Bermalam di Hotel Arthur
Setelah lebih kurang setengah jam di pejalanan dengan menumpangi Taxi, kami tiba di hotel tempat aku diinapkan. Kami turun tepat di depan pintu hotel Arthur yang beralamat di Vuorikatu 19. FI 00100. Helsinki, Finland. Sebuah hotel yang terletak di jantung kota Helsinki. Kelihatannya hotel ini tidak begitu besar. Tetapi setelah aku masuk dan mendapatkan brosur, aku baru tahu bahwa hotel ini memiliki 144 kamar yang terdiri dari ruang keluarga dan suite. Ketika turun dari taxi, aku menyeret koper masuk ke ruang receptionist. Di sana ada pelayan hotel yang berbadan besar, namun bersuara lembut. Paivi mendekati recepsionis dan meminta aku mengisi formulir di hotel serta menandatanganinya. Di dekat receptionist desk, terdapat restaurant yang menawarkan sejumlah makanan. Paivi menginformasikan aku, kalau besok pagi you mau breakfast, ya silakan datang ke restaurant ini. Aku dan Paivi kemudian menuju lift. Kami naiki lift yang bermuatan 4 orang itu menuju lantai 7. Aku mendapatkan kamar nomor 761. Sebuah kamar yang di dalamnya ada dua tempat tidur yang dilengkapi masing-masing dua bantal. Di kamar ini ada televisi dan juga sarana telepon serta meja tempat aku bisa mengetik dan mengakses internet. Di sini tersedia fasilitas internet, tetapi harus bayar di resepsionis.
 [caption caption="Tempat bersejarah di Helsinki"]
Entah mengapa, komputerku, rupanya secara otomatis bisa connect langsung dengan salah satu server. Jadi tanpa harus mengaktifkan, aku bisa akses internet kapan saja. Namun, hatiku juga agak sedikit khawatir, kok bisa masuk langsung. Jangan-jangan nanti aku harus bayar lagi. Lumayan juga tu bayarannya. Apalagi bayaran tidak berlaku dalam mata uang rupiah. Di kota ini masyarakat Finland menggunakan Euro. Tiga puluh menit saja sudah 5 Euro atau sekitar Rp 60.000,-. Mahal bukan ? apalagi kalau berjam-jam.
Ada yang membuat ku agak gagap ketika pertama masuk ke kamar hotel. Aku pertama sekali memasuki kamar mandi. Aku ingin tahu bagaimana peralatan yang digunakan. Ini perlu untuk ku ketahui lebih dahulu, karena lain hotel, lain pula fasilitas mandi yang disediakan. Apalagi ini adalah hotel yang sama sekali belum pernah aku datangi. Maka,ketika pertama masuk, aku melihat shower yang sama sekali asing bagiku. Aku coba selidiki dan membaca tulisan-tulisan kecil dan sandi yang ada di setiap tombol. Lalu aku coba otak atik, hingga aku menemukan caranya. Kalau tidak begitu,ya bisa berabe lho. Kalau tidak tahu, ya bisa-bisa tidak pernah mandi. Di kamar 761, seperti di kamar-kamar lainnya,tidak disediakan termos air, seperti kita nginap di hotel-hotel di Indonesia. Aku bertanya,pada Paivi. Mengapa pihak hotel tidak menyediakan air minum dalam water pot. Paivi menjelaskan aku. Hotel tidak menyediakan itu, karena kita bisa minum air langsung dari kran air yang ada di kamar mandi. Airnya sudah sehat untuk diminum. Mau air panas atau dingin, kita bisa buka kran dan langsung minum. Hebat ya.
Â
Bertemu Presiden Martti Ahtisaari
Mengingat waktuku di Helsinki tidak lama, ya hanya beberapa hari saja, tentu akan rugi kalau hanya berada di dalam hotel saja. Suhu udara yang sangat dingin di kota Helsinki di bulan Maret 2007 itu, memang membuat aku malas untuk keluar. Namun, akan sangat rugi kalau tidak menikmati setia sudut kota Helsinki itu. Kota tidak terlalu besar, aku cukup berkeliling dengan berjalan kaki, melewati jalan-jalan yang tidak padat karena kenderaan seperti sepeda motor dan mobil itu. Aku berjalan kaki dengan menggunaka jaket merah yang dipinjmkan Paivi. Aku juga berkunjung ke kantor CMI yang dipimpin oleh mantan Presiden Finlandia, Martti Ahtisaari. Di sini, aku sempat sejenak berbincang dengan sang mantan President Finlandia itu. Sebuah kesempatan emas aku bisa duduk berhadapan langsung dengan seorang Presiden Finlandia saat itu. Ini adalah sebuah kesempatan emas bagi ku yang mungkin tidak banyak orang bisa duduk saling berhadapan dengan seorang President sekaliber Martti Ahtisaari itu. Tapi aku mendapatkan kesempatan itu.
Tidak terlalu lama aku di Helsinki. Hanya beberapa hari saja. Walau hanya beberapa hari, aku sempat menikmati perjalanan naik bus kota di Helsinki, naik kereta api mewah yang mengantarkan aku pergi dan pulang dari kota Helsinki ke Turku, sekitar 1.5 jam pergi dan 1.5 jam pulang. Aku sangat menikmati perjalanku dengan kereta api dari Helsinki ke Turku tersebut. Berapa tidak sepanjang perjalanan aku tidak sekedip mata pun tertidur, kecuali menikmati pemandangan di sepanjang jalan yang dilewati. Apalagi, kepergianku ke Turku, untuk menjadi sebagai nara sumber dalam sebuah seminar tentang Aceh. Aku mempresentasikan tentang keterlibatan perempuan dan proses pengambilan keputusan di Aceh. Sebelum berbicara di Abo Academy di Turku, aku sehari sebelumnya menjadi salah satu pembicara di Helsinki University yang terletak di tengah kota Helsinki itu. Jadi di Negara yang berpenduduk lebih kurang 5 juta orang ini aku menemukan banyak keunikan. Negeri kecil yang tingkat kesejahteraannya sangat tinggi, kualitas pendidikannya juga nomor wahid.
Diundang Sahabat Makan Malam di restoran
Perjalananku ke Helsinki, ternyata mempertemukan aku dengan teman-teman yang berprofesi guru, yang pada tahun 2003 sama-sama mengikuti konferensi guru internasional di hotel Novotel Bogor di akhir September 2003 itu. pada hari kedua aku berada di Helsinki, aku mengirimkan email kepada Mr. Erkki Lehto temanku yang saat itu masih sepagai principal of Parola school di Helsinki. Ia sangat senang mengetahui aku sedang berada di Helsinki, maka dia pu mengundangu makan malam bersama teman-temannya di sebuah restoran yang cukup terkenal di kota Helsinki. Aku pun sempat berkenalan dengan teman-temannya pada malam itu. Pertemuan itu kembali mengikat silaturahmi kami dari dua negeri. Meeka dengan sangat ramah saling memperkenalkan diri dan keluarga mereka. Mereka sajikan makan malam di restoran itu dengan gaya sajian Eropa. Aku harus belajar bagaimana menikmati makan malam dengan sahabat yang setia itu.