Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"The Fear Instinct" dan Surat Pak Guru Kepala dari Italia

7 Maret 2020   11:00 Diperbarui: 7 Maret 2020   14:55 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber : honichi.com)

Walaupun dari hasil cek kesehatan kita dinyatakan sehat, namun kalau jiwa kita tidak "sehat", tentu bukan hal baik. Apalagi jiwa bisa mempengaruhi jasmani, sehingga ada kemungkinan jika jiwa tidak "sehat", bisa mempengaruhi hasil cek rutin kesehatan.

Dalam bahasa Jepang, penyakit disebut byouki. Kata ini kalau ditulis dalam kanji, artinya secara harfiah penyakit (byou) berasal dari jiwa (ki). Sebagai catatan, asal usul kata ini berasal dari Tiongkok pada abad 200 Sebelum Masehi!

Jadi, lebih dari 2000 tahun lalu, orang sudah berpikiran bahwa jiwa yang sehat merupakan dasar dari badan sehat. Makan atau minum sesuatu, belum tentu menjamin orang bisa menjadi sehat (secara keseluruhan).

Tetapi kalau untuk berdoa, saya pasti mendukung. Karena saya juga berdoa setiap hari, namun bukan khusus karena wabah yang sedang terjadi. 

Melainkan untuk penjagaan ketika hendak tidur, untuk berterima kasih ketika mau makan, untuk kelancaran kegiatan, keselamatan dan kebahagiaan kita semua sebagai anak bangsa, ketika bangun pagi dan sebelum melakukan aktivitas.

Selanjutnya saya juga ingin menceritakan surat yang sempat diangkat oleh beberapa media di Jepang. Surat dirilis pada web sekolah oleh seorang Kepala Sekolah Menengah Atas di Italia, ditujukan untuk murid-murid yang saat ini sedang diliburkan karena wabah COVID-19.

Domenico Squillace mengawali tulisannya dengan mengutip novel karya Manzoni, yang mengisahkan kejadian epidemi di Milano pada tahun 1630.

Novel menggambarkan tentang "Orang asing dianggap berbahaya, bentrokan intens antara pihak berwenang dan pencarian tentang siapa yang pertama kali menularkan, mengabaikan para ahli, memburu orang terinfeksi, merajalelanya hoax, kekonyolan cara pencegahan, memborong barang secara berlebihan, kemudian keadaan yang memicu krisis medis."

Sang guru kepala mengatakan bahwa apa yang tergambarkan, saat ini sedang terjadi lagi dan kejadiannya bisa kita saksikan dimana-mana. Memang tidak ada sesuatu yang baru di bawah Matahari.

Namun dia berharap agar murid-muridnya tidak menjadi panik.

Meskipun tindakan pencegahan tetap harus dilakukan, namun kehidupan sehari-hari juga harus dijalani secara normal. Selama liburan mereka dianjurkan untuk jalan-jalan jika kondisi memungkinkan, dan membaca buku yang bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun