Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kaleidoskompasianensis

28 Desember 2021   18:00 Diperbarui: 28 Desember 2021   18:12 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau maksudnya beyond blogging adalah interaksi selain tulisan, maka saya boleh jadi termasuk murid bandel.

Ada banyak alasan kenapa bisa begitu. Saya akan menyebutkan dua saja. Sebelumnya mohon perhatian, bisa jadi alasan ini terlalu konyol bagi Anda.

Pertama, sila percaya atau tidak, saya pernah mendapat wangsit bahwa ternyata saya termasuk keturunan Pithecanthropus malu-ensis. Kalau Anda belum tahu apa itu, terjemahkan saja sebagai orang pemalu, kadang malu-maluin.

Meskipun dalam pekerjaan mengharuskan hubungan dengan teknologi terkini (kalau kata anak Jaksel, cutting edge technology), namun dalam pertemanan saya masih sangat analogue. Artinya, saya masih memegang teguh falsafah pertemanan tradisional secara luring. Ini adalah alasan kedua.

Walaupun tidak ada niat sama sekali untuk mencari musuh, tetapi saya bukan penganut aliran seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak. Saya juga sadar hanya mempunyai kemampuan untuk memuaskan beberapa orang saja.

Sekali lagi, saya bukan orang yang cakap untuk melakukan segala sesuatu. Sehingga suatu hari saya pasti akan merasa bete, jemu, dan perasaan negatif lain. Kalau sudah begini, kemungkinan besar akan merembet kemana-mana termasuk pada pertemanan, jika saya harus berhubungan dengan banyak orang.

Karena keterbatasan itulah maka saya menganut falsafah, lebih baik mempunyai teman sedikit melalui cara-cara kolot. 

Saya bukan penulis, bahkan hobi juga bukan menulis. Meskipun bukan keturunan orang terkenal, namun saya tidak mempunyai falsafah agar nama bisa terus dikenang, seperti banyak dianut oleh kebanyakan orang.

Ada satu hal yang membuat saya memberanikan diri mendaftar dan mulai menulis di kompasiana. Saya hanya ingin bisa belajar dan terus belajar. 

Terutama ketika membaca beberapa artikel mengenai teknologi dan (budaya) Jepang, yang isinya membuat saya sedikit bingung. Jika menulis, maka saya bisa belajar. 

Saya tidak menganggap tulisan sebagai berbagi. Alasannya, diksi "berbagi" terlalu "mewah" buat saya yang tidak punya apa-apa (untuk dibagikan). Agar bisa berbagi, saya tentu harus punya sesuatu bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun