Mohon tunggu...
Tabitha DwiKartika
Tabitha DwiKartika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, yang tertarik pada Jurnalistik dan tulisan. Membahas tentang Fashion, Hiburan, Foto dan Video, Kuliner serta Gaya Hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Antara Praktis dan Repot, Pengalaman Juru Parkir dalam Menghadapi QRIS

15 Oktober 2024   15:37 Diperbarui: 23 Oktober 2024   20:12 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandung, Senin 16 Oktober 2024. Dalam upaya mendorong digitalisasi di berbagai sektor, pemerintah menggalakkan penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) sebagai solusi pembayaran non-tunai. 

QRIS diharapkan dapat mempermudah transaksi, terutama dalam layanan-layanan kecil seperti parkir.

 Di Jalan ABC Bandung, yang dikenal sebagai kawasan perdagangan sibuk, metode ini mulai diterapkan, salah satunya Bapak Agus, seorang tukang parkir yang bekerja di lokasi tersebut.

 Namun, penerapan QRIS justru membawa tantangan tersendiri bagi Bapak Agus, yang merasa sistem ini tidak selalu berjalan sesuai harapan.

Sumber : Tabitha Dwi Kartika
Sumber : Tabitha Dwi Kartika

Jalan ABC, yang berada di pusat kota Bandung, merupakan salah satu lokasi strategis dengan aktivitas ekonomi yang tinggi. Banyak toko dan gerai di sepanjang jalan ini, membuat kebutuhan akan lahan parkir sangat besar. 

Tarif parkir resmi di kawasan ini ditetapkan sebesar Rp3.000 per jam untuk sepeda motor dan Rp7.000 per jam untuk mobil atau truk. Namun, meskipun fasilitas pembayaran QRIS sudah tersedia, mayoritas pengguna parkir di Jalan ABC masih lebih memilih pembayaran tunai.

Bapak Agus, yang telah menjadi juru parkir di lokasi ini sudah cukup lama, mulai menggunakan QRIS sejak akhir tahun 2024 ini. "QRIS ini niatnya bagus sih, biar lebih praktis dan nggak ribet urusan kembalian," ujar Bapak Agus. 

Namun, meskipun tujuannya baik, pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa banyak pengguna parkir belum terbiasa dengan metode pembayaran ini. "Masih banyak yang lebih pilih bayar pakai uang cash, terutama yang sudah tua atau ibu-ibu," tambahnya. 

Bapak Agus pernah harus meluangkan waktu ekstra untuk membantu seorang pelanggan, ibu-ibu yang kebingungan menggunakan aplikasi QRIS di ponselnya. "Saya sampai harus ngajarin caranya scan kode, padahal dia cuma parkir sebentar. Waktu itu jadi lebih lama," keluh Bapak Agus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun