Alasannya, dalam kurun waktu 125 tahun diselenggarakannya olimpiade modern, baru kali ini olimpiade ditunda (bukan dibatalkan) dan sebagian besar pertandingan berlangsung tanpa kehadiran penonton.
Dari hasil jajak pendapat, sebagian besar masyarakat Jepang sebenarnya menolak olimpiade. Ada rasa khawatir karena masyarakat tidak mampu memprediksi apa yang akan terjadi jika olimpiade dipaksakan untuk berlangsung ditengah pandemi. Meningkatnya jumlah penduduk terjangkiti Covid-19 dari hari ke hari di Tokyo (Jepang) menambah ruwet suasana.
Akan tetapi, setiap atlet, kontingen maupun orang yang ikut ambil bagian dalam olimpiade, pasti dapat memetik suatu pelajaran dari penyelenggaraan olimpiade pada masa sulit ini. Pelajaran tersebut, bisa jadi lebih berharga dari medali apapun yang mereka peroleh.
Bagi penonton pertandingan olimpiade melalui televisi, kegigihan dan keuletan atlet untuk meraih medali, berguna untuk menghilangkan sejenak rasa stres yang dialami selama pandemi.
Dengan menyaksikan atlet berlaga di tiap cabang olahraga, akan memperkaya dan memperdalam pengalaman batin, kemudian diharapkan dapat membangkitkan gairah dan memantik impian serta harapan.
Dalam keadaan sulit, energi yang kita peroleh dari event olahraga adalah pengalaman berharga. Inilah nilai terpenting atas terselenggaranya olimpiade.
Mengapa saya sebut terpenting? Karena tidak seperti olimpiade lain yang mengusung tema utama perdamaian dunia, Tokyo 2020 lebih menitikberatkan ke tema keragaman dan harmoni. Hal ini bisa kita lihat dari beberapa hal.
Pertama, perbandingan jumlah peserta olimpiade antara pria dan wanita hampir mencapai 50 persen. Kedua, partisipasi atlet yang mempunyai orientasi seksual LGBTQ meningkat jumlahnya menjadi sekitar 160 orang, dari jumlah total atlet sekitar 4500 orang.
Kemudian pada olimpiade kali ini, kesehatan mental atlet juga lebih diperhatikan. Misalnya "ratu" senam Amerika Simone Biles, mundur untuk beberapa nomor pertandingan, dan mengutarakan kepada publik bahwa kesehatan mentalnya tidak menunjang untuk mengikuti perlombaan individu dan grup.Â
Kalau kita berbicara tentang acara penutupan olimpiade, memang ada yang terasa kurang. Pertunjukan seni pun, tidak semeriah acara pembukaan.
Saat ini Jepang sedang berada pada suasana o-bon. Sehingga pergelaran tarian dan musik pun, berpusat di suasana tersebut. Sebagai catatan, o-bon adalah waktu dimana masyarakat Jepang memberikan penghormatan dan berdoa kepada leluhur.