Pandemi COVID-19 yang menyerang dunia berdampak pada segala bidang, termasuk olahraga.
Anda pasti tahu bahwa pelaksanaan pesta olahraga musim panas Olimpiade Tokyo pun, akhirnya diundur menjadi tanggal 23 Juli sampai 8 Agustus 2021.
Namun tahukah Anda bahwa ternyata Jepang (Tokyo) sudah mengalami "sial" sebanyak 3 kali, setiap 40 tahun dalam hubungannya dengan olimpiade?
Kesialan tersebut mengakibatkan ada beberapa orang yang beranggapan, bahwa Jepang (Tokyo) mengalami kutukan setiap 40 tahun!.
Bahkan Menteri Keuangan Jepang Aso Taro pun berkata demikian. Baiklah sekarang mari kita simak bagaimana "kutukan" tersebut.
Olimpiade Tokyo 1940 yang Terlupakan
Pemerintah daerah (selanjutnya saya tulis pemda) Tokyo yang diwakili oleh gubernur Nagata Hidejiro, mulai tahun 1930 sudah melakukan kegiatan (termasuk promosi) untuk menjadikan Tokyo sebagai tempat penyelenggaraan olimpiade tahun 1940.
Pada tahun 1932, pemda Tokyo melalui Komite Olimpiade Tokyo (JOC : Japanese Olympic Committee) mengirimkan surat kepada Komite Olimpiade Internasional (IOC: International Olympic Committee).
Isi dari surat adalah keinginan Jepang untuk menjadi tuan rumah pesta olimpiade musim panas. Ketua JOC saat itu dijabat oleh Kanou Jigoro.
Jepang waktu itu tidak begitu optimis akan memenangkan undian penyelenggaraan olimpiade, karena dua alasan.
Pertama, belum pernah ada olimpiade musim panas diselenggarakan di negara Asia sebelum tahun 1940. Kemudian kedua, lokasi Tokyo tidak begitu strategis bagi atlet dari negara Eropa dan Amerika.Â
Karena letak geografis Jepang, menyebabkan atlet dari negara-negara tersebut harus melakukan perjalanan yang cukup jauh dari negaranya masing-masing.
Pada bulan Juni 1936, JOC berhasil mengundang ketua IOC saat itu yaitu Henri de Baillet-Latour untuk berkunjung ke Tokyo. Tampaknya JOC berhasil meyakinkan Latour, sehingga dia kemudian yakin dan mendukung Tokyo sebagai tuan rumah olimpiade.
Tokyo akhirnya terpilih secara aklamasi sebulan berikutnya sebagai tempat penyelenggaraan olimpiade ke-12, dalam rapat IOC yang diselenggarakan bersamaan dengan dilangsungkannya Olimpiade Berlin pada bulan Juli tahun 1936.
Setelah secara resmi terpilih, Tokyo kemudian bersiap dengan menentukan dimana lokasi utama pertandingan akan diadakan.
Mulanya pemda Tokyo mempersiapkan Stadion Meiji Jingu Gaien sebagai lokasi utama. Namun karena terhalang masalah perluasan lokasi pertandingan untuk cabang atletik, ide ini kemudian ditinggalkan.
Ada juga ide untuk menguruk Teluk Tokyo, kemudian membangun stadion baru diatasnya. Namun ide ini juga ditolak oleh panitia karena ada pendapat yang mengatakan atlet bisa terganggu oleh angin besar yang bertiup dari arah lautan.
Akhirnya pemda Tokyo memutuskan untuk membangun kompleks olahraga baru lengkap dengan stadion utama di Komazawa, daerah yang lokasinya terletak sekitar 5 Km di sebelah Barat kota Shibuya.
Kompleks bangunan olimpiade di Komazawa rencananya dibangun pada area seluas 2,67 hektar. Stadion utamanya dirancang untuk memenuhi standar internasional dengan kapasitas sebanyak 100 ribu orang pengunjung.
Misalnya saja, ada beberapa bagian dari bangunan yang dengan terpaksa harus diganti menjadi bahan kayu, karena bahan logam banyak digunakan untuk kepentingan militer.Â
Kemudian juga banyak rencana, baik rencana pembangunan fisik bangunan, maupun rencana penyelenggaraan acara yang berhubungan dengan olimpiade harus diubah, karena kepentingan untuk peperangan lebih diutamakan.
Seiring berjalannya waktu, beberapa negara juga mengkritik Jepang atas perang yang terjadi. Kemudian Jepang juga khawatir negara-negara tersebut nantinya akan memboikot olimpiade.
Karena berbagai alasan tersebut, maka kabinet Jepang secara resmi memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai penyelenggara pesta Olimpiade Musim Panas ke-12 melalui JOC. Sehingga Olimpiade Tokyo 1940 akhirnya tidak jadi dilaksanakan.
Sebenarnya bangunan yang berhubungan dengan olimpiade juga belum dibangun, termasuk kompleks olimpiade di daerah Komazawa. Sehingga saat ini, tidak ada bangunan yang bisa dilihat untuk mengenang olimpiade 1940 yang pelaksanaannya dibatalkan.
Kenangan Olimpiade Tokyo 1940 hanya bisa dilihat/dibaca dari foto dan berbagai macam dokumen tertulis. Misalnya beberapa dokumen yang saat ini disimpan di Gedung Arsip pemda Tokyo.
Pada pameran tersebut, saya bisa melihat dokumen yang berisi rancangan kompleks olimpiade, beserta foto maket dari stadion utama dan bangunan penunjangnya.Â
Ada juga beberapa foto anggota JOC dengan berbagai kegiatannya saat itu. Kemudian juga ada foto kegiatan pemda Tokyo dan pemerintah Jepang yang berhubungan dengan olimpiade.
Olimpiade musim panas ke-22 diselenggarakan di Moskwa, ibukota negara Uni Soviet (sekarang bernama Rusia).
Invasi Soviet ke Afganistan pada akhir tahun 1979 memicu konflik, sehingga menyebabkan perang antara Soviet dan Afganistan.Â
Akibatnya, negara-negara barat yang dikomandoi oleh Amerika, melakukan boikot terhadap pelaksanaan Olimpiade Moskwa. Ada sekitar 66 negara yang melakukan boikot, dan Jepang termasuk salah satunya.
Olimpiade ini juga merupakan yang pertama diselenggarakan di negara berhaluan sosialis. Jumlah peserta olimpiade juga tercatat paling sedikit sejak olimpiade tahun 1956. Hanya ada sekitar 80 negara yang ikut bagian dalam olimpiade ini.
Diantaranya, tim senam putra Jepang harus rela melepas gelar 5 kali berturut-turut merebut medali emas sejak Olimpiade Roma 1960.
Kemudian ada juga beberapa atlet yang menyatakan pensiun karena tidak bisa ikut pada olimpiade ini. Seperti atlet Judo Katsuki Kiyoto dan atlet Gulat Takada Yuuji.
Namun, bukan hanya kerugian yang terjadi karena aksi boikot Jepang. Ternyata ada juga pelajaran yang bisa didapat.Â
Karena merasakan ada tekanan dari pemerintah untuk melakukan boikot, JOC memutuskan untuk keluar dari naungan Asosiasi Olahraga Jepang (JSPO : Japan Sport Association).
JOC akhirnya menjadi badan usaha yang berdiri sendiri sejak tahun 1989.
Olimpiade Tokyo 2020
Seperti kita tahu bersama, Thomas Bach presiden IOC akhirnya mengumumkan penundaan Olimpiade Tokyo 2020, yang rencananya diadakan pada bulan Juli tahun ini.Â
Sebelum pengumuman keputusan ini, dia dinilai lamban dan tidak tanggap karena belum memberikan keputusan tegas walaupun telah terjadi pandemi akibat COVID-19.
Banyak pihak menilai keputusan itu sudah tepat karena sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini. Namun ada kenyataan yang tidak terelakkan dari penundaan tersebut.
Misalnya dari sisi para atlet. Mereka harus mengulang kembali semua jadwal latihan dan taktik agar kondisi jiwa dan raga bisa maksimal saat pelaksanaan olimpiade pada tahun 2021 nanti.
Tentu ini tidak mudah untuk dilakukan karena sepanjang tahun 2020 sampai tahun depan, ada juga beberapa kegiatan maupun pertandingan lain yang harus mereka ikuti.Â
Beruntung bagi atlet yang sudah lolos menjadi wakil Jepang dalam cabang Maraton, Tenis Meja, Renang, Wrestling dan Tinju, karena tidak ada seleksi ulang.Â
Namun bagi atlet cabang olahraga seperti Badminton, Tenis, Golf dan lainnya, harus menunggu pengumuman ranking internasional maupun nasional untuk bisa lolos sebagai wakil Jepang pada olimpiade yang akan dilaksanakan tahun depan.Â
Tiket juga sudah terjual kurang lebih 4,5 juta lembar. Bagi orang yang sudah terlanjur membeli tiket juga tidak perlu berkecil hati, karena mereka bisa menggunakannya kembali sebagai tanda masuk tahun depan.Â
Penundaan, bukan peniadaan Olimpiade Tokyo tentunya merupakan kabar baik bagi para pelaku bisnis bidang pariwisata. Walaupun mereka juga menjadi sibuk karena harus menjadwalkan ulang semua kegiatan yang berhubungan dengan olimpiade.
Para penyedia jasa layanan pariwisata seperti JTB, saat ini sibuk untuk mengembalikan uang peserta tur yang sedianya digunakan sebagai pengganti tiket masuk pertandingan, maupun akomodasi saat berlangsungnya olimpiade.Â
Mereka juga sibuk untuk menghubungi hotel, karena harus membatalkan pemesanan kamar di beberapa hotel yang tersebar di daerah Tokyo dan sekitarnya.
Panitia pelaksana olimpiade pun sibuk untuk membatalkan dan merencanakan ulang pemesanan tempat bagi pelaksanaan beberapa cabang olahraga.
Ada 43 lokasi pertandingan di Tokyo dan beberapa daerah sekitar. Tempat yang biasa disewa untuk pameran baik lokal maupun internasional (lebih dikenal dengan sebutan convention hall) seperti Makuhari Messe dan Saitama Super Arena juga termasuk didalamnya.
Sehingga, panitia tentu harus berkoordinasi kembali dengan pihak convention hall, karena mereka juga sudah punya jadwal yang padat untuk berbagai macam kegiatan pada bulan Juli tahun depan.
Yang membuat pusing kepala bagi pemerintah Jepang tentu urusan biaya penyelenggaranan olimpiade.Â
Menurut data yang dirilis pemerintah, biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan olimpiade adalah sebesar 1,35 triliun Yen (sekitar 207 triliun Rupiah). Dana ini ditanggung bersama oleh pemerintah pusat, pemda Tokyo dan panitia olimpiade.
Dengan ditundanya penyelenggaraan olimpiade sampai tahun depan, maka selain biaya tersebut, ada biaya tambahan yang harus disediakan dengan taksiran jumlah sebesar 300 miliar Yen (sekitar 46 triliun Rupiah).
Selain urusan biaya, ada juga beberapa pihak yang terkena imbas penundaan olimpiade.Â
Misalnya stasiun televisi harus mengubah jadwal tayang untuk slot yang sudah direncanaan diisi dengan acara yang berhubungan dengan olimpiade.Â
Begitu juga pihak sponsor olimpiade, tentu harus menyesuaikan dan menjadwalkan kembali semua acara promosi produknya.
Para petugas sukarela olimpiade juga harus mengatur jadwalnya kembali, agar tetap bisa menjalankan tugasnya tahun depan.Â
Walaupun ada beberapa petugas yang menyatakan mengundurkan diri. Misalnya mahasiswa yang saat ini duduk pada semester akhir, karena tahun depan mereka akan mulai bekerja.Â
Tentu tidak mudah untuk menjadwalkan kembali suatu kegiatan, apalagi acara kelas dunia seperti olimpiade. Karena efeknya tidak hanya dirasakan secara lokal (domestik), namun juga global (dunia).
Kita berharap agar pesta olahraga musim panas olimpiade yang akan diselenggarakan tahun depan, bukan hanya untuk merayakan kebersamaan, persahabatan antar negara, semangat kesportifan, maupun untuk menghapus "kutukan" 40 tahun.
Namun kita juga berharap agar Olimpiade Tokyo 2020 yang akan diselenggarakan tahun 2021 nanti, bisa menjadi pesta "kemenangan" umat manusia, dalam mengalahkan pandemi akibat COVID-19.
Selamat berakhir pekan dan stay safe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H