Mohon tunggu...
Tabitha tiara
Tabitha tiara Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

ig : tabitharar

Selanjutnya

Tutup

Love

Abusive Relationship

18 November 2022   14:00 Diperbarui: 18 November 2022   14:05 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Memang jatuh cinta membuat kita merasakan bahagia. Jatuh cinta ibarat narkoba yang mebuat kita kecanduan merasakannya. Dalam sains sudah dibuktikan kebenaranya hormone oksitosin dan dopaminlah yang membuat kita merasakan kebahagiaan saat jatuh cinta. Jatuh cinta bisa membuat kita lupa akan segalanya terutama dalam memakai akal sehat dan logika. 

Seringkali seseorang yang sedang jatuh cinta akan lebih mementingkan perasaanya dari pada  logikanya,bisa kita lihat pada saat ini manusia sedang berada di dalam kehendak, daya tarik seksual dan nafsunya untuk bertahan hidup karena organ reproduksi merupakan titik pusat kehendak. Tetapi apakah cinta akan selalu membawa kebahagiaan ?, tentu saja tidak. Seperti yang kita ketahui banyak sekali korban terutama perempuan yang mengalami abusive relationship yaitu kasus kekerasan pada pasangan. 

Abusive relationship bisa berbentuk secara fisik, verbal, emosional maupun  seksual. Seperti yang beredar pada sosial media tiktok maupun twitter seorang wanita menunjukan bekas luka lebam diarea sekitar tubuhnya yang cukup parah, namun wanita tersebut enggan melaporkan ataupun speak up karena kasihan pada pasangan, malu atau takut karena diancam oleh sang pelaku. 

Bisa kita lihat dari pandangan Arthur Schopenhauer mengenai kehendak yang pada akhirnya cinta dipandang sebagai penipuan atau ilusi yang akan mengecewakan dan cinta tidak dipandang sebagai hal yang membawa kebahagiaan melainkan penderitaan. 

Memang sebagai manusia pasti kita mempunyai daya tarik seksual yang didasari untuk memiliki yang tidak kita miliki dan keinginan untuk dicintai atau dihargai yang disebut hukum daya tarik seksual, yaitu menentukan pasangan hidup berdasarkan kecocokan untuk menutupi atau melengkapi kekuranganya. 

Mereka biasanya yang mengalami abusive relationship memerlukan beberapa kali percobaan agar bisa lepas dari sang pelaku tersebut dikarenakan ada perasaan cinta atau seringkali sang pelaku memainkan perasaan korban dan membuat korban bisa memaafkanya kembali yang membuat siklus itu akan terus terulang kembali. 

Namun, seharusnya jatuh cinta tidak bisa mencegah seseorang untuk berpikir menggunakan logikanya. Seperti yang dikatakan Friedrich Nietzsche kehendak bukan hanya nafsu dan dorongan untuk hidup melainkan dorongan untuk berkuasa menjadi manusia unggul yang diperoleh dengan kekuatan dan kemampuan diri. 

Artinya abusive relationship bertolak belakang dengan teori Nietzsche ia menekankan bahwa kita harus menjadi manusia unggul yang bermoral tuan yang harus memiliki tingkah laku kejantanan, keberanian dan kerja keras bukan manusia yang memiliki moral budak yang berperilaku rendah hati, pengorbanan diri dan kemiskinan karena segala macam kebahagiaan dan kehendak bisa kita control jika memang kita menghendaki itu.

Naluri utama yang paling kuat pada setiap makluk hidup adalah kehendak untuk bereproduksi tetapi jika kita mengikuti kehendak untuk terus hidup dan mengalahkan kematian adalah dengan cara reproduksi bukan mengikuti nafsu daya tarik seksual atau cinta. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun