakin mudah diakses  oleh siapa saja, termasuk anak-anak. Ya, bila dulu  video porno mungkin diakses oleh orang tua, remaja atau siapa saja yang berhasrat, caranya harus dengan cara diam-diam dan sangat rahasia.

Itu adalah kondisi, sebelum teknologi informasi dan komunikasi  berkembang dengan sangat maju dan pesat seperti sekarang ini. Banyak hal yang membuat orang sulit mengakses video porno saat itu, Ya, terasa sulit, karena alat komunikasi seperti smartphone itu belum ada. Orang-orang yang ingin menikmati pornografi, biasanya suka mencari cerita-cerita yang membangkitkan gairah seksual lewat tulisan-tulisan yang berbau porno. Misalnya membaca cerita stensil, ya cerita porno dalam bentuk kertas stensil.

Tidak ada gambar yang jelas, tetapi hanya tulisan saja. Kemudian, setelah teknologi video dan film berkembang, para pedagang pornografi melakukan dagangan pornografi lewat film dan video tersebut dalam bentuk kaset video VHS dan kemudian semakin maju dan disajikan dalam CD dan VCD porno. Seperti disebutkan di atas tadi, untuk menontonnya juga tidak mudah seperti sekarang.

Karena untuk bisa membuka video VHS itu harus memiliki alat putar video dan televisi. Dengan demikian, maka untuk menontonnya pun tidak bisa di sembarang tempat. Pokoknya, ya lumayan sulit untuk mengakses dan menontonnya. Jadi, sesuai dengan perkembangan teknologi ICT saat itu, edaran pornografi  seperti film porno, video porno masih sangat terbatas. Jangankan anak-anak, orang dewasa saja sulit mendapatkannya.

[caption caption="Hentikan dan akhiri pornography anak sejak di rumah"]

[/caption]

Selain sulit mendapatkannya, orang-orang masih merasa malu dan takut-takut mengakses video porno tersebut. Maka, kalau seseorang ingin dan sangat bernafsu untuk menonton video porno, maka ia akan mengaksesnya dengan cara diam-diam atau sembunyi –sembunyi. Ibaratnya untuk menonton aksi porno itu dalam kondisi penuh was-was, akan sangat berbahaya kalau diketahui oleh orang lain. Pokoknya, peredaran video porno atau pornogarfi tidak semarak saat sekarang.

Berbeda dengan sekarang. Video porno sangat mudah diakses. Video terlarang itu, beredar tanpa ada lagi sekat (borderless) dan menjadi sangat global. Celakanya lagi, video porno tersebut bukan saja diakses oleh orang-orang dewasa, tetapi juga pada tingkat usia anak-anak. Buktinya saat ini banyak anak-anak di tingkat pendidikan SMP dan SMA yang mengkses video porno dengan menggunakan alat-alat yang canggih, seperti smartphone.

Jadi, bisa dikatakan video porno itu bisa  ada di dalam genggaman setiap orang. Tergantung pada kemauan dan keinginan setiap orang untuk menikmatinya. Kuncinya hanya pada punya atau tidak alat untuk melihatnya, yakni hand phone yang disebut dengan smartphone itu. Bila sudah memiliki smartphone tersebut, maka semakin mudah mengakses video porno tersebut yang tersebar di dunia maya tersebut. Begitu mudahnya sekarang bagi orang-orang untuk menonton video atau film porno itu.

Nah,  mudahnya akses terhadap video porno tersebut, membuat masyarakat kita galau dengan dampat buruk yang bakal diakibatkan dari peredaran pornografi tersebut. Apalagi saat ini, video prono tersebut sudah masuk ke ruang kelas sekolah anak-anak kita. Sangat mengerikan bukan?

Ya, tentu saja ini sangat mengerikan dan berbahaya bagi masa depan anak-anak, generasi masa depan. Pornografi dan beredarnya video porno tersebut di tengah masyarakat kita merupakan hal yang sangat mencemaskan masyarakat kita.  Kecemasan itu sangat beralasan.  Karena video porno dan aksi pornografi tersebut sangat merusak mental dan perilaku atau akhlak anak-anak kita saat ini.  Ketika pornografi dan video porno sudah masuk ke sekolah, maka sejumlah dampak negative akan terjadi.

Beberapa dampak negative itu antara lain, pertama, anak-anak SMP dan SMA yang mengakses video porno tersebut akan mengalami kerusakan moralitas anak kini an esok. Kedua, kebiasaan menonton video porno tersebut akan mendorong anak atau para penikmat video porno melakukan tidakan-tindakan yang akan merusak orang lain.

Ketiga, tentu saja tak dapat dipungkiri kebiasan itu akan mendorong terjadinya seks bebas, pelecehan seksual dan bahkan kekerasan seksual yang berujung kematian. Begitu buruknya dampak yang diakibatkan oleh beredarnya video porno hingga ke sekolah-sekolah anak kita itu sekarang dan di masa yang akan datang.

Wajar saja kalau semakin banyak orang tua yang galau, takut dan merasa serba salah dengan semakin menukik ke bawah, kebiasaan buruk anak-anak sekolah menonton video porno di sekolah, atau di mana saja. Namun, di tengah memburuknya perilaku anak dengan perilaku buruk, menonton perilaku buruk tersebut, banyak orang tua  hendaknya bisa menyikapinya dengan bijak.

Jangan hanya menyalahkan anak yang semakin nakal dan berperilaku buruk dan menyimpang. Juga tidak boleh orang tua menyalahkan alat, yakni fasilitas smartphone, karena anak menggunakan smartphone untuk menikmati video porno, di rumah, di sekolah atau dimana saja. Alat atau media tidak salah, yang salah adalah kita yang salah menggunakan media tersebut.  Alat atau media tidak pernah salah. Yang salah adalah ketika menggunakannya. Begitu pula halnya, ketika anak-anak kita saat ini mulai mencuri-curi atau secara terbuka menonton video porno, di rumah maupun di sekolah, sesungguhnya itu adalah karena kesalahan para orang tua yang selama ini memanjakan anak-anak mereka dengan fasilitas smartphone yang serba canggih.

Ketika anak meminta kepada orang tua agar dibelikan handphone, banyak orang tua yang dengan bangga membeli smartphone, bahkan agar anak mudah mencari bahan pelajaran di internet, orang tua membelikan anak-anak mereka tablet, Ipad dan sejenisnya. Sayangnya, orang tua tidak menjalankan fungsi control saat di tangan anak sudah difasilitasi dengan peralatan canggih tersebut.

Nah, dengan demikian, tak dapat dipungkiri bahwa sesungguhnya orang tua sudah memfasilitasi anak-anak mereka menonton atau menikmati video porno dengan sempurna, kapan saja dan dimana saja. Jadi, sesungguhnya yang salah itu adalah orang tua, karena sudah memfasilitasi anak-anak memiliki alat atau smartphone dengan tanpa control atau pengawasan. Sehingga anak-anak bisa menikmati video porno di rumah dan di sekolah. Mari kita lebih bijak dalam memfasilitasi anak dengan alat komunikasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun