Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Trend Baru Ngopi di Aceh

4 Oktober 2015   21:50 Diperbarui: 6 Oktober 2015   05:11 1281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sajian kopi Arabika Gayo yang legi ngetrend"][/caption]

Oleh Tabrani Yunis

Pertumbuhan dan perkembangan warung kopi di Aceh pasca bencana tsunami dan konflik yang berkepanjangan di Aceh, telah tumbuh dan berkembang dengan sangat pesat. Kota Banda Aceh dan kota-kota kabupaten/kota di Aceh, baik di wilayah pantai Timur, pantai barat -selatan, dan wilayah daratan tinggi Gayo, kini diramaikan dengan warung –warung kopi. Bila anda berpergian ke wilayah pantai Timur hingga ke perbatasan Aceh dan Medan, sepanjang jalan di wilayah pantai Timur itu banyak sekali warung kopi yang dapat melayani anda untuk menikmati kopi. Tentu bila anda adalah peminum atau penikmat kopi. Apalagi kalau anda berpergian ke wilayah daratan Gayo yang menjadi sentra produksi kopi, anda akan lebih senang mencari biji kopi asli untuk dinikmati. Tidak kalah juga bila and melewati pantai barat dan selatan. Warung kopi juga akan mudah anda singgahi di wilayah pantai barat selatan ini. Tentu saja dengan cita rasa yang mungkin berbeda-beda.

Untuk kota Banda Aceh sendiri, seperti yang pernah aku tulis sebelumnya, pertumbuhan dan perkembangannya memang sangat gila. Betapa tidak, kota ini tidak pernah sepi lagi, seperti saat masa-masa konflik yang penuh kekerasan itu. Warung-warung kopi di kota ini bahkan dibuka 24 jam. Banyak warung kopi yang pengunjungnya melimpah ruah, dipenuhi oleh para penikmat kopi, lintas usia dan lintas gender. Hampir semua warung kopi tersebut menyajikan kopi jenis robusta, termasuk kopi Ule kareng yang sudah dikenal seantero nusantara dan bahkan dikenal di manca Negara ini.

Walau sebenarnya kopi Ule kareng, bukanlah kopi yang ditanam, tumbuh dan berkembang di Ule Kareng, karena tidak ada pohon dan petani kopi di Ule kareng, kecuali karena proses penyajian kopi yang ada, lalu kini kopi Ule kareng menjadi trade mark produk kopi kemasan di Banda Aceh yang bisa didapatkan di pasaran di kota Banda Aceh dan lain-lain. Pokoknya, kota Banda Aceh dan Aceh umumnya, dapat dikatakan sebagai Provinsi sejuta warung kopi. Begitulah semaraknya pertumbuhan warung kopi di banda Aceh dan wilayah lainnya di Aceh. Warung kopi menjadi tempat yang berfungsi multi fungsi.

Trend baru Minum Kopi Aceh?

Nah, sore ini, menjelang matahari terbenam, seperti biasanya saya mendatangi sebuah warung kopi yang tidak jauh dari tempat usahaku, Potret Galery yang terletak di jalan Prof. Ali Hasyimi, Pango Raya, Banda Aceh. Sore ini, walau sudah hampir magrib, aku memutuskan untuk minum atau menyeruput segelas kopi Arabica yang diproduksi dari dataran tinggi Gayo. Aku seperti akhir-akhir ini memilih menyeruput kopi di warung Hobbies café yang jaraknya hanya beberapa ratus meter dari Potret Galery itu. Aku tidak minum kopi di tempat lain, karena aku sudah jatuh cinta dan merasa selalu rindu menikmati kopi Arabika Gayo tersebut. Belum banyak warung kopi di Aceh yang menyajikan kopi Arabika tersebut. Masih bisa dihitung dengan jari. Tapi, melihat trend, kini tampaknya minum kopi Atabika kini mulai menjadi trend baru di Aceh. Buktinya, sudah mulai tumbuh warung kopi yang khusus menawarkan dan menyajikan kopi Arabika. Trend baru tersebut adalah mulai beralihnya banyak orang untuk menjadi penikmat kopi Arabika, tertutama Arabika Gayo land.

[caption caption="Yang khas dengan Arabika kopi Gayo"]

[/caption] 

Mengapa orang mulai beralih ke kopi Arabica?

Melihat fenomena mulai bangkitnya warung kopi yang menawarkan sajian kopi Arabika, Gayo khususnya menarik untuk kita caru tahu alasan mulai beralihnya selera masyarakat Aceh ke kopi Arabika Gayo tersebut. Artinya kita pasti bertanya- Tanya mengapa orang mulai beralih ke kopi Arabika Gayo saat ini? Walau sesungguhnya penggemar kopi robusta juga masih sangat banyak. Namun dengan semakin banyak orang membuka dan menawarkan kopi Arabika Gayo ini, menjadi hal yang menraik untuk kita ulas.

Tampaknya ada beberapa alasan mengapa orang kini mulai beralih ke kopi Arabica Gayo tersebut. Pertama, bagi orang yang selama ini terpaksa berhenti minum kopi, ya tidak mau minum kopi lagi karena setiap kali meminum kopi, perut terasa kembung dan mual-mual, maka ketika menikmati kopi Arabika Gayo tersebut, rasa mual dan kembung tidak dirasakan. Aku merasakan itu, karena sekian lama aku tidak lagi minum kopi, tetapi sejak menjelang puasa Ramadhan lalu, aku kembali ngopi, tetap khusus kopi Arabika gayo tersebut. Mungkin apa yang membuat tidak mual, karena kandungan kafein di kopi Arabika itu rendah. Kedua, ada perbedaan minum kopi Arabika ini, karena proses sajiannya yang lebih modern. Proses menyajikan atau membuat kopi, tidak dengan menyeduh atau seperti cara membuat kopi saring yang dipraktekkan di banyak warung kopi selama ini. Saat ini, warung-warung kopi yang menjual kopi Arabika lebih memilih cara modern, yakni dengan menggunakan mesin dan dengan roasting system.

Dengan system ini, sesorang menyeruput kopi, tanpa bubuk yang mengendap di bagian bawah gelas atau cangkir. Kopi yang diminum adalah sari kopi, atau the essence of the coffee. Citra rasanya jadi sangat beda dengan kopi robusta. Ketiga, bisa jadi, kopi Arabika membuat badan lebih enak dan hangat setelah meminumnya. Bagi kita yang suka menulis, kopi Arabika tampaknya aalah pilihan yang tepat. Tentu banyak alasan lain yang bisa kita gali akan mengapa orang-orang beralih ke kopi Arabika gayo saat ini. Paling tidak, para petani kopi di daerah dataran tinggi Gayo yang memproduksi kopi arabika Gayo, akan bisa lebih puas menikmati hasil penjualan kopi mereka. Karena harga kopin jenis Arabika ini lebih mahal dibandingkan dengan kopi robusta. Wajar saja, kalau kita datang ke warung kopi dan memesan segelas kopi, kita akan merasakan bedanya, yakni beda harga dengan kopi biasa. Untuk menikmati kopi ini, kita tidak membutuhkan gula seperti minum kopi lainnya. Kalau ingin gula ada tersedia gula aren. Jadi lebih sehat bukan?

Yang membedakannya lagi adalah kopi Arabika lebih mahal dibanding kopi robusta tersebut. Kopi Arabika saat ini pun disajikan dalam berbagai rasa, misalnya espresso, black coffee, sanger, double espresso dan lain-lain. Sehingga kelas penikmat kopi ini, juga menjadi penikmat kelas tertentu. Tampak ada kelas tertentu. Tak ubahnya seperti orang-orang kita besar yang ketagihan dengan starbucks coffee yang menjadi branding kelas atas tersebut. Bagi masyarakat kota Banda Aceh dan Ace umumnya, mungkin tidak akan minum kopi ke Starbucks, bila sajian kopi Arabika Gayo selalu ada. Nah, kita nantikan saja era Kopi Arabika Gayo booming. Be sure.

Jadi, kalau anda bertandang ke Aceh, hmm ini menjadi momentum yang tepat untuk merasakan nikmatnya kopi Arabika yang kini lagi ngetren di Aceh. Ini memang era ngopi kopi Arabika Gayo. Ajak aku ya kalu mau ngopi Arabika Gayo.

 

Banda Aceh, Minggu 4 Oktober 2015.

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun