Mohon tunggu...
Tabita Larasati
Tabita Larasati Mohon Tunggu... Desainer - disainer

suka jalan-jalan dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pandemi dan Peran Positif Kita

29 Juli 2021   14:59 Diperbarui: 29 Juli 2021   15:16 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika Anda mengandalkan media sosial twitter untuk mengetahui perkembangan berita di Indoensia dan dunia, mungkin tidak asing dengan dr Faheem Younus, seorang ahli pandemi dari Universitas Maryland Amerika Serikat. 

Faheem tak segan untuk mengedukasi banyak orang di dunia soal bagaimana virus itu menyebar dan bagaimana mencegah dan menanggulangi secara medis.

Terkadang dr Faheem memakai bahasa Indonesia untuk mengedukasi warga dunia. Malah pada suatu kesempatan ahli pandemi ini  diajak oleh Alissa Wahid dan dr Tirta dari satu lembaga di Indonesia untuk melakukan edukasi melalui media sosial secara live.

Indonesia memang salah satu negara yang disoroti oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) karena tingginya angka positif orang terpapar Covid-19  dan juga banyaknya orang yang meninggal dunia karena daya imun warga yang rendah. 

Sampai awal juli kasus positif virus Covid-19 sudah diatas 1,5 juta jiwa. Memang sudah 1,3 juta orang berhasil pulih dari serangan virus itu namun tercatat hampir 90 ribu orang meninggal karena virus mematikan itu. 

Intervensi vaksin juga masih rendah di negara kita yaitu berkisar 16 persen untuk vaksinasi tahap pertama pada bulan Juli, dan 6 persen untuk vaksinasi tahap kedua.

Faheem menjelaskan soal Covid dengan sistemanis dan berdasar fakta serta dengan logika media. Meski beliau adalah seorang muslim, tidak menjelaskan ini secara agama yang tanpa dasar kajian sains. 

Saran yang sering diucapkan olehnya adalah; pakailah, masker dan sering seringlah mencuci tangan dan percayalah pada sains. Percayalah pada sains itu diucapnya berulang-ulang seakan untuk menangkal banyaknya provokasi yang berisi narasi non media yang menyesatkan publik. 

Narasi menyesatkan itu dan beredardi banyak warga Indonesia antara lain bahwa pandemi ini adalah konspirasi pemerintah Indonesia dan China. Rumah sakit juga dituding sebagai tempat untuk mengcovidkan pasien, sehingga banyak orang yang percaya dan saat dia terpapar dia menolak masuk ke rumah sakit.

Provokasi seperti ini memang mengganggu sekali. Apalagi pemerintah memang jauh hari sudah menganjurkan kampanye 5 M kepada masyarakat yaitu 5 M yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumumnan, dan mengurangi mobilitas. 

Namun banyak warga yang menolak anjuran itu. Mereka malah menuding pemerintah melarang masyarakat untuk beribadah karena ketrentuan dari PPKM (peraturan pembatasan kegiatan masyarakat)

Namun jika kita telaah provokasi itu tidak sepatutnya kita dengarkan. Dalam menanggulangi pandemi Covid-19 yang dahsyat ini memang tidak satupun masyarakat dunia yang punya pengalaman nyata soal pandemi, karena pandemi terakhir terjadi pada tahun 1920 yaitu flu Spanyol. Saat itu ribuan orang di madura menhinggal dan beberapa kota lainnya di Indonesia dan dunia.

Karena itu penanggulangan Covid-19 perlu terpadu. Beban pemerintah sangat berat secara finansial maupun kesehatan. 

Kita harus memainkan peran positif kecil kita masing-masing caranya antara lain tidak menyebarkan provokasi atau hasutan yang menyesatkan masyarakat. Dengan begitu insyaalah kita bisa mengalahkan pandemi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun