Dua hari lalu, tepatnya tanggal 15 Agustus, Jepang memperingati kekalahannya pada PD ke-2. Tulisan mengenai tokkou-tai (pasukan berani mati Jepang) menghiasi koran yang terbit pada hari itu.
Saya membaca pengalaman seorang tokkou-taiin (anggota tokkou-tai) yang selamat karena Jepang telah menyatakan takluk pada Amerika dan sekutunya, sebelum dia benar-benar diperintah naik pesawat tempur Zero (zero-shiki) menuju medan perang di Okinawa.
Dia mengatakan, untuk menghormati serta mengenang rekan-rekannya yang gugur sebagai tokkou-taiin, semua pengalaman akan terus disebarkan, agar generasi penerus dapat memahami betapa penting dan berharganya sebuah perdamaian bagi negara.
Kita juga tahu bahwa Jepang adalah salah satu negara yang getol berbicara tentang perdamaian dunia, karena negara matahari terbit ini adalah satu-satunya negara yang merasakan kepahitan serta penderitaan langsung akibat perang, terutama akibat dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.
Mereka tahu bahwa perdamaian itu tidak gratis diberikan. Bukan juga diraih melalui teriakan maupun permohonan. Perdamaian hanya mampu diraih dengan tindakan nyata, serta niat tulus untuk mewujudkannya.
Kalau saya bertanya, bagaimana cara kita sebagai bangsa Indonesia yang berulang tahun hari ini, menghargai jasa para pahlawan sebagai ungkapan terima kasih atas udara bebas yang bisa kita hirup selama 76 tahun? Tentu ada berbagai macam jawaban.
Jawaban boleh saja berbeda, namun perlu diingat sebagaimana udara merupakan sarana kita untuk menggaet oksigen demi kelangsungan hidup, saat ini penggunaan jaringan internet sebagai "udara" (baca:media) untuk berinteraksi, merupakan kegiatan pokok yang tidak kalah penting dari kegiatan lainnya dalam kehidupan sehari-hari.
Atas dasar tersebut, sebagai salah satu penghargaan kepada pahlawan yang gugur, sudah layaknya kita sungguh-sungguh memaknai kemerdekaan dengan memanfaatkan "udara"--berwujud WiFi, sinyal telepon seluler, kabel ethernet, serat optik-- sebaik-baiknya.
Ketika menghirup "udara" informasi, jangan lupakan juga hal terpenting. Sepatutnya kita mampu memilah mana informasi yang harus kita serap sebagai energi untuk kesehatan jiwa dan raga, seperti ketika bernapas untuk mengonsumsi oksigen. Kemudian membuang informasi yang bisa membuat kita "sakit".
Mari kita mengisi kemerdekaan yang susah payah kita raih. Caranya simpel saja, yaitu melakukan kegiatan untuk kemaslahatan manusia, dengan cara masing-masing.
Dirgahayu ke-76 Indonesiaku!