Sejatinya toleransi tidak perlu definisi. Alasannya, pengejawantahan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat itulah yang terpenting. Bagaimana orang bisa merasa aman dan nyaman, merupakan esensi dari toleransi.Â
Karena terlalu banyak definisi, namun abai esensi, orang banyak yang alergi dengan kata toleransi. Padahal, dahulu orang melakukan toleransi tanpa teori bertele-tele.
Contoh terakhir tentang perubahan yang ingin saya ceritakan adalah tentang siaran digital televisi. Indonesia akhirnya berencana untuk mematikan siaran analog pada bulan November 2022, kemudian menggantinya dengan siaran digital.
Karena banyak juga tulisan tentang hal ini di Kompasiana, saya ingin menegaskan bahwa siarannya yang digital ya, bukan televisinya.Â
Jadi kalau ditulis "televisi digital" agak rancu karena kebanyakan televisi produksi beberapa tahun terakhir (kita mengenalnya sebagai flat TV), sudah digital. Penulisan yang tepat adalah siaran digital (untuk) televisi (digital).Â
Sehubungan dengan siaran digital ini, untungnya saya sedang berada di Indonesia. Sehingga bisa membantu orangtua untuk "menyulap" televisi kami, agar bisa menerima siaran digital.
Itulah hasil pengamatan saya tentang beberapa hal yang berubah. Sebaliknya, ternyata ada juga beberapa hal yang tidak berubah.
Misalnya kemacetan, tetap terjadi di Jakarta. Hal ini membuat saya selalu was-was kalau janjian bertemu dengan seseorang. Prediksi dimana dan berapa lama kemacetan akan terjadi, sangat susah dilakukan.
Kemudian demo adalah suatu hal yang tidak berubah dari dahulu. Baik dari caranya, pelakunya, efek sampingnya (misalnya kerusuhan) juga tidak berubah. Contohnya adalah kejadian minggu lalu, kita semua tahu ada demo menentang masa jabatan 3 periode dan beberapa alasan lainnya yang dilakukan oleh mahasiswa. Demo serupa sempat mengundang terjadinya kerusuhan di beberapa daerah.
Saya berpendapat bahwa makanan juga tidak (banyak) berubah. Hanya saja, ada beberapa jenis makanan yang cara penyajiannya agak berubah, meskipun bahan dan bumbunya tetap sama. Itulah hal-hal yang menurut saya tidak berubah.
Masih tentang berubah dan tidak berubah, ingatan melayang pada satu buku yang pernah saya baca. Judulnya "Tukang Roti" (Pan no hito), ditulis oleh Fujimori Jiro. Saya tidak tahu apakah buku ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa selain bahasa Jepang.