Yaitu kakeknya yang bernama Kishi Nobusuke (PM Jepang ke-56), dan pamannya yang bernama Sato Eisaku (PM Jepang ke-61).
Pria yang meraih gelar sarjana politik dari Universitas Seikei ini terkenal dengan kebijakan ekonominya yang diberi nama Abenomics.Â
Ada 3 hal yang menjadi inti dari kebijakan tersebut (dalam bahasa Jepang disebut sanbon no ya, atau 3 panah).
Pertama adalah pengambilan kebijakan moneter yang berani. Kemudian yang kedua, membuat kebijakan fiskal yang fleksibel. Dan yang terakhir mendorong investasi dari pihak swasta.
Kebijakan ekonomi ini banyak membuahkan hasil positif. Diantaranya adalah ekonomi yang bergerak dan berkembang dengan baik, sehingga Jepang bisa keluar dari masa stagnan deflasi yang panjang. Orang biasa menyebut masa ini sebagai dua dasawarsa yang hilang.
Bertambahnya jumlah tenaga kerja asing yang masuk ke Jepang pada saat Abe menjabat sebagai PM, juga salah satu hal yang menguntungkan.Â
Jepang amat tertolong karena sebagai negara yang menitikberatkan salah satu pendapatannya dari sektor industri, namun di sisi lain ternyata mempunyai struktur piramida penduduk berbentuk kerucut terbalik. Jumlah orang muda tidak mencukupi kebutuhan, alias Jepang hanya mempunyai populasi usia produktif sedikit.
Meskipun banyak pencapaian dalam masa pemerintahannya, Abe juga tak luput dari lilitan berbagai macam masalah. Sehingga banyak juga kritikan yang dilontarkan oleh politisi, terutama dari kubu oposisi pemerintah kepadanya.
Misalnya masalah sekolah Moritomo Gakuen, dimana Abe dan istrinya dituduh memberi kemudahan untuk perolehan tanah bagi yayasan yang membangun sekolah. Adalagi masalah Sekolah Kejuruan Kakei Gakuen, dimana Abe dituduh juga memberikan kemudahan sekolah itu membuka fakultas baru untuk kedokteran hewan.
Selain itu, Abe juga tidak bisa menyelesaikan masalah pemulangan orang-orang yang diculik oleh Korea Utara.