Akan tetapi pada masa Heian dan sesudahnya, keadaan berbalik. Hampir sebagian besar waka yang ditulis, bertemakan bunga sakura.
Dalam hubungannya dengan sakura, ada satu waka yang amat terkenal pada era Edo. Sehingga sampai saat ini, berbagai macam nama produk menggunakan nama berasal dari kata yang digunakan pada waka tersebut.
Bahkan, pasukan berani mati Jepang (tokkoutai) menggunakannya sebagai nama peleton dan kapal laut ketika Perang Dunia ke-2.
shikisimano/yamato-gokorowo/hitotowaba/asahininiou/yamazakura-bana
Begitulah bunyi waka karangan Motoori Norinaga, seorang ahli bahasa pada era Edo. Terjemahan bebasnya, perasaan hati sang pengarang sebagai orang Jepang, dapat digambarkan seperti melihat keindahan bunga sakura yang diterangi oleh sinar mentari pagi.
Empat kata dari waka tersebut, yaitu "shikisima", "yamato", "asahi", dan "sakura", merupakan kata-kata yang digemari masyarakat Jepang sampai sekarang.
Jepang pada bulan April sampai Mei mendatang, merupakan "surga" sakura. Kemanapun Anda pergi, pasti bisa menemukan paling tidak satu pohon sakura, entah itu di pinggir jalan, di sekolahan, bahkan di pekarangan rumah orang.
Bunga sakura memang identik dengan filosofi Jepang, yaitu keindahan pemandangan saat mekar, kemudian dengan cepat bunga layu berguguran.
Sebenarnya ada satu alasan mengapa pemandangan bunga sakura hanya bisa bertahan paling lama 10 hari.