Somei yoshino, jenis sakura yang banyak ditanam saat ini, memang jenis sakura yang mudah rontok. Bunga ini merupakah hasil cangkokan antara sakura jenis edohigan dan ooshima.
Sebuah desa bernama Somei (lokasinya di daerah yang sekarang bernama Komagome di Tokyo) berhasil mengembangkan sakura cangkokan ini pada era Meiji (tahun 1900-an).
Mulai era ini juga, hasil cangkokan disebarkan ke seantero Jepang. Sehingga sekarang, saat musim sakura tiba, hampir seluruh sakura akan berkembang kemudian rontok bersamaan dalam waktu singkat. Wajar saja karena kebanyakan sakura berasal dari induk cangkokan sama.
Dengan demikian, filosofi keindahan bunga sakura bermekaran dan cepat rontok bukan sesuatu yang secara historis telah lama ada. Kalau kita hitung dari zaman Meiji saat "lahirnya" somei yoshino, filosofi itu baru berusia sekitar 120 tahun.
Sebelum sakura jenis somei yoshino menyebar, pada era sebelum Meiji contohnya jika kita kembali ke era Edo bahkan Heian, bunga sakura relatif lebih lama bisa dinikmati.
Alasannya, ada banyak jenis sakura pada saat itu yang tahan lebih lama tanpa rontok, ketika misalnya ada angin kencang maupun hujan.
Di area Kansai (Jepang barat), kita menemukan yama-zakura. Di daerah Kanto (Jepang timur), ada sakura jenis ooshima-zakura. Kemudian di daerah Tokohu (Jepang utara), orang dapat menikmati sakura jenis edohigan.
Sakura pada zaman itu bisa dinikmati lebih lama karena ada lebih banyak jenis sakura. Bukan homogen jenis somei yoshino saja.
Saya pernah mengunjungi beberapa tempat yang terkenal dengan sakuranya, yaitu Jindai Sakura dan Wanizuka. Kedua tempat ini berada di prefektur Yamanashi.