Apakah untuk kejayaan dan kemakmuran sendiri? Atau supaya manusia menjadi terkenal dan dikenang sepanjang masa?
Jika itu tujuan hidup, tentu untuk mencapainya dibutuhkan uang (baca:materi) dan pujian dari orang sekitar. Ini bisa membuat orang menjadi lupa dan terkadang dia memposisikan dirinya untuk menjadi pusat perhatian, sehingga tidak segan untuk mengatur orang-orang disekeliling.
Bahkan ada juga yang menjadikan dirinya (sama) seperti "tuhan"!
Hari ini adalah Rabu Abu, yang mengingatkan kita bahwa manusia itu rapuh, sekaligus juga menjadi pengingat bahwasanya manusia suatu saat nanti akan kembali menjadi abu.
Mulai dari hari ini, umat Katolik akan menjalani masa pra Paskah dengan pantang dan puasa selama 40 hari kedepan.
Masa 40 hari ini selain menjadi masa pertobatan dan "penderitaan" (baca:berusaha merasakan kesusahan yang dirasakan oleh orang lain), sekaligus juga bisa diisi dengan menggali dan merenungkan kembali apa sebenarnya tujuan kita hidup di dunia ini.
Paus Emeritus Benediktus XVI, dalam ensiklik berjudul keselamatan berdasarkan harapan, menyatakan,
"Manusia menderita bersama manusia dan demi manusia. Menderita demi kebenaran dan keadilan. Karena cinta sejati, rela menderita bagi manusia yang dicintainya. Itu adalah komponen dasar bagi manusia untuk menjadi manusia. Jika Anda meninggalkan ini, Anda akan menghancurkan diri sendiri."
Seperti bacaan Injil Matius hari ini, mari kita minyaki kepala dan mencuci muka, supaya jangan kita dilihat sedang berpuasa. Mari kita menyisihkan penghasilan untuk aksi puasa. Namun hendaknya jika kita memberi sedekah dengan tangan kanan, jangan sampai tangan kiri tahu.
Dan yang terpenting, mari kita berdoa sekaligus merenungkan apa sebenarnya tujuan kita hidup, dari tempat tersembunyi dengan menutup pintu kamar supaya jangan dilihat orang.
Sehingga kita bisa ikut ambil bagian dalam perayaan kebangkitan Kristus pada Misa Paskah nanti.