Selain restoran, hanya ada satu toko oleh-oleh, dan toko buku yang juga menjual obat-obatan masih membuka usahanya. Lainnya, termasuk toko merek ternama seperti Chanel, Franck Muller, Bottega Veneta, terpaksa menutup toko mereka.
Toko Uniqlo yang menyediakan desain khusus untuk dijual di bandara juga tutup. Saya kuciwa (alias kecewa berat) karena biasanya membeli kaos untuk oleh-oleh disini. Efek "keganasan" bencana pandemi yang memorak-porandakan sektor ekonomi, ternyata bisa juga saya rasakan di area keberangkatan di dalam bandara.
Pesawat penerbangan code sharing antara Garuda Indonesia dan All Nippon Airways (ANA) lepas landas tepat pada waktunya. Kru pesawat melaksanakan tugas sesuai protokol kesehatan. Selain memakai masker, mereka juga menggunakan sarung tangan.
Saya mendapat tempat duduk di bagian belakang. Tidak banyak terlihat penumpang yang mengisi tempat duduk di pesawat saat itu.
Di area belakang dimana saya duduk, hanya terisi sekitar 10 orang. Di bagian tengah mungkin lebih banyak, sekitar 20 orang. Sebagian besar kursi tidak ada yang mengisi (atau memang dibiarkan kosong?). Saya merasa, jumlah pramugari lebih banyak dibanding dengan jumlah orang yang harus dilayani sepanjang perjalanan.
Setelah pesawat lepas landas, ketinggian pesawat berangsur naik mulai dari 5000 meter, kemudian 8000 meter, sampai dengan 10.000 meter. Kecepatan juga berubah mulai dari 500 Km/jam, menjadi 800 Km/jam, kemudian stabil pada kecepatan 900 Km/jam. Suhu diluar sekitar -46 derajat Celcius menurut informasi pada layar.
Jika Anda beruntung mendapatkan kursi di sebelah kanan pesawat pada penerbangan pagi hari dari Tokyo menuju Cengkareng, maka pemandangan Fuji-san bisa Anda saksikan dari dalam pesawat. Saya merasa menang atas Katsushika Hokusai (pelukis ukiyo-e ternama yang banyak melukis Gunung Fuji), karena dapat menyaksikan Gunung Fuji berselimut salju di puncaknya, dari atas pesawat.
Setelah melaju tanpa goncangan, pesawat masuk area turbulensi di sekitar Taiwan. Goyangan hebat bak naik roller coaster terasa beberapa saat. Agak deg-degan juga sih, karena sudah lama tidak bepergian menggunakan pesawat terbang.
Saya tidur sepanjang perjalanan, karena capek dengan berbagai kesibukan kantor dan persiapan mudik. Dalam mimpi saya kembali teringat lagu "Chuo Freeway" yang dinyanyikan Arai Yumi.