Jadi, bagi orang yang merasa tampilan iklan pada gawai atau komputer seperti itu, mungkin perlu diingat lagi apakah pernah berkunjung ke situs spesifik dewasa atau tidak. Sehinga perlu mengurangi frekuensi kunjungan jika tidak mau iklan sejenis "gentayangan".
Namun pastinya, iklan bisa menjadi buah simalakama bagi sang penyedia konten. Sehingga dibutuhkan "keterampilan khusus" kompasiana untuk pengelolaannya.
Harapan saya, setelah mencapai momentum penting ke-12 tahun ini, dan saat kembali menapaki awal "siklus hidup" sebagai tahap lanjutan seperti sudah saya ceritakan diatas, kompasiana bisa menyajikan tampilan sesuai dengan kebutuhan pembaca, sekaligus menyajikan sesuatu yang tidak ketinggalan zaman.
Keseimbangan mungkin faktor penting yang perlu dipikirkan untuk membuat format tampilan optimal.
Misalnya mengatur agar bagaimana kompasiana bisa tetap mendapatkan margin, tanpa harus "menghantui" pembaca dengan iklan yang bergentayangan.
Tampilan depan media digital, memang tidak melulu tentang masalah bagaimana menyisipkan deretan kode dan skrip mutakhir agar kelihatan keren. Tapi disisi lain, ada tuntutan untuk memahami kebutuhan sekaligus kenyamanan pembaca.
Teknologi memang penting, tapi tidak bisa dilupakan bahwa pembaca adalah orang, bukan mesin.Â
Sehingga disini, sedikit "seni" dibutuhkan.Â
Yaitu seni untuk memahami perilaku pembaca dan mewujudkannya pada tampilan, agar orang betah bahkan kangen. Tentu dengan tidak meninggalkan hal-hal pokok lain yang tidak kalah penting misalnya margin dan teknologi.
Apalagi kedepan, dengan perkembangan teknologi, orang nantinya bisa membaca kompasiana melalu layar yang menyatu dengan kacamata. Keterbatasan ruang tampilan (pada gawai) tentu membutuhkan pertimbangan matang dan cermat untuk menentukan format tampilan.Â
Meskipun, kompasiana tidak perlu menunggu saat itu datang, karena sekarang tidak semua orang mempunyai gawai dengan layar lebar.