Agar tidak terlalu malam di jalan, usai salat magrib kami melanjutkan lagi perjalanan. Laju kecepatan kenderaan tidak terlalu kencang, ya hanya berkisar antara 80-110 kilometer per jam. Kami pun tiba di kota Teuku Umar, yakni Meulaboh pada pukul 10.45 dan mencari warung kopi yang menyajikan racikan kopi Arabika Gayo. Kopi yang kini sedang ngetrend di Aceh. Kami hanya menemukan satu warung kopi yang memanjakan pengunjungnya dengan kopi Arabika Gayo di kota itu.
[caption caption="Trend minum kopi Arabika Gayo saat ini"]
Hmm, ternyata pengunjungnya banyak orang muda. Warung itu ditata seperti kafe-kafe yang pernah saya lihat di Eropa dan Negara-negara lain. Kami pun menikmati sajian black coffee dan sanger serta sajian dimsum durian dan rumput laut. Lumayan lama kami berada di warung ini. Paling kurang kami menghabiskan waktu hingga satu jam setengah. Lalu, karena warung mau tutup, kami akhirnya melanjutkan perjalanan ke Tapaktuan yang jarak tempuhnya sekitar lebih kurang 3-4 jam itu.
Sekitar pukul 03.20 kami tiba di kota Tapaktuan yang dijuluki dengan kota naga tersebut. Kami segera mencari hotel Pante Cahaya yang terletak di jalan Merdeka no.1 Tapaktuan itu. Wow, ternyata lokasinya sangat strategis untuk menikmati panorama kota Nag, Tapaktuan itu. Karena dekat dengan bukit atau gunung, juga sangat dekat dengan laut. Lalu, saat sarapan pagi, kami menuju di café hotel yang terletak di lantai 3 hotel itu. Hmm,, dari café itu, sambil sarapan, kami bisa memandangi pesona alam Tapaktuan.
Its amazing. Kota yang memberikan saya pesona alam yang sangat indah. Walau kota dari ibu kota Aceh Selatan ini adalah kota yang terasa sangat kecil. Namun, pesona alamnya begitu indah.
Aceh Selatan, sebuah kabupaten yang terletak di wilayah pantai barat- selatan, provinsi Aceh itu memiliki potensi wisata yang sangat besar. Diperkirakan ada 127 objek wisata yang terdapat di wilayah Aceh Selatan ini. Jumlah ini pasti akan sangat besar bila kabupaten Aceh Selatan ini tidak dipecah belah oleh praktek pemekaran wilayah. Bayangkan saja kabupaten Aceh Selatan ini terpecah menjadi 4 kabupetan, yakni Kabupetan Aceh Barat Daya, kabupaten Singkil, kota Subulusalam dan kabupaten induknya Aceh Selatan.
Konon, Aceh selatan pun kini sedang dihadapkan dengan tuntutan untuk dimekarkan lagi. Hmm, tampaknya selera masyarakat untuk memecah belah wilayahnya masih sangat besar. Padahal, pemekaran wilayah itu hanya akan menguntungkan segelintir orang. Masyarakat kecil hanya dapat rasa bangga saja. Ironis sekali. Tapi itulah kenyataannya.
[caption caption="dari lantai 3 hotel Pante cahaya, pemandangan ini bisa diabdikan"]
Okay, kembali pada persoalan pengembangan wisata di Aceh Selatan, selain potensi wisata yang besar, baik wisata bahari, agro wisata, eko wisata, dan juga potensi alam di darat yang begitu besar. Semua objek wisata itu terbentang mulai dari kecamatan Labuhan Haji, hingga ke perbatasan Aceh selatan dan kabupaten Singkil serta Subulusalam, yakni kecamatan Trumon dan Bakongan.
Kekayaan pesona pantai tersebut juga beragam, hamparan pantai yang diwarnai oleh pasir - pasir putih, pantai yang berbatu, juga pantai yang landai. Semuanya menyatu dalam keindahan dan pesona pantai. Bukan hanya pantai, bukit-bukit hijau yang menyimpan sejumlah air terjun skala-skala kecil, serta sungai-sunagi yang sejuk itu menjadi anigerah Allah yang sangat besar untuk rakyat dan pemerintah Aceh selatan.
Potensi budaya masyarakat Aceh selatan yang beragam, ditambah dengan sikap dan sifat ramah, sopan santun masyarakat ini juga menjadi potensi yang mendukung upaya pengembangan wisata Aceh selatan. Belum lagi kekayaan kulinernya. Aceh Selatan benar-benar memiliki potensi yang sangat besar di bidang pariwisata. Namun sayang, potensi yang kaya itu belum termanfaatkan oleh masyarakat dan pemerintah kabupaten Aceh selatan.