Mohon tunggu...
Tabitha DwiKartika
Tabitha DwiKartika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, yang tertarik pada Jurnalistik dan tulisan. Membahas tentang Fashion, Hiburan, Foto dan Video, Kuliner serta Gaya Hidup.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Antara Praktis dan Repot, Pengalaman Jukir dalam Menghadapi QRIS

15 Oktober 2024   15:37 Diperbarui: 15 Oktober 2024   16:12 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Tabitha Dwi Kartika

Bandung, Senin 16 Oktober 2024. Dalam upaya mendorong digitalisasi di berbagai sektor, pemerintah menggalakkan penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) sebagai solusi pembayaran non-tunai. 

QRIS diharapkan dapat mempermudah transaksi, terutama dalam layanan-layanan kecil seperti parkir.

 Di Jalan ABC Bandung, yang dikenal sebagai kawasan perdagangan sibuk, metode ini mulai diterapkan, salah satunya Bapak Agus, seorang tukang parkir yang bekerja di lokasi tersebut.

 Namun, penerapan QRIS justru membawa tantangan tersendiri bagi Bapak Agus, yang merasa sistem ini tidak selalu berjalan sesuai harapan.

Sumber : Tabitha Dwi Kartika
Sumber : Tabitha Dwi Kartika

Jalan ABC, yang berada di pusat kota Bandung, merupakan salah satu lokasi strategis dengan aktivitas ekonomi yang tinggi. Banyak toko dan gerai di sepanjang jalan ini, membuat kebutuhan akan lahan parkir sangat besar. 

Tarif parkir resmi di kawasan ini ditetapkan sebesar Rp3.000 per jam untuk sepeda motor dan Rp7.000 per jam untuk mobil atau truk. Namun, meskipun fasilitas pembayaran QRIS sudah tersedia, mayoritas pengguna parkir di Jalan ABC masih lebih memilih pembayaran tunai.

Sumber : Tabitha Dwi Kartika
Sumber : Tabitha Dwi Kartika

Bapak Agus, yang telah menjadi juru parkir di lokasi ini sudah cukup lama, mulai menggunakan QRIS sejak akhir tahun 2024 ini. "QRIS ini niatnya bagus sih, biar lebih praktis dan nggak ribet urusan kembalian," ujar Bapak Agus. 

Namun, meskipun tujuannya baik, pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa banyak pengguna parkir belum terbiasa dengan metode pembayaran ini. "Masih banyak yang lebih pilih bayar pakai uang cash, terutama yang sudah tua atau ibu-ibu," tambahnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun