Topeng memang alat terbaik untuk menutupi emosi dan perasaan orang yang mengenakan. Pemilihan topeng Noh merupakan pilihan tepat, karena meskipun topeng yang dipakai sama, ekspresi kelihatan berbeda jika Anda melihat dari sudut berbeda.
Dengan memakai topeng Noh, ada banyak ekspresi yang bisa kita lihat. Dari satu sisi, kita tidak tahu keadaan batinnya. Namun jika kita lihat dari sisi lain, sang tokoh jahat bisa terlihat agresif. Meskipun begitu, penonton tidak mampu melihat apa motif Safin sebenarnya.
Pergolakan berbagai macam suasana ini bisa direpresentasikan dengan mudah, hanya dengan sebuah topeng Noh.
Jika kita tilik lebih dalam lagi, ternyata lebih mengerikan. Alasannya, dengan topeng Noh yang sama, kejahatan Safin seperti senyap. Dia berlaku seperti tuhan tidak kelihatan, menyelinap melalui kulit ke dalam tubuh, persis seperti geno-programmed virus yang menjadi senjata ampuh pada film NTTD.
Hal-hal yang berbau Jepang lainnya adalah tatami yang dipakai sebagai alas ruangan, tempat Bond bertemu dengan Safin yang menyandera Mathilde. Lalu ada alas duduk yang bernama zabuton.Â
Penonton dapat menikmati taman corak Jepang, lengkap dengan aliran air yang dilambangkan dengan batu putih kecil-kecil (kare-nagare) yang bercorak uneri (aliran berkelok)
Film JB lain yang berhubungan dengan Jepang juga ada, namun tidak akan saya bahas. Daniel Craig sendiri, sudah tidak asing lagi dengan Jepang, karena salah satu lokasi shooting Skyfall adalah di pulau Hashima (atau Gunkanjima) di pantai Nagasaki.
Itu tiga hal yang saya mau bahas tentang No Time To Die. Kalau perihal jalan cerita serta pembahasan hal-hal lain dari film, sila Anda baca pada tulisan kompasianer lainnya.
Sebagai penutup, saya ingin mengatakan bahwa film No Time To Die ini adalah katarsis, bagi Daniel Craig dan terutama bagi saya.Â
Apa alasannya?Â
Selama pandemi Covid-19, kehidupan dan terutama ruang gerak masyarakat amat terbatas. Protokol kesehatan harus dilaksanakan dengan disiplin tinggi. Saya pun harus rela "terpenjara" di rumah.