Sebagai orang Indonesia yang sedang tinggal dan bekerja di Jepang, mungkin tidak perlu dikatakan lagi bahwa paham bahasa Jepang adalah suatu keharusan. Setidaknya, menurut pendapat pribadi.
Akan tetapi, saya juga mempunyai mimpi untuk menjadikan bahasa Indonesia menjadi lebih populer di Jepang. Boleh kan mimpi begitu?
Nah untuk menggapai mimpi tersebut, saya sudah mencobanya dengan tiga cara.
Pertama, menggunakan makanan sebagai alat bantu untuk memopulerkan bahasa Indonesia. Ini adalah cara termudah karena saya pikir semua orang tentu suka makan. Apalagi orang Jepang kan terkenal suka makan (bahasa kerennya gastronome).
Kedua, menggunakan musik untuk membantu memopulerkan bahasa Indonesia. Mungkin Anda akan bertanya, memang orang Jepang suka musik?
Anda salah jika mengira orang Jepang itu selalu serius. Orang Jepang juga terbiasa dengan musik lo. Anda tahu kan Jepang penemu karaoke?
Apalagi sekarang sudah musim gugur. Julukan lain bagi musim ini adalah geijutsu no aki, alias musim (gugur) seni. Musik, adalah salah satu bagian dari seni. Sehingga orang Jepang sudah tidak asing lagi dengan musik.
Terakhir, bahasa membutuhkan komunikasi langsung melalui percakapan. Dengan alasan tersebut, cara ketiga yang saya gunakan adalah melakukan percakapan untuk memopulerkan bahasa Indonesia. Cara ini mempunyai tingkat kesulitan tertinggi diantara dua cara yang sudah saya sebutkan sebelumnya.
Saya akan membahas satu per satu 3 cara tersebut.
Pertama melalui makanan. Waktu awal kehidupan di Jepang, saya terkejut karena ternyata orang Jepang sudah mengenal nasi goreng. Ketika pergi ke restoran Asia, bahkan ketika pergi ke izakaya (tempat makan dan minum yang populer dan umumnya buka malam hari di Jepang), saya bisa dengan mudah mendapati nasi goreng ada dalam menu mereka.
Beberapa dari rekan Jepang bahkan mengerti makanan Indonesia lain seperti sate dan gado-gado. Saya terkadang mengajak rekan kerja untuk makan bersama di restoran Indonesia, yang relatif mudah ditemukan di Tokyo dan sekitarnya.