Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Generasi Penyeruduk

2 Agustus 2015   18:42 Diperbarui: 2 Agustus 2015   18:42 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seringkali terjadi hal-hal aneh terkait dengan orang-orang yang mencuri jalan atau melawan arus ini. Ketika mereka berada di sisi sebelah kanan jalan, lalu ada kenderaan yang berada di depannya, si pencuri jalan sering memarahi orang-orang yang berada di jalur yang benar itu. Misalnya dengan cara membunyikan klakson berkali-kali, atau bahkan memandangi dengan sinis orang yang benar tersebut. Jadi terasa sangat aneh. Namun inilah yang banyak terjadi selama ini.Lalu, ketika terjadi kecelakaan yang disalahkan adalah orang yang benar itu. Jadi memang aneh dan tidak punya atau tidak tahu adab yang benar dalam berlalu lintas.

Berjalan Bergandengan

Kebiasan buruk lain yang juga banyak terjadi di ajalan raya adalah kebiasaan menggunakan jalan dengan cara bekenderaan bergandengan sambil saling berbicara atau bercerita di jalan raya. Biasanya yang melakukan ini adalah kenderaan roda dua, yakni sepeda motor. Mereka berjalan bergandengan atau beriringan, tanpa peduli jalan sempt dan ada orang di belakang yang ingin mendahului mereka. Kebiasaan buruk  ini sangat mengganggu pengguna jalan lainnya.

Momentum yang paling buruk dilakukan oleh orang-orang yang beriringan menggunakan jalan raya ini terjadi pada saat pawai takbiran di malam hari raya. Mereka bahkan memborong semua jalan dengan berbagai aksi ugal-ugalan di jalan raya yang membuat banyak orang merasa terganggu dengan tindakan buruk ini. Tindakan ini juga sering kali menjadi penyebab terjadinya kecelakaan di jalan raya di Aceh yang berujung pada kematian.

Menggunakan HP

Sejalan dengan perkembangan zaman, ketika semakin banyak orang menggunakan alat-alat komunikasi, terutama handphone atawa telepon genggam, maka selama ini para pengendara atau pengemudi kenderaan banyak yang sambil mengendarai atau mengemudi mobil asyik dengan HP. Misalnya menelpon atau menerima panggilan telepon sambil berkenderaan di jalan. Bahkan lebih parah lagi adalah mengirim dan membaca SMS sambil berkenderaan. Hal semacam ini tampaknya semakin lazom saja dilakukan oleh masyarakat kita, bukan saja masyarakat yang tidak faham aturan atau hukum, bahkan orang yang kita kenal penegak hukum sekali pun melakukan hal yang serupa. Kebiasaan buruk ini, juga semakin sulit untuk ditinggalkan

Tidak Takut Polisi

Hal yang lebih aneh lagi kini terjadi, ternyata para pengendara/pengemudi sepeda motor atau mobil tersebut tidak pernah merasa segan apalagi takut kepada polisi lalu lintas. Misalnya, anak-anak yang sebenarnya menurut aturan belum/ tidak boleh mengendarai sepeda motor, karena tidak ada SIM, mereka tidak takut terhadap Polantas. Banyak yang bahkan kita ketahui tidak punya SIM, lalu tidak menggunakan perlengkapan berkendaraan seperti helm, kaca spion dan lainnya. Seharusnya mereka takut, tetapi dalam banyak kasus, meraka tidak peduli, karena kondisi semacam ini terkesan dibiarkan saja. Apalagi pendekatan atau metode penegakan hukum atau aturan lalu lintas lebih cendrung menggunakan pendekatan razia, ketimbang melakukan edukasi pada praktek menggunakan kenderaan di jalan raya.

Masih banyak lagi kebiasaan buruk di jalan raya yang terjadi. Lalu, apa kaitannya dengan kutbah Idul Fitri di masjid At-Taqwa, di Manggeng tadi?  sabg khatib mengatakan bahwa saat ini para generasi muda kita tumbuh sebagai genarasi penyeruduk. genarasi yang tidak memilki adab di jalan raya. Generasi yang suka menerobos lampu merah dan buta warna. Tentu saja, generasi penyeruduk akan tumbuh sebagai genarsi yang tidak peduli akan hak dan keselamatan diri dan keselamatan orang lain. Generasi yang tumbuh tanpa memiliki rasa hormat dan menghargai orang lain. Itulah faktanya.

Maka, ketika mendengar ungkapan sang khatib tentang genarsi penyeruduk, fikiran saya menerawang pada sebuah buku yang ditulis olehMuktar Lubis tentang Manusia Indonesi dengan 10 wajah buruk bangsa kita. Jadi, sebagai bagian dari generasi bangsa, selayaknya kita mau kembali membangun dan mengajar adab menggunakan jalan raya kepada generasi anak-anak bangsa sekarang. Semoga apa yang dikatakan sang khatib sebagai generasi penyeruduk itu, tidak akan terwujud. Mari kita refleksi dan berkontemplasi agar kita bisa kembali menjadi bangsa yang beradab

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun