Kekuatan modal GAFA tentu berbeda jauh dalam nilai nominal modal, dibanding dengan perusahaan yang hanya berkutat dalam bisnis game.
Hal ini juga mungkin membuat produsen game (atau perusahaan dengan industri game sebagai salah satu tumpuan bisnis) melakukan cara baru, dimana hal itu mustahil bisa terwujud sebelumnya.Â
Misalnya saja, Sony rela berkolaborasi dengan Microsoft untuk pengembangan game. Walaupun bukan termasuk GAFA, namun kita tahu bahwa Microsoft punya modal besar dan memang lebih unggul dalam bisnis/teknologi cloud.
Sementara Microsoft tentu butuh keahlian dan pengalaman Sony dalam pengembangan industri game.
5G dan Game di Masa Depan
Teknologi 5G tidak bisa diragukan lagi akan menjadi penentu perkembangan, sekaligus masa depan industri game di dunia. Dengan kecepatan (secara teori) downlink bisa mencapai 20 Gbps (uplink 10 Gbps) dan latency hanya sekitar 1ms, maka 5G juga sekaligus menjadi game changer bagi industri game.
Dengan kemampuan tersebut, tidak hanya pengguna saja yang bisa mendapatkan keuntungan. Para game creator pun, bisa lebih leluasa untuk berkreasi membuat game menarik, tanpa memikirkan kendala misalnya kecepatan mengunduh data, terutama untuk game online.Â
Apalagi, game saat ini mempunyai tampilan menarik dengan resolusi tinggi, yang tentunya "boros" data. Pada masa datang, tampilan game diharapkan bisa mempunyai resolusi 4K atau bahkan 8K (dengan kemampuan tayangan gambar 120fps).
Bisnis model GaaS (Game as a Service) akan menjadi arus utama perusahaan game untuk memasarkan produknya. Dan kita tentu tahu bahwa teknologi 5G memang menjadi tulang punggung bisnis dengan model XaaS (sila simak disini untuk ulasan lebih jauh tentang XaaS).
GaaS akan menyediakan produk game pada cloud, sehingga user tidak perlu khawatir lagi tentang hardware yang digunakan, misalnya apakah dia memakai gawai (android dan iOS) atau PC dengan sistem windows/linux atau MacOS, bahkan game console.