Sebenarnya, semangat yang dalam bahasa Jepang dinamakan hankotsu-seishin merupakan unsur penggerak pemain negeri matahari terbit dalam menghadapi lawan-lawannya.
Begini penjelasan secara ringkas mengenai semangat itu. Semakin dikucilkan dan dipandang sebelah mata, maka itu menjadi sumber kekuatan bagi mereka.
Mengubah cacian menjadi kekuatan untuk menang bukan hal mudah. Ini hanya mampu diwujudkan karena para pemain mempunyai mental yang kuat.
Mereka juga percaya akan kemampuan tim. Tentunya tidak dapat dilupakan bahwa sebagai orang Jepang, para pemain merupakan pekerja keras yang tidak henti-hentinya belajar dan berlatih.
Kita lanjutkan pembicaraan mengenai keajaiban.
Tempat berlangsungnya kedua pertandingan yang membawa kemenangan bagi Jepang yaitu Doha, adalah peristiwa keajaiban ke-3 yang ingin saya ceritakan.
Jika kita kilas balik sejenak, masih membekas pada ingatan orang Jepang tentang "tragedi" Doha. Pada tahun 1993, Jepang harus menelan pil pahit yaitu tersingkir dari wakil Asia setelah ditahan seri 2-2 melawan Irak.
Akan tetapi pada Piala Dunia 2022 kali ini, di tempat sama Jepang ternyata sanggup mengubah tragedi menjadi keajaiban, setelah memenangkan 2 pertandingan dalam grup E.
Keajaiban selanjutnya adalah, kita tentu tidak boleh melupakan sosok Moriyasu Hajime.
Pelatih bertangan dingin yang pernah membawa klub Hiroshima Sanfrecce menjadi juara 3 kali pada liga J-1 ini, merupakan "arsitek" andal tim nasional Jepang.