Game dan Teknologi
Saya ingin menitikberatkan tulisan pada tema TGS 2019 kali ini, yaitu "One World, Infinite Joy". Jawaban untuk bagaimana itu bisa terwujud, bisa kita lihat pada poster yang banyak dipasang disana, serta mengunjungi stan DoCoMo sebagai salah satu sponsor TGS.
Ya, teknologi telekomunikasi terbaru 5G (Fifth Generation) adalah jawaban untuk mewujudkan tema tersebut.
Sebelum masuk kepada bahasan mengenai hubungan game dengan 5G, teknologi secara umum memang tidak bisa lepas dari (mempunyai hubungan erat dengan) bisnis game. Bahkan, tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa game merupakan inkubator bagi teknologi baru.
Kalau kita kilas balik sejenak, teknologi 3D CG (Computer Graphic) sudah dimanfaatkan pada produk game Final Fantasy VII buatan Square (sekarang bernama Square Enix) pada tahun 1997. Kemudian Kinect yang merupakan teknologi motion/voice sensor dari Microsoft, mulai digunakan untuk game sejak tahun 2010.
Teknologi virtual reality yang diaplikasikan pada game, dirilis oleh Sony pada tahun 2016. Teknologi ini bisa menjadi tren bagi game beberapa tahun kedepan, dimana saat ini biasanya ditambah dengan augmented reality menjadi mixed reality.Â
Nilai pasar game juga menggiurkan bagi penggiat teknologi, dimana pada tahun 2018 lalu, pasar untuk game berada pada urutan teratas dengan nilai 137,9 miliar dolar Amerika.
Nominal ini jauh di atas industri musik dan film, yang masing-masing berada di peringkat kedua dan ketiga.Â
Proyeksi nilai pasar untuk game juga akan naik, dan diperkirakan akan bernilai 196 miliar dolar Amerika pada tahun 2022 mendatang, seperti dirilis oleh situs Newzoo.Â
Hal itu juga membuat GAFA sebagai raksasa teknologi tidak tinggal diam. Kita tahu bahwa Google baru saja mengumumkan Stadia, proyek game dengan basis cloud. Apple sudah mau masuk melalui Apple Arcade.
Sementara Facebook, sudah punya halaman khusus untuk kumpulan siaran game streaming. Dan kabarnya, Amazon sedang menggodok proyek game berbasis cloud.