Suga bahkan menegaskan akan meneruskan kebijakan yang sudah dijalankan pendahulunya itu. Suga dan Abe memang mempunyai kedekatan dan juga persamaan pandangan dalam hal menjalankan pemerintahan.
Dia akan mengubah 3 hal kebiasaan buruk yang selama ini dilakukan oleh politisi maupun birokrat.
Yaitu pertama, perombakan birokrasi untuk perbaikan kinerja kabinet. Kemudian kedua, mengubah keuntungan atas posisi atau jabatan karena faktor keturunan atau keanggotaannya pada organisasi tertentu dimasa lalu. Dan terakhir, mengubah cara atau pola kerja yang buruk selama ini, agar pelaksanaan tugas bisa menjadi lebih cepat dan efisien.
Ada lagi terobosan yang akan dilakukan oleh Suga, yaitu rencana untuk mendirikan Lembaga Digital. Tugas lembaga ini salah satunya adalah untuk menyatukan sistem yang digunakan oleh lembaga pemerintah, baik itu departemen maupun non departemen.
Lembaga ini juga diharapkan bisa mengubah proses administrasi yang masih umum dilakukan dengan cara manual.Â
Pengalaman saya, kantor-kantor Jepang saat ini masih banyak menggunakan stempel (inkan) pada dokumen untuk urusan administrasi. Lembaga Digital diharapkan bisa mengubah cara lama pendokumentasian, menjadi proses yang menggunakan stempel digital.
Baiklah, sekarang mungkin Anda bertanya, bagaimana nasib negara kita dengan pergantian PM Jepang?
Jika kita kilas balik, selama ini tidak ada masalah yang timbul pada hubungan bilateral antara Indonesia dan Jepang. Hubungan kedua negara boleh dikatakan sangat baik.Â
Tahukah Anda bahwa PM Jepang terdahulu Abe Shinzo, merupakan pemimpin negara asing pertama yang bertemu dengan Presiden Jokowi setelah dilantik tahun 2014?
Bahkan pada masa pemerintahan Abe juga, Indonesia mendapat bantuan dari ODA (Official Development Assistance) untuk pembangunan MRT jalur utara selatan.