Mohon tunggu...
Tabita Larasati
Tabita Larasati Mohon Tunggu... Desainer - disainer

suka jalan-jalan dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Waspadai Gerakan Radikal di Indonesia

16 November 2024   01:16 Diperbarui: 16 November 2024   01:16 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga hari setelah perhelatan politik, Pilpres dan Pileg 2024, 14 Februari, ada sebuah acara yang berlangsung di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Acara itu bertema Metamorshow, dengan judul Its time to be one ummah (saatnya menjadi satu umat)  yang merujuk pada sistem kekhalifahan yang memang menjadi tujuan perjuangan kaum berfaham transnasional.

Mereka tidak membawa atribut apapun, namun banyak pihak yang menyebut acara  yang dihadiri oleh 1200 orang yang kebanyakan pemuda ini berkedok peringatan Isra Miraj adalah acara yang dibesut oleh para simpatisan Hisbut Tahrir Indonesia (HTI) .

Meski pihak penyelenggara menyatakan bahwa acara itu tidak terkait dengan HTI, namun beberapa pihak menilai bahwa substansi kegiatan, penyelenggara acara diduga kuat adalah HTI. Seperti yang kita ketahui bahwa sebelumnya mereka secara massif menyuarakan penegakan khilafah di Indonesia.  

HTI sendiri dibubarkan pemerintah pada pada 19 Juli 2019. Organisasi ini dinilai bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.

Setelah dibubarkan , organisasi ini melakukan gerakan bawah tanah alias sembunyi-sembunyi seperti yang dilakukan oleh beberapa faham transnasional pada masa orde baru, dengan sasaran hampir sama yaitu pada kalangan intelektual dan generasi muda. Gerakan bawah tanah ini bisa jadi menyaru beragam nama dan melakukan berbagai strategi metamorfosa, tetapi secara subtansi ideologi dan ajarannya sama.

Setelah kejadian itu, alangkah baiknya, kita waspada terhadap pergerakan HTI dengan segala strategi kamuflasenya. Organisasi yang sudah dilarang tersebut akan terus berusaha bergerak dan berkembang serta menyasar anak-anak muda masa depan bangsa.

Terlalu mahal mempertaruhkan satu atau dua generasi Indonesia untuk faham yang bertentangan dengan ideologi Pancasila. Kita yang beragam suku bangsa, bahasa, keyakinan bahkan warna kulit selalu berusaha untuk merawat Pancasila dan UUD 1945.

Membentengi generasi muda dari virus ideologi transnasional dan berkamuflase berbagai bentuk nama dan kegiatan, adalah tugas orang tua dan generasi yang lebih senior.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun