Semua proses akan dilakukan pada cloud, dengan sinergi melalui server/pengolah data yang lokasinya paling dekat dengan user. Istilah teknis untuk ini biasa disebut MEC (Mobile/Multi-access Edge Computing). Teknologi edge computing ini merupakan komponen utama dalam implementasi teknologi 5G nantinya.
Dengan game berbasis cloud dan edge computing, maka hardware/console game seperti Play Station atau Nintendo, mungkin sudah tidak diperlukan lagi nantinya. Variasi dari game hasil sinergi dengan teknologi 5G, pasti akan memberikan kepuasan dan kegembiraan yang tak terbatas pada pengguna di seluruh dunia, pada saat bersamaan.Â
Sehingga memang klop dengan tema TGS 2019 kali ini, yaitu "One World, Infinite Joy". Namun ada hal yang harus diingat, semua itu tentu tidak bisa dicapai dalam waktu dekat.Â
Alasannya adalah, pertama, layanan perdana 5G tentu hanya bisa dinikmati pada tempat-tempat terbatas. Kedua, gawai untuk 5G pun masih terbatas.
Kemudian yang terakhir dan terpenting adalah, diperlukan penyempurnaan beberapa tahun lagi agar performa kecepatan 5G bisa mencapai, atau paling tidak mendekati kecepatan maksimal.
Penutup
Bagi Indonesia, mungkin masih harus menunggu beberapa tahun lagi untuk bisa menikmati layanan game yang bersinergi dengan teknologi 5G. Sebagai persiapan, saat ini penting untuk memikirkan dan merancang game yang bagaimana agar bisa dinikmati oleh semua orang nantinya.
Beberapa saat lalu ada polemik tentang larangan main game online PUBG. Saya tidak mau komentar mengenai hal pelarangannya.Â
Ada hal lebih penting yaitu memikirkan solusi, apa alternatifnya agar para pelaku bisnis game (terutama produsen lokal) dan pengguna juga tentunya, lebih tertarik untuk merancang dan membuat (bermain) game yang tidak melulu mementingkan hiburan (baca : sisi komersial). Terutama untuk game pada gawai, karena saat ini anak usia sekolah dasar pun (bahkan pra sekolah) sudah terbiasa bermain gawai.
Agar nanti jika kita sudah bisa menikmati teknologi 5G, kita bisa bermain game yang lebih menitikberatkan sisi edukasi, dengan tidak mengurangi rasa kepuasan dan kegembiraan (baca:tidak membosankan) saat user memainkannya.
Saya yakin tentu ada banyak kendala untuk itu, sehingga belum banyak perusahaan mau terjun kesana. Salah satu alasannya adalah, mungkin, tidak begitu banyak pundi-pundi (keuntungan) dari game dengan genre pendidikan.Â