Mohon tunggu...
Tabita Larasati
Tabita Larasati Mohon Tunggu... Desainer - disainer

suka jalan-jalan dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Trip

Pentingnya Sinergitas Agama dan Kebangsaan

2 Desember 2023   06:54 Diperbarui: 2 Desember 2023   07:02 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Misionaris Claris Indonesia

Pada beberapa kesempatan, ulama moderat sering memberikan pencerahan soal perbedaan dalam masyarakat yang sering ditafsirkan secara keliru oleh umat.  Perbedaan di negara Indonesia sangat beragam, mulai dari perbedaan bahasa, suku, keyakinan sampai warna kulit. Ini bisa terjadi karena secara geografis, indonesia terbentang luas dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas ke pulau Rote.

Dalam kondisi seperti itu (perbedaan yang sangat besar), banyak hal harus disesuaikan dengan kondisi setempat. Agama misalnya. Agama harus dipahami secara kontekstual . Kita mungkin ingat bagaimana Wali Songo yang sebagian orang-orangnya berasal dari Yaman. Mereka tidak serta merta menghapus kebiasaan masyarakat setempat yang sudah turun temurun.  Justru budaya dan kebiasaan itu mereka pakai sarana untuk mengajarkan warga agar paham pada ajaran (agama) yang baru.  Karena itu kemudian, Islam berkembang dengan baik dan umatnya menjadi mayoritas di Indonesia.

Begitu juga sejarah Kristen di Nusantara. Para misionaris masuk dari Eropa di beberapa titik. Kita tahu bahwa ada di Mansinam, sebuah pulau kecil dekat Manokwari- Papua, yang dikembangkan oleh dua orang misionaris Jerman. Beberapa misionaris juga di Sangir Talaud, dan sekitarnya. Juga di beberapa titik di pulau Jawa. Semua misionaris itu mengajar agama tanpa menghilangkan konteks lokalnya. Misionaris Jerman, tidak meninggalkan adat Papua untuk mengajar agama. Begitu juga di Jawa, kita bisa melihat komunitas Kristen jawa berkembang dengan baik. Di atas adalah bukti bagaimana agama berkembang dengan baik tanpa meninggalkan konteks.

Dalam pemahaman yang berkonteks itu, agama dalam negara bukan unsur pembeda. Baik pembeda agama itu sendiri maupun pembeda secara kewarganegaraan yang memecah belah persatuan di tengah keragaman. Agama, dalam banyak sejarah di Indonesia bisa jadi perekat dalam persaudaraan dan dalam ikatan kebangsaan, dan bukan pemecah.

Agama yang berkonteks adalah bukan sekadar seperangkat ritual formal tapi juga substansi moral untuk memperjuangkan keadilan, perdamaian dan kemanusiaan dalam konteks berbangsa dan bernegara.  Sederhananya, ada sinergi yang positif antara agama dan kebangsaan. Dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, agama diartikulasikan sebagai pendorong untuk berkontribusi aktif dalam mencapai tujuan nasional yang diamanahkan oleh UUD 1945 dan Pancasila.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun