Ada dua rasa berbeda saya alami ketika dalam masa penantian.
Pada satu sisi, ada rasa berat dalam hati karena penantian bukanlah pekerjaan yang mudah untuk dilakukan. Misalnya saja, saat kita menanti, satu hari bisa terasa seperti setahun.
Apalagi pada masa pandemi seperti saat ini, dengan banyaknya korban di berbagai belahan dunia, membuat masa penantian menjadi suatu penderitaan.
Tetapi disisi lain, ada juga rasa rindu, seperti kerinduan untuk bertemu sang pujaan ketika mengalami cinta pertama saat bersekolah dahulu. Hari demi hari saya lalui dengan penuh sukacita dan kegembiraan.
Penantian akan kelahiranNya ke dunia, merupakan campuran antara dua rasa itu. Anda pasti berpikir bagaimana merasakannya karena kedua hal tersebut adalah kontradiksi. Namun, itulah kenyataan yang saya rasakan.
Selain dua rasa berbeda, masa penantian sebelum Natal (adven, atau dalam bahasa Jepang disebut taikousetsu), juga mempunyai dua makna.
Pertama, taikousetsu mempunyai fungsi sebagai pengingat akan akhir zaman. Kemudian kedua, taikousetsu adalah masa persiapan untuk menyambut kelahiranNya.
Mengingat akan akhir zaman yang pasti datang itu penting, meskipun kita tidak tahu kapan itu akan terjadi. Untuk itu kita tidak boleh lengah, harus selalu waspada dan berjaga-jaga.
Berjaga-jaga ini tentu bukan kita harus melek terus sepanjang malam seperti kita sedang ronda atau kerja lembur. Maupun bukan seperti kita terjaga pada malam hari karena tangisan bayi, atau ketika kita tidak bisa tidur karena misalnya badan sedang terasa tidak enak.
Arti dari berjaga-jaga adalah orang harus bisa mengenal anugerah terbesar yang telah diberikan Tuhan kepada kita, yaitu berupa talenta. Setelah mengenalnya, kita wajib menggunakan talenta tersebut untuk sebesar-besarnya kemaslahatan bersama.
Kita tahu bahwa setiap orang mempunyai talenta berbeda.