Terakhir, tentang sedekah. Disini sedekah dalam arti tidak terbatas hanya pada pemberian secara materi saja, misalnya dalam bentuk uang. Akan tetapi, bisa juga memberikan hal lain (nonmateri) misalnya tenaga dan pikiran, untuk kepentingan masyarakat.
Pemberian sedekah, tenaga dan pikiran ini adalah ungkapan nyata dari ajaran "cintailah tetanggamu" (baca: cintailah orang-orang di dekatmu). Tidak ada faktor lain yang bisa mendorong kita untuk memberi, selain rasa cinta kepada sesama.
Rangkaian kegiatan berdoa, puasa dan pemberian sedekah ini merupakan gambaran tentang perubahan hati. Karena perubahan hati itu terjadi dalam diri manusia yang sama, maka akibat dari perubahan hati yang mengejawantah perbuatan, akan bersambungan atau terikat antara satu dan lainnya.
Begini keterikatannya. Dengan berdoa dan berserah diri, maka kita bisa mengungkapkan rasa cinta kepada Tuhan. Kecintaan itu juga kita ungkapkan melalui puasa dan pantang. Kemudian dengan rasa cinta yang sama, maka kita bisa memberikan bantuan (sedekah, tenaga, pikiran) kepada orang-orang di sekitar.
Sebelum mengakhiri tulisan, saya ingin menambah penjelasan tentang ungkapan dari Zeami, yang sudah saya kutip diawal. Dalam bahasa Jepang, ungkapan berbunyi "hi-sureba hana nari, hi-sezuba hana narubekarazu". Kalimat ini memang tidak lazim karena susunan kata berbentuk kesastraan.
Saya ceritakan sedikit tentang Zeami. Dia adalah seorang artis sekaligus penulis naskah cerita noh pada era Muromachi (sekitar abad ke-14). Noh adalah pertunjukan dimana pelakunya diteruskan secara turun-temurun, dan termasuk bentuk seni tertua di dunia. Pada pergelaran noh, selain ada unsur cerita, nyayian bahkan tarian pun dilakukan oleh artis dengan memakai topeng. Oleh karena itu, pertunjukan noh sering disetarakan dengan opera.
Ketika melakukan pertunjukan, artis noh terlihat glamor dengan segala kostum dan gerakannya. Sebenarnya, itu hanya tampak luar saja. Penonton tidak tahu bahwa dibalik itu, sang artis melakukan latihan keras dan sangat ketat. Itu juga yang ingin dikatakan Zeami dengan kutipan yang sudah saya tulis diawal.
Kalau orang tahu dan bisa menyaksikan latihan berulang artis noh yang memakan waktu serta tenaga, tentu menjadi tidak asik lagi ketika menonton pertunjukannya. Karena rahasia dapur terdalam pun, orang sudah tidak asing lagi.
Ini juga bisa diterapkan selama masa Pra-Paskah. Terutama karena ada tuntunan yang tertulis jelas dalam Alkitab tentang bagaimana cara menjalaninya.
Begini isi tuntunannya. Jika kamu berdoa hendaklah masuk kamar dan tutup pintu rapat-rapat. Jika berpuasa, kita harus minyaki kepala dan cuci muka supaya tidak terlihat sedang berpuasa. Kemudian jangan diketahui oleh tangan kiri, apa yang diperbuat oleh tangan kanan kita.
Saya menganggap perjalanan 40 hari selama masa Pra-Paskah itu sebenarnya sama dengan perjalanan kita dalam kehidupan. Perjalanan berawal dari abu yang menjelma menjadi manusia, kemudian nanti akan kembali menjadi abu lagi. Abu akan hilang, terbang berserakan ke segala arah penjuru angin.