Saya sudah akrab dengan lagu-lagu The Beatles sejak SMP. Sambil memainkan gitar kepunyaan bapak, saya sering nyanyi lagu "Let it be", "Hey Jude", dan lainnya, untuk melatih lidah supaya nggak keseleo saat melafalkan kalimat bahasa Inggris.
Besok olimpiade Tokyo 2020 akan dimulai secara resmi, dengan acara pembukaan pukul 8 malam waktu Jepang (18:00 WIB) di stadion Kokuritsu Kyougijou, Tokyo.
Kalau kita kilas balik sejenak, sampai dengan hari ini perjalanan menuju olimpiade memang terasa panjang dan berliku. Itu dirasakan oleh Gubernur Tokyo Koike Yuriko, yang menggambarkan suasananya dengan lagu dari The Beatles sesuai judul tulisan. Tidak tahu juga apakah dia sudah akrab dengan The Beatles saat SMP seperti saya atau tidak.
Untuk mengetahui bagaimana perjalanan sampai saat ini, mari kita ingat kembali beberapa peristiwa sebelum pelaksanaan Tokyo 2020.
Tahun 2015, emblem pertama olimpiade mengakibatkan polemik karena ternyata ada kemiripan dengan logo teater di Belgia dan studio di Spanyol. Walaupun kasus ini tidak sampai dibawa ke pengadilan, namun panitia menganulir emblem rancangan Sano Kenjiro, sang desainer yang menjadi pemenang sayembara emblem saat itu.
Kemudian bulan Maret tahun 2019, Takeda Tsunekazu yang menjabat ketua Komite Olimpiade Jepang (JOC) waktu itu, dicurigai melakukan suap saat melobi Tokyo sebagai kandidat olimpiade tahun 2020. Takeda kemudian tidak mencalonkan diri lagi untuk memperpanjang jabatannya di JOC.
Bulan Februari tahun 2020, Mori Yoshiro yang menjabat sebagai ketua panitia olimpiade saat itu, dikritik habis-habisan karena ucapannya yang merendahkan perempuan. Dia akhirnya lengser, dan ketua panitia sekarang dijabat oleh Hashimoto Seiko.
Sebulan setelah itu, direktur kreatif olimpiade Sasaki Hiroshi mundur dari jabatannya. Dia dianggap telah melecehkan artis yang akan tampil saat pembukaan, dengan idenya agar sang artis mengenakan kostum babi saat pertunjukan.
April 2020, karena pandemi melanda dunia, status keadaan darurat pertama diberlakukan di Tokyo dan 6 propinsi lain di Jepang. Saya juga merasakan akibatnya, karena sejak saat itu sampai sekarang, pekerjaan harus dilakukan dari rumah.Â
Cerita tidak berhenti disitu. Gonjang-ganjing olimpiade masih terus berlangsung, bahkan sampai beberapa hari lalu.Â
Kali ini, penyanyi sekaligus pencipta lagu Oyamada Keigo mundur dari kedudukannya sebagai artis yang berpartisipasi membuat aransemen salah satu lagu yang rencananya dipakai pada acara pembukaan besok. Lagunya pun batal digunakan.
Beberapa sponsor utama mengumumkan tidak akan menghadiri upacara pembukaan olimpiade. Contohnya, para petinggi dari perusahaan NTT, Toyota, NEC, dan Panasonic menyatakan tidak akan hadir di stadion Kokuritsu Kyougijou.Â
Toyota juga membatalkan rencananya untuk menyiarkan iklan yang berhubungan dengan olimpiade di televisi. Alasannya, tema yang diusung saat pembuatan iklan, ternyata sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan saat ini.
Bahkan Sekjen PBB Antonio Guterres sudah dipastikan tidak akan menghadiri acara pembukaan. Sebagai catatan, panitia olimpiade mengumumkan 950 orang telah diundang untuk acara pembukaan, dari kapasitas total stadion sebesar 68 ribu orang (sekitar 1,4 persen dari kapasitas total). Rinciannya, 150 orang merupakan undangan dalam negeri dan 800 orang undangan orang dari luar Jepang.
Hal yang lebih mengkhawatirkan lagi, beberapa atlet dan ofisial terdeteksi positif dari hasil PCR yang dilakukan setiap hari. Atlet Taekwondo dari Chile terpaksa mundur dari pertandingan, dan beberapa atlet yang kedapatan positif Covid-19 sebelum keberangkatan ke Jepang, telah membatalkan niat untuk ikut serta olimpiade kali ini.
Ada juga atlet dan ofisial mengeluhkan tentang fasilitas di perkampungan olimpiade. Misalnya kontingen Rusia, meskipun tidak bisa mewakili negaranya karena skandal doping, mereka mengejek fasilitas di perkampungan olimpiade seperti Eropa pada abad pertengahan.
Atlet Amerika Paul Chelimo berkomentar bahwa tempat tidur yang terbuat dari bahan kardus sengaja dirancang untuk digunakan hanya satu orang (alias tidak bisa berduaan), agar para atlet tidak bisa mengadakan "pertandingan" tidak resmi.Â
Kendati hal ini sudah dibantah oleh atlet Irlandia Rhys McClenaghan, yang membuktikan bahwa pernyataan itu hoax dengan berloncatan di tempat tidur. Bahkan produsen tempat tidur juga sudah menyatakan bahwa tempat tidur kuat menahan beban sampai 200 Kg!
Dari hasil jajak pendapat, sebagian besar masyarakat menyayangkan olimpiade tetap berlangsung saat pandemi. Apalagi saat ini status keadaan darurat diberlakukan kembali di Tokyo.
Ada juga orang yang melakukan demo di depan gedung Geihinkan (penyambutan tamu) di Akasaka, saat dilaksanakannya acara penyambutan petinggi IOC dan orang-orang yang berhubungan dengan olimpiade. Bahkan ketua IOC Thomas Bach , diteriaki pedemo agar olimpiade dibatalkan, saat kunjungannya ke Hiroshima untuk meletakkan karangan bunga di Hiroshima Peace Memorial Park.
Panitia olimpiade menyatakan bahwa tujuan pelaksanaan olimpiade adalah, memfasilitasi dan memberikan panggung bagi atlet yang sudah berjuang keras dengan berlatih, kemudian terpilih sebagai wakil dari negara masing-masing. Sehingga meski dunia sedang dilanda pandemi, olimpiade tetap harus dilaksanakan.
Akan tetapi, benarkah hal itu?
Jika kita lihat lagi di web site ofisial JOC, tujuan olimpiade adalah menyatukan orang dari berbagai negara dengan berbagai perbedaan latar belakang dan budaya, melalui semangat fair play, untuk perdamaian dunia dan kehidupan masa depan lebih baik.Â
Jadi, olimpiade seharusnya diadakan bukan bagi atlet per orang, namun harus mempunyai tujuan yang lebih luas dari itu.
Olimpiade Tokyo 2020 akan dibuka kurang dari 24 jam lagi. Dalam keadaan pandemi seperti saat ini, apa pun bisa terjadi. Bahkan sebelum menit-menit terakhir acara pembukaan.Â
Yang pasti, besok seluruh mata di dunia akan tertuju pada Tokyo.
Lima puluh tujuh tahun lalu saat pertama kali olimpiade dilaksanakan di Tokyo, tema yang diusung adalah pemulihan keadaan setelah perang. Kita semua tahu, Jepang morat-marit setelah kekalahannya pada Perang Dunia ke-2.Â
Tokyo 2020 juga mengusung tema pemulihan keadaan di segala bidang, setelah bencana besar tsunami yang melanda Jepang bagian timur tahun 2011 lalu. Tentu saat ini, ada tambahan tema yang harus diusung. Yaitu mengerahkan segala tenaga untuk "bertanding" melawan virus Covid-19, dan mengalahkannya.
Hari ini 22 Juli adalah "hari laut", dan besok tanggal 23 Juli adalah "hari olahraga". Biasanya, hari laut jatuh pada Senin ketiga bulan Juli (tahun ini tanggal 19 Juli) dan hari olahraga pada Senin kedua bulan Oktober (tahun ini tanggal 11 Oktober).
Karena ada acara pembukaan olimpiade, pemerintah Jepang memindahkan hari laut dan hari olahraga, masing-masing ke tanggal 22 dan 23 Juli. Sehingga mulai hari ini, masyarakat Jepang libur 4 hari.
Sebenarnya saya ingin pergi ke stadion Kokuritsu Kyougijou untuk melihat dari dekat (meskipun tidak bisa masuk) dan merasakan atmosfer pembukaan olimpiade. Namun, pemerintah Jepang sudah menganjurkan warganya agar menonton acara dari rumah. Tentu sebagai orang yang menumpang dan mencari sesuap nasi di sini, harus patuh pada anjuran tersebut.
Jalan menuju Tokyo 2020 memang panjang dan berkelok-kelok. Namun kita semua tentu berharap, agar setelah olimpiade (dan paralimpiade) berakhir, kiranya pandemi yang menghantui umat manusia juga bisa berakhir.
Akhir menyedihkan seperti nasib lagu pada judul tulisan ini tidak kita harapkan. Sebagai catatan, lagu "The long and winding road" merupakan single terakhir grup legendaris The Beatles.
Kita semua mengharapkan akhir manis dan indah bagi kemanusiaan setelah Tokyo 2020. Mari berdoa agar itu bisa terwujud.
...Don't keep me waiting here
Lead me to your door
The Beatles - The long and winding road
Salam sehat dan salam olimpiade.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H